Sabtu, 24 Juni 2017

KINERJA JOKOWI URUS PANGAN

http://m.kompasiana.com/rakkasalampessy/kartel-pangan-dan-janji-presiden-jokowi_5947ae660d977361219e85dc Bila suatu pemerintahan berjalan tidak sesuai harapan rakyat, tidak menjalankan janji-janji semasa kampanyenya, maka pada pemilihan kepala negara berikutnya rakyat berhak untuk memilih sosok yang lain. Kecuali bila rakyat senang, tentu lain cerita. Pemerintahan tersebut dapat saja terus dipilih hingga putaran keduanya, diperpanjang lima tahun lagi. Pada kampanye Pilpres 2014, Jokowi sudah berkampanye untuk memberantas mafia impor pangan. Namun kini sudah hampir tiga tahun, tak satupun menteri ekonomi dan perdagangan Jokowi yang berani mewujudkannya. Sampai 14 paket kebijakan ekonomi, tapi tidak ada satupun kebijakan ekonomi yang memerintahkan pengubahan tata niaga impor pangan. Sampai akhirnya, pada tanggal 6 Juni 2017 lalu, kita semua serasa ditampar. Ketua KPPU telah mengejutkan publik dengan menyampaikan, bahwa keuntungan dari kartel bawang putih dapat mencapai belasan triliun rupiah. Tata niaga impor bawang putih, menurutnya, sebenarnya hanya dikuasai enam keluarga bisnis. Salah satu taipan bahkan menguasai separuh perputarannya. Betapa segarnya bisnis ini, sehingga setoran untuk pejabat dan aparat pun pasti lancar. Padahal bila tata niaga untuk bawang putih diubah kepada sistem importasi berdasarkan tarif, dampaknya akan sangat signifikan untuk kehidupan rakyat banyak. Kita tahu bahwa bawang putih adalah bumbu utama dari hampir seluruh masakan rakyat Indonesia. Kebutuhan bawang putih setengah juta ton pertahun, dijual di pasaran domestik dengan harga lebih dari 300% harga di negara lain (Semisal China yang Rp 15 ribu, bandingkan dengan Indonesia Rp 40 ribu). Jadi, seandainya sistem importasi pangan diganti dari kuota ke sistem tarif, maka harga bawang putih dapat jatuh ke Rp 18-20 ribuan. Terobosan kebijakan semacam ini memperkuat daya beli rakyat Indonesia. Apalagi bila perubahan dilakukan pada produk pangan lainnya yang juga terindikasi kartel, seperti: gula, daging sapi, garam, dll . Dampaknya akan sangat signifikan bagi perekonomian karena dapat menggerakan ekonomi masyarakat kelas bawah. Apalah artinya keuntungan puluhan triliun rupiah seluruh pemain kartel pangan (yang keuntungannya separuhnya mungkin mengalir ke kantong para pejabat, media, dan politisi), bila dibandingkan dengan senyum puluhan juta para ibu rumah tangga dan para pemilik warung-warung makan kecil yang mendapati harga bumbunya murah? Revolusi Mental diperlukan untuk hal-hal semacam ini. Memberantas mental korup dan rente di kalangan Bangsa kita juga merupakan bagian dari Revolusi Mental. Bukan untuk seremoni dan tulisan spanduk belaka, seperti yang dipahami luas. Atas keteladanan Jokowi yang berani menghantam kartel impor pangan, rakyat akan melihat suatu harapan. Artinya Presiden yang mereka pilih telah laksanakan janjinya yang tertunda untuk memberantas kartel pangan. Dan pastinya: kesuksesan ini dapat meningkatkan kembali elektabilitas Jokowi di 2019. Jadi meskipun nanti di 2019 sistem pilpres diubah tanpa ambang batas, sehingga akan muncul 12 capres lain selain Jokowi, tak perlu khawatir. Mayoritas rakyat Indonesia pasti akan kembali memenangkan pemimpin yang menepati janjinya.

Jumat, 16 Juni 2017

JANJI INDOSAT

* INDOSAT Qatar melalui Qtel menguasai 65% saham Indosat dengan berinvestasi sebesar USD 3 miliar, sehingga kita melihat pertumbuhan pesat Indosat di tahun 2010. . Jika anda memilih memboikot Indosat.....itulah yg diharapkan mereka, melemahkan Qatar. TERNYATA KABAR BOIKOT INDOSAT BAGIAN DARI KONSPIRASI* Luangkan sejenak waktu anda untuk membaca tulisan ini. Umat islam selalu menjadi incar kezaliman dg berbagai cara musuh islam akan menghancurkan islam. Kisah konspirasi di balik #boykot_indosat By. Arza dari shadow Mengenal Ooredo, Perusahan Teknologi Asal Qatar Ooredo merupakan nama rebranding dari perusahaan asal Qatar, Qatar Telecom (Qtel) pada Februari 2013. Menariknya, QTel merupakan perusahaan dari pemerintah Qatar yang aktif melakukan ekspansi ke luar negari seperti Algeria, Lebanon, Pakistan, Maldives, Palestina, Irak, Myanmar, Kuwait, Oman dan Tunisia dan Indonesia. Ooredo sendiri berasal dari bahasa arab ‘Uridu’ yang berarti ‘aku ingin’. Awal mula, Ooredo memiliki saham Indosat saat, Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (ST Telemedia) yang memiliki sahan mayoritas Indosat menjual seluruh sahamnya di PT Indosat Tbk sebesar 40,8% kepada Qatar Telecom QSC (Qtel) pada 2008 lalu. Bahkan pada tahun 2009, Qtel membeli saham seri B sebanyak 24,19% dari publik sehingga menjadi pemegang saham mayoritas Indosat dengan kepemilikan sebesar 65%. Selanjutnya Indosat dimiliki oleh Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C. (Qtel) atas nama Ooredoo Asia Pte. Ltd. (dahulu Qtel Asia Pte. Ltd. (65%), pemerintah Indonesia (14,29%) dan publik (20,71%). Pemerintah sendiri pernah mengutarakan gagasan untuk membeli kembali (buy back) saham Indosat pada debat capres, Juni 2014 lalu. Tetapi hingga saat ini gagasan tersebut belum ada tindak lanjutnya. Dan pihak Ooredo sendiri tidak berencana menjual saham mereka di Indosat. Dalam sejarahnya, Indosat yang dirikan pada tahun 1967 pernah menjadi 100% milik pemerintah pada tahun 1980. Saat itu, Indosat menjadi perusahaan telekomunikasi internasional pertama yang dibeli dan dimiliki 100% oleh Pemerintah Indonesia. Kenapa indosat di boykot sedang pemiliknya adalah perusahaan qatar. Siapakah Qatar...???? Qatar adalah negeri Makmur yang berperawakan islam. Qatar menjadi salah satu negara yang sangat semangat dalam membantu pergerakan islam. Sekarang negeri Makmur itu sedang menghadapi konflik dengan seluruh negara Arab yang berpemahaman liberalisme karena sudah di cekokin doktrin oleh negara barat. Alasan kenapa qatar sedang konflik dengan negara Arab itu apa...??? Qatar menjadi salah satu fasilitaator masukz para pejuang yang akan membantu Palestina yang sedang di bombardir yahudi laknatatullah. Qatar juga menjadi penyandang dana terbesar dalam pergerakan islam. #boykot_indosat Adalah propaganda yang sengaja dimunculkan untuk menghancurkan pendukung islam. Bukanya indosat memecat pegawai yang pro islam... Itu semua bisa di rancang.. Semua bisa di desain seolah mereka memusuhi islam.. Padahal di balik semua itu misi kaum kafir yang benci terhadap islam hanya satu. Menghancurkan islam dari segala sisi dan meglnghalalkan segala cara agar islam hancur. Umat jangan mau ditipu.. Umat harus cerdas.. Umat harus sadar.. Mana kawan mana lawan... Jangan sampai umat sendri yang menghancurkan kekuatan islam. Ini semua sudah di desain oleh musuh islam. Efek dari boykot ini adalah turunnya saham Indosat. Dan membuat negara qatar yang notabene sebagai salah satu negara yang menjadi fasilitaator perjuangan islam. #boykot indosat itu propaganda #save qatar # umat cerdas http://m.republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/17/06/07/or5q32383-konflik-qatar-dan-negara-teluk-bikin-saham-indosat-anjlok Indosat Milik Qotar, ada rencana busuk untuk menjatuhkannya. *Viralkan*

ELEKTABILITAS PDIP KIAN MEROSOT DAN JOKOWI SANGAT MUNGKIN GAGAL:

NSEAS berkesimpulan bahwa Jokowi sangat mungkin gagal memenangkan pertarungan politik pada Pipres 2019 mendatang. Ada empat kelompok alasan mengapa Jokowi sangat mungkin gagal. Pertama, mesin parpol-parpol pendukung Jokowi seperti PDIP, Golkar, Hanura dan Nasdem tidak akan bekerja efektif dan mendulang suara pemilih maksimal. Kedua, Khusus umat Islam politik menilai, Rezim Jokowi anti umat Islam dan suka mengkriminalisasi aktivis dan Ulama Islam. Hal akan diperkuat lagi andai PPP dan PKB selaku parpol Islam tidak mendukung resmi Jokowi. Ketiga, bagi klas menengah atas perkotaan, Rezim Jokowi hingga menjelang tiga tahun berkuasa belum mampu dan berhasil menunjukkan prestasi sesuai janji kampanye dan rencana pembangunan national jangka menengah yang dibuat sendiri oleh Rezim Jokowi. Keempat, elektabilitas parpol pendukung utama PDIP kian merosot. Hal ini bisa dibuktikan dengan kegagalan mempertahankan sejumlah kekuasaan lokal/daerah melalui Pilkada belakangan ini, terutama Provinsi Banten dan DKI. Sebagaimana telah disajikan di atas, satu dari empat alasan Jokowi sangat mungkin gagal Pilpres 2019 mendatang yaitu menurunnya elektabilitas PDIP PDIP adalah pengusung dan pendukung utama Jokowi meraih jabatan Presiden. Meskipun Golkar secara resmi sudah mendukung Jokowi Pilpres 2019, namun tetap saja PDIP sebagai penentu. Disamping Jokowi kader, PDIP merupakan parpol besar dan pengusung pertama Jokowi Pilpres 2014 lalu. Perkiraan PDIP pendukung utama Jokowi tentu saja tidak ada kepastian. Mengingat politik di Indonesia ini cenderung unpredictable atau tak dapat diramalkan apa yang akan terjadi. Salah satu sebabnya yakni proses pengambilan keputusan sangat personal atau pribadi pemilik kekuasaan seperti Ketua atau Pembina Partai. Makna "elektabilitas" yaitu tingkat keterpilihan disesuaikan dengan kriteria pilihan. Elektabilitas parpol berarti tingkat keterpilihan parpol di publik. Elektabilitas parpol tinggi berarti parpol tersebut memiliki daya pilih tinggi. VIVA.co.id membeberkan, hasil survei Center Strategic International Studies (CSIS) menunjukkan, 13 September 2016, elektabilitas PDIP dan Golkar menyatakan dukungan ke Jokowi naik cukup signifikan. PDIP tahun lalu tingkat elektabilitas 32,0%, sekarang naik menjadi 34,6%. Begitu juga dengan Golkar, tahun lalu tingkat elektabilitas partai 11,4%, menjadi 14,1%,". Disimpulkan, bagi parpol mendukung Jokowi akan mengalami kenaikan elektabilitas. SMRC baru2 ini merilis hasil survei bertajuk 'Kondisi Politik Nasional Pasca-Pilgub DKI Jakarta. PDIP diprediksi memenangi Pemilu 2019 dengan elektabilitas 21,7 persen. Gerindra menempati urutan kedua dengan 9,3 persen lalu disusul oleh Golkar 9 persen. Angka elektabilitas PDIP versi SMRC (21,7 persen) jauh lebih rendah angka versi CSIS (34,6 persen). Boleh juga dimaknakan, terdapat penurunan elektabilitas PDIP Pasca Pilkada DKI. Lebih jauh SMRC menyimpulkan, tidak ada pengaruh Pilkada DKI terhadap elektabilitas PDIP. Padahal kita ketahui, Paslon dukungan PDIP kalah telak. Dalam menarik kesimpulan, kerangka berpikir SMRC ini tentu miskin metodologis, karena peristiwa politik Pilkada level suatu Provinsi dianggap berpengaruh terhadap elektabilitas PDIP level nasional. Seharusnya peristiwa2 level nasional dijadikan variabel bebas terhadap variabel bergantung elektabilitas PDIP. Seberapa besar dan banyak Pilkada tingkat nasional PDIP gagal menyebabkan turunnya elektabilitas PDIP. Harus ada kajian perbandingan kondisi elektabilitas PDIP sebelum dan sesudah beruntunnya kekalahan PDIP pd berbagai Pilkada secara nasional, termasuk kekalahan Pilkada DKI. Jika elektabilitas PDIP tetap tidak merosot, bagaimana menjelaskan PDIP mengalami sejumlah kekalahan, termasuk di Banten dan DKI ? Bagaimanapun, Tim Studi NSEAS percaya, belakangan ini sesungguhnya elektabilitas PDIP kian merosot. Hal ini bisa dibuktikan dengan kegagalan PDIP mempertahankan sejumlah kekuasaan lokal/daerah melalui Pilkada serentak 25 Februari 2017. PDIP alami kekalahan pahit dan bertubi-tubi pd Pilkada serentak dimaksud. Bahkan, ada isu di medsos, Megawati ingin mengundurkan diri dari PDIP pasca kekalahan tsb. Pd Pilkada serentak, terdapat 101 titik melakukan pilkada. Tak sedikit kader diusung PDIP beserta koalisi politik harus mengalami kekalahan pahit. Dari tujuh pemilihan gubernur (Pilgub) misalnya, ada tiga provinsi PDIP mengalami kekalahan, yakni Provinsi Bangka Belitung, Gorontalo, dan Banten. Tragis lagi, pd Pilkada DKI, Paslon Ahok-Djarot incumbent dukungan PDIP, harus terima kenyataan pahit kalah telak dan kehilangan kekuasaan di Pemprov DKI Jakarta. PDIP kehilangan kuasaan di dua Provinsi Strategis Banten dan DKI. Sementara itu, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) suara PDIP juga mengalami penurunan tajam. Dari lima Kabupaten di DIY, hanya Kabupaten Kulonprogo saja masih menjadi basis terbesar PDIP. Sedangkan untuk daerah-daerah sebelumnya menjadi kantong suara PDIP seperti Gunung Kidul, Bantul dan Sleman justru mengalami kemerosotan suara. Berikut ini beberapa ke%gagalan PDIP dimaksud. Sebuah sumber menunjukkan peringkat parpol meraih kemenangan Pilkada serentak 2017. Sumber tsb menempatkan Golkar posisi teratas dalam peraihan kemenangan. Hal ini membuktikan, PDIP sebagai parpol penguasa tak mampu dan gagal menguasai peta perpolitikan Indonesia. Secara rinci urutan parpol meraih kemenangan sbb: 1. Golkar, 54 kemenangan; 2. Nasdem, 47; 3. Demokrat, 45; 4. PDIP, 45; 5. Gerindra 40; 6. PKB, 40; 7. PKS, 39; 8. PAN, 39; 9. Hanura, 35; 10. PPP, 26; 11. PBB, 11; dan, 12. PKPI , 3 kemenangan. Data diatas menunjukkan PDIP berada pada peringkat 4 atau sama dengan Demokrat, dan kalah sama bahkan Nasdem. Merosotnya elektabilitas PDIP dibuktikan dari kekalahan bertubi-tubi, bahkan kehilangan kekuasaan di Banten dan DKI, serta raihan hanya peringkat keempat. Namun, hipotesis ini tentu perlu dibuktikan lebih terinci melalui penelitian berdasarkan prinsip2 ilmiah. Bagaimanapun juga deskripsi peringkat peraih kemenangan Pilkada 2017 di atas sebagai kian merosot elektabilitas PDIP dapat menjadi salah satu faktor sangat mungkin Jokowi gagal Pilpres 2019 mendatang. Solusinya tentu terdapat pada manajemen dan kepemimpinan PDIP itu sendiri. Harus ada peningkatan elektabilitas di masa mendatang, terutama dua tahun ini sebelum Pilpres 2019 diselenggarakan. Selanjutnya, pada 27 Juni 2018 mendatang juga akan diselenggarakan Pilkada serentak. Akan ada 117 titik, terdiri dari 17 Provinsi, 39 Kota, serta 115 Kabupaten. Seberapa banyak titik Pilkada akan dimenangkan PDIP? Jawaban bisa lebih mungkin akan merosot lagi ketimbang Pilkada serentak 2017. Tetapi,data, fakta dan angka kekalahan dan kemenangan PDIP sebagai dasar penilaian elektabilitas PDIP masih menunggu Pilkada serentak 2018 dimaksud terlaksana. Oleh MUCHTAR EFFENDI HARAHAP (NSEAS: Network for South East Asian Studies) Edisi 19 Juni 2019. __________ Golkar Yakin Jokowi Menang 65%, PKB: Terlalu Pagi Ngomong Pilpres Audrey Santoso - detikNews  Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Foto: Grandyos Zafna) Jakarta - Partai Golkar memprediksi Joko Widodo (Jokowi) akan menang dalam Pilpres 2019 dengan suara lebih dari 65%. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menganggap prediksi itu terlalu dini. "Ya itu yang memang diharapkan, tetapi jangan tergesa-gesa ngomongin Pilpres lah. Nanti banyak penumpang gelap," ujar Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar kepada wartawan di Kota Tua Jakarta, Tamansari, Jakarta Barat, Sabtu (19/8/2017). Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin berpendapat, Pemilu 2019 masih jauh. Jika dibicarakan saat ini, rawan penumpang gelap.  "Saya curiga, kalau ngomong presiden dan calon wakil presiden terlalu pagi, saya khawatir banyak penumpang gelap," kata Cak Imin. "Sejak awal, PKB mendukung Jokowi dan bukan penumpang gelap," sambungnya. Namun, Cak Imin belum menentukan apakah PKB akan mendukung Jokowi atau tidak. Dia tidak mau mengganggu kerja presiden dengan deklari calon presiden. "Belum waktunya (deklarasi dukungan), jangan ganggu konsentrasi presiden," ucap Cak Imin. Sebelumnya Sekjen Golkar Idrus Marham optimistis Jokowi memenangi Pilpres dengan perolehan suara di atas 65 persen. Selain itu, Golkar semakin mantap mengusung Jokowi dalam Pilpres 2019. (Baca juga: Golkar: Kemenangan Jokowi pada Pilpres di Atas 65 Persen) "Jokowi untuk maju dalam pilpres harus ada nilai tambahnya, Golkar masuk ada nilai tambahnya. Apa nilai tambahnya? Bahwa Jokowi pada Pemilu 2019 kemenangan Jokowi di atas 65 persen. Itu komitmen Partai Golkar. Maka dari itu, kita harus konsisten, kita harus fokus," ujar Sekjen Golkar Idrus Marham di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (18/8). (aud/dkp) SETELAH DIDUKUNG, JUSTRU ELEKTABILITAS JOKOWI MENURUN DRASTIS Golkar mempromosikan akan membuat elektabilitas Jokowi 65 %. Promosi ini secara tak langsung meyakinkan Rezim Jokowi bahwa kontribusi Golkar adalah membuat elektabilitas Jokowi 65 %. Sebagai jualan terhadap Jokowi yg sdg berkuasa, wajar saja meski fiksi. Yang terjadi malah sebaliknya. Sebelum Golkar dukung Jokowi Capres Pilpres 2019, elektabilitas Jokowi di atas 50 %. Tetapi, setelah didukung Golkar, bahkan tambah Hanura, Nasdem dan PPP, angka elektabilitas justru menurun drastis, jauh di bawah 50%. Hasil survei Litbang Kompas pada April 2017 elektabilitas Jokowi hanya 41,6%. Sedangkan, menurut survei SMRC, elektabilitas Jokowi pada Juni 2017 adalah 34%. Padahal kalau mau menang, sebagai Capres Petahana pada Pilpres 2019, Jokowi harus memiliki tingkat elektabilitas di atas 60%. Lalu, angka 65 % diklaim Golkar rasional tapi masih fiksi. Bisa disimpulkan sementara, justru dukungan Golkar membuat merosotnya elektabilitas Jokowi. Mengapa? Sila jawab sendiri !😀🙏 MEH/NSEAS

KINERJA JOKOWI BIDANG PEREKONOMIAN

Kepala Bappenas: Kondisi Ekonomi Indonesia Sekarang Mirip Saat Dijajah Belanda        JAKARTA, KOMPAS.com - M4enteri Perencanaan Pembangunan Bambang Brodjonegoro mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia saat ini mirip dengan kondisi ekonomi Indonesia pada saat dijajah oleh Belanda. "Ekonomi Indonesia saat ini tidak jauh beda dengan kondisi ekonomi saat kita di jajah Belanda. Mereka menjajah dengan menjarah rempah-rempah dan komoditas lainnya yang dikirim ke negaranya," ujar Bambang saat menghadiri acara paguyuban Mas TRIP di Gedung Perbanas, Jakarta, Sabtu (12/11/2016). Menurut mantan Menteri Keuangan ini, Indonesia saat dijajah oleh Belanda sumber daya alam Indonesia dikeruk habis, bahkan ada gerakan tanam paksa. Kondisi ini, menurut dia, menyerupai kondisi Indonesia saat ini yang mengandalkan sumber daya alam untuk diekspor. "Indonesia sekarang kondisinya modern, tetapi jika melihat sejarah, mirip dengan keadaan saat dijajah Belanda," terangnya. Menurut Bambang, saat ini Indonesia banyak sekali diminta asing untuk mengekspor hasil tambangnya dengan menawarkan nilai tambah yang cukup menggiurkan. Tawaran-tawaran tersebut tidak terlepas dari agenda politik yang sudah tersusun rapi. Namun, jika kondisi tersebut tidak disikapi secara bijak oleh Indonesia maka kondisi penjajahan di zaman Belanda akan dirasakan lagi saat ini. "Kalau Indonesia kerjaannya gali tambang lalu hasilnya diekspor, maka sampai kapan pun Indonesia tidak akan maju. Negara yang bergantung sama sumber daya alam, maka negara itu akan acak-acakan," ucap Bambang. Dia sedikit bercerita bahwa penemu minyak bumi pertama di Indonesia yakni perusahaan minyak asal Belanda, yaitu Royall Dutch Shell. Perusahaan tersebut sudah cukup lama memanfaatkan minyak bumi. "Belanda yang pertama kali menemukan minyak di Indonesia melalui perusahaan pengelolaan minyaknya, yakni Royal Dutch Shell yang kini kita kenal namanya Shell," kata Bambang. Semestinya pemanfaatan sumber daya alam perlu disikapi dengan bijak. Tidak perlu jor-joran dalam pemanfaatan sumber daya alam mengingat ketersediaannya yang semakin lama semakin menipis. "Banyak yang bisa kita lakukan dengan alam kita, tetapi kita selalu ribut sendiri dan saling menjatuhkan. Kuncinya kita harus mengubah Indonesia jangan seperti saat dijajah Belanda dulu yang dikuras sumber daya alamnya," pungkasnya. Penulis: Iwan Supriyatna Editor: Bambang Priyo Jatmiko http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/11/12/140156526/kepala.bappenas.kondisi.ekonomi.indonesia.sekarang.mirip.saat.dijajah.belanda Indeks Daya Saing Global Indonesia Duduki Peringkat 37 dari 140 Negara https://www.kemenkeu.go.id/Berita/indeks-daya-saing-global-indonesia-duduki-peringkat-37-dari-140-negara Jakarta, 02/10/2015 Kemenkeu - World Economic Forum telah merilis Global Competitiveness Report 2015-2016 pada akhir bulan lalu. Dalam laporan tersebut, indeks daya saing Indonesia tahun ini tercatat berada di peringkat ke-37 dari 140 negara yang dinilai. Peringkat Indonesia ini berada di atas negara-negara seperti Portugal yang berada di peringkat 38, Italia di peringkat 43, Rusia di peringkat 45, Afrika Selatan di peringkat 49, India di peringkat 55, dan Brazil yang berada di peringkat 75. Di level ASEAN sendiri, peringkat Indonesia ini masih berada di bawah tiga negara tetangga, yaitu Singapura yang berada di peringkat 2, Malaysia di peringkat 18 dan Thailand yang berada di peringkat 32. Namun demikian, Indonesia masih mengungguli Filipina yang berada di peringkat 47, Vietnam di peringkat 56, Laos di peringkat 83, Kamboja di peringkat 90, dan Myanmar di peringkat 131. Dari laporan-laporan World Economic Forum terdahulu tercatat, indeks daya saing global Indonesia sempat berada di peringkat 54 pada tahun 2009, lalu naik ke peringkat 44 pada tahun 2010. Peringkat Indonesia kembali turun ke peringkat 46 pada tahun 2011 dan peringkat 50 pada tahun 2012, untuk selanjutnya kembali naik ke peringkat 38 pada tahun 2013. Tahun lalu, indeks daya saing Indonesia kembali naik ke peringkat 34, dan turun ke peringkat 37 pada tahun ini. Sebagai informasi, dengan menggabungkan data kuantitatif dan survei, penilaian peringkat daya saing global ini didasarkan pada 113 indikator yang dikelompokkan dalam 12 pilar daya saing. Kedua belas pilar tersebut yaitu institusi, infrastruktur, kondisi dan situasi ekonomi makro, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tingkat atas dan pelatihan, efisiensi pasar, efisiensi tenaga kerja, pengembangan pasar finansial, kesiapan teknologi, ukuran pasar, lingkungan bisnis, dan inovasi.(nv) @prh MEMBURUKNYA EKONOMI INDONESIA 2017 Oleh : Salamuddin Daeng (AEPI) 1. Kenaikan tarif dasar listrik dalam setengah tahun terakhir meningkatkan inflasi menjadi 4,9% dari rata-rata tahunan 3.2%. 2. Sektor perbankkan Indonesia memburuk yang ditandai dengan meningkatnya non-performing loans (NPL) perbakkan yang sudah berada diatas batas atas yang ditetapkan dalam Basel III threshold 3. Jakarta Composite Index (JCI) telah jatuh sekitar 8% tahun ini dan imbal hasil dari investasi asing dalam berbagai investasi di Indonesia telah jatuh. 4. Defisit transaski berjalan meningkat menjadi 1 % GDP lebih tinggi dibandingkan dengan kwartal 4 tahun 2016 sebesar 0,9% GDP. Untuk tahun 2017 defisit transaksi berjalan akan meningkat pada posisi 1.8% GDP. 5. Resiko keuangan pemerintah terjadi disebabkan pemotongan anggaran 2016 yang menimbulkan ketidakpastian karena penganggaran APBN yang tidak realistik. 6. Defisit Anggaran Pendapatan dan bealnja Negara 2017 akan meningkat dari 2.4% GDP pada tahun 2016 menjadi 2,6% GDP pada tahun 2017. Itupun dengan asumsi peenrimaan pajak tercapai. Jika tidak maka defisit bisa berada di atas 3 %. 7. Sampai dengan bulan Mei 2017 pemerintah telah mengambil 53% dari rencana utang untuk mengatasi defisit,penurunan penerimaan pendapatan negara, dan utang jatuh tempo. 8. Penjualan ritel yang merupakan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi menurun tajam menjadi 4,6% sampai dengan Mei dibandingkan rata rata pertumbuhan kwartal II 2016 sebesar 9,5%. 9. Menurut Bank Dunia, tahapan pemilu yang akan dimulai pada tahun 2018 akan menghambat reformasi struktural, menimbulkan ketidakpastian dan akan menjadi pertimbangan utama bagi investor asing. Waspada waspada wasapadalah… Data disarikan dari laporan World Bank (Juni 2017) Dapat dinilai, parpol pendukung Jokowi sangat mungkin gagal mempengaruhi massa pemilih mereka untuk mendukung Jokowi. Mengapa? 1.Mesin parpol tidak akan bekerja efektif dan mendulang suara pemilih maksimal untuk Jokowi. 2. Khusus umat Islam politik menilai, Rezim Jokowi anti umat Islam dan suka mengkriminalisasi aktivis dan Ulama Islam. Hal akan diperkuat lagi andai PPP dan PKB selaku parpol Islam tidak mendukung resmi Jokowi. 3. Bagi klas menengah atas perkotaan, Rezim Jokowi hingga menjelang tiga tahun berkuasa belum mampu dan berhasil menunjukkan prestasi sesuai janji kampanye dan rencana pembangunan national jangka menengah yang dibuat sendiri oleh Rezim Jokowi. 4. Elektabilitas parpol pendukung utama PDIP kian merosot. Hal ini bisa dibuktikan dengan kegagalan mempertahankan sejumlah kekuasaan lokal/daerah melalui Pilkada belakangan ini, terutama Provinsi Banten dan DKI. Disarikan dan dianalisis dari laporan World Bank Juni 2017 MEMBURUKNYA KEADAAN EKONOMI INDONESIA 2017 Oleh : Salamuddin Daeng (AEPI) 1. Kenaikan tarif dasar listrik dalam setengah tahun terakhir meningkatkan inflasi menjadi 4,9% dari rata-rata tahunan 3.2%. 2. Sektor perbankan Indonesia memburuk yang ditandai dengan meningkatnya non-performing loans (NPL) perbakkan yang sudah berada di atas batas atas yang ditetapkan dalam Basel III threshold 3. Jakarta Composite Index (JCI) telah jatuh sekitar 8% tahun ini dan imbal hasil dari investasi asing dalam berbagai investasi di Indonesia telah jatuh. 4. Defisit transaski berjalan meningkat menjadi 1 % GDP lebih tinggi dibandingkan dengan kwartal 4 tahun 2016 sebesar 0,9% GDP. Untuk tahun 2017 defisit transaksi berjalan akan meningkat pada posisi 1.8% GDP. 5. Resiko keuangan pemerintah terjadi disebabkan pemotongan anggaran 2016 yang menimbulkan ketidakpastian karena penganggaran APBN yang tidak realistik. 6. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017 akan meningkat dari 2.4% GDP pada tahun 2016 menjadi 2,6% GDP pada tahun 2017. Itupun dengan asumsi penerimaan pajak tercapai. Jika tidak maka defisit bisa berada di atas 3 %. 7. Sampai dengan Bulan Mei 2017 pemerintah telah mengambil 53% dari rencana utang untuk mengatasi defisit, penurunan penerimaan pendapatan negara, dan utang jatuh tempo. 8. Penjualan ritel yang merupakan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi menurun tajam menjadi 4,6% sampai dengan Mei dibandingkan rata rata pertumbuhan kwartal II 2016 sebesar 9,5%. 9. Menurut Bank Dunia, tahapan pemilu yang akan dimulai pada tahun 2018 akan menghambat reformasi struktural, menimbulkan ketidakpastian dan akan menjadi pertimbangan utama bagi investor asing. Selamat lebaran, mudik, tetap hati- hati dan waspada. KALAU URUSAN UTANG SANGAT RAKUS. KALAU SUBSIDI RAKYAT SANGAT PELIT. JOKOWI ITU ANTEK SIAPA? Oleh : Salamuddin Daeng (AEPI) Pemerintahan Jokowi ini memiliki sifat yang aneh. Pemerintahan ini sangat rakus utang, menumpuk utang hingga segunung. Tapi sangat pelit dan medit subsidi. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), utang Pemerintah Indonesia yang bersumber dari luar negeri hingga kwartal I 2017 mencapai 166,45 miliar dolar atau sebesar 2.213,8 triliun pada tingkat kurs Rp. 13300/US dolar. Sejak pemerintahan Jokowi berkuasa (kwartal IV tahun 2014) utang luar negeri pemerintah bertambah sebanyak 36,71 miliar dolar atau sebesar Rp. 488,33 triliun. Selanjutnya utang pemerintah yang bersumber dari surat utang negara (SUN) hingga bulan juni 2017 mencapai 1.658,6 triliun. Sejak pemerintahan Jokowi (Oktober 2014) jumlah tersebut bertambah sebesar Rp. 551,32 triliun. Jokowi sejak naik ke tampuk kekuasaan telah menambah utang lebih dari Rp. 1000 triliun lebih. Tahun 2017 ini pemerintah berencana akan menambah utang sebesar Rp. 450 triliun seiring melebarnya defisit anggaran 2,92% PDB. Maka dengan demikian total utang pemerintah yang bersumber dari dalam dan luar negeri sampai dengan Bulan Juni 2017 mencapai Rp. 3.872,4 triliun. Sisi lain pemerintah begitu pelit kepada rakyat. Subsidi tahun 2015 diberangus. Sebanyak 75 % persen subsidi BBM langsung dicabut. Harga BBM langsung melejit dan daya beli masyarakat langsung ambruk. Sepanjang tahun 2016 - 2017 pemerintah setiap 3 bulan menggeregaji subsidi listrik yang mengakibatkan tarif listrik melompat melebihi rata rata tarif listrik di Amerika Serikat, China dan India. Sekarang pemerintah sedang berusaha melobi DPR agar batas defisit ditiadakan, dengan demikian pemerintah boleh berhutang sepuas puasnya. Padahal meningkatnya utang pemerintah menjadi beban besar bagi fiskal saat ini dan masa yang akan datang dan tak mungkin terbayarkan kecuali jual negara. Kebijakan pemerintah yang haus dan rakus utang namun pelit dan medit kepada rakyat membuat kita bertanya kemana uang hasil hutang dibawa kabur? Jangan jangan utang digunakan untuk menyelamatkan para taipan yang sedang sekarat? Kapan penuhnya kantong oligarkhi pemerintahan Jokowi ini? Kalau mengaku utang untuk bangun infrastruktur, nilai infrastruktur yang dibangun Jokowi tidak lebih dari Rp 100 triliun, sementara utang bertambah lebih dari Rp.1000 trilun dan subsidi untuk rakyat semua telah dicabut dan diberangus. Hati hati lo pak Jokowi...semua ada hukumnya.. Pemerintahan Jokowi panik. Mengapa penerimaan pajak turun? Baca laporan bank dunia yang menyatakan bahwa indonesia menghadapi dua masalah yang serius dan sulit ditemukan jalan keluarnya yakn 1. Inflasi yang tinggi 2. Daya beli masyatakat yang turun. Itu dua masalah gawat. Sementara pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi. Konsmsi menyumbang 53 persen PDB. Kalau daya beli jatuh maka otomatis pajak jatuh. Siapa yang memukul daya beli masyarakat ? Jokowi sendiri. Presiden dengan tampa ragu ragu dan penuh keberanian menaikkan harga bahan bakar minyak tepat diawal pemerintahanya. Itu adalah tindakan yang super konyol karena pada saat itu harga minyak mentah jatuh. Justru negara negara lain menggunakan kesemapatan itu untuk menekan biaya produksi, menekan harga, sekaligus mengangkat daya beli yang tengah jatuh yang merupakan masalah ekonomi yang dihadapi oleh sebagian besar negara. Lebih dungu lagi pemerintah menaikkan harga listrik hampir setiap bulan sementara harga energi primer jatuh. Kebijalan ini telah memukul daya beli dan sekaligua melipatgandakan inflasi yang terus ditutup tutupi dengan manipulasi statistik. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi sekarang hanya ditopang oleh tambahan utang pemerintah lebih dari 1000 triliun dalam 2,5 tahun terakhir dan kemungkinan 1500 triliun dalam 3 tahun anggaran. Sandaran ekonomi pada utang tidak akan berdampak pada penerimaan pajak uang berarti. Sementara pada tahap selanjutnya utang akan menjadi beban fiskal. Sementara utang tidak digunakan sebagai belanja dalam kegiatan yang menciptakan multiflier effect terhadap ekonomi dalam negeri. Utang sebagian besar digunakan untuk membeli barang barang impor yang menciptakan dampak berganda bagi keuntungan bagi negara lain. Jadi ambruknya penerimaan pemerintah sekarang yang menimbulkan defisit hingga 2,92% PDB, dugaan saya lebih dari 3 % PDB adalah karena ulah pemerintah sendiri yakni pemerintah membongi rakyat dan menipu diri sendiri setiap hari. Kalau mau keadaan membaik cobalah bersikap jujur dan jangan suka menipu. Sementara cara pemerintah dalam menggunakan anggaran membabi buta. Memgangap anggarannya masih besar. Padahal dibadingkan dengan masa pemerintahan sebelumnya dengan penerimaan pajak 1000 triliun dengan nilai tukar rupiah terhadap USD rata 8000. Sekarang penerimaan pajak hanya berkisar 1000 sampai 1100 tapi kurs 13500/USD. Dengan demikia. Kualitas anggaran pemerintahan Jokowi mejurun hampir separuh. Anggaran Jokowi berdasarkan selisih kurs tersebut hanyalah secara riel hanyalah 60 % dari angagran yang dimiliki pemerintahan sebelumnya. Lalu bagaimana mungkin pemerintahan ini dengan gagah berani membangun infrastruktur dengan menyadarkan pada bahan baku dan barang modal impor. Cara semacam itu hanya akan menguntungkan penerimaan pajak di negara lain yang menjadikan indonesia sebagai pasar. Haluan ekonomi semacam ini akan menyebabkan defisiti anaggaran 2018 akan semakin parah. http://m.katadata.co.id/berita/2017/08/02/ekonom-daya-beli-stagnan-gara-gara-pemerintah-buat-gaduh Ekonom: Daya Beli Stagnan Gara-gara Pemerintah Buat Gaduh - Katadata News “Saya merasa, redenominasi dan pemindahan ibukota menambah perkara. Belum lagi soal defisit anggaran yang diperkirakan mencapai 2,92% dari Produk Domestik Bruto,” kata Ekonom UGM Tony Prasetiantono. Kinerja penjualan sejumlah perusahaan ritel tercatat melemah pada paruh pertama tahun ini. Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono menduga pelemahan terjadi lantaran daya beli masyarakat stagnan. Penyebabnya, masyarakat menahan diri untuk berbelanja setelah melihat rencana kebijakan pemerintah. “Saya yakin betul (daya beli stagnan) ini karena persepsi. Itu harus dijaga. Saya merasa, redenominasi dan pemindahan ibukota menambah perkara. Belum lagi soal defisit anggaran yang diperkirakan mencapai 2,92% dari Produk Domestik Bruto,” kata dia di sela-sela acara bertajuk ‘Wealth Wisdom’ di Pacific Place, Jakarta, Rabu (2/8). Ia juga menyinggung soal ide penyesuaian Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Sebelumnya, Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi mencuatkan ide penyesuaian PTKP berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP) di masing-masing daerah. Bila itu diterapkan, maka PTKP di beberapa daerah bakal turun. Sebelumnya, beberapa ekonom dan pejabat negara menduga pelemahan penjualan yang dialami sejumlah perusahaan ritel akibat masyarakat beralih ke belanja melalui jaringan internet (online). Jadi, bisa jadi bukan karena daya beli yang lemah. (Baca juga: Penjualan Unilever dan Mayora Semester I Melemah, Indofood Stagnan) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan pertumbuhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 13,5% menunjukkan adanya peningkatan transaksi jual beli. Artinya, daya beli masyarakat masih positif. Adapun kondisi pusat perbelanjaan yang sepi diduga karena pola belanja masyarakat yang bergeser menjadi secara online. Adapun Tony meyakini penyebabnya memang adalah daya beli yang stagnan. Sebab, data penjualan dari produsen barang juga tak banyak berubah dari paruh pertama tahun lalu. “Ini bukan hanya soal shifting (pergeseran) dari (belanja) konvensional menjadi online, tetapi data hulunya juga bermasalah. Hulu itu pabriknya,” kata dia. Daftar newsletter Katadata sekarang! Dapatkan berita terbaru pilihan kami melalui email Anda setiap hari (Senin - Jumat). Bila pemerintah berkilah bahwa daya beli masih positif, “seharusnya data (penjualan di hulu) ini selaras (dengan pertumbuhan pendapatan ritel). Tapi ini tidak,” ucapnya. (Baca juga: Kinerja Bank Kecil Terpukul Lesunya Perdagangan dan Daya Beli) Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo mengatakan, kenaikan PPN saat ini bukan karena transaksi jual beli yang membaik. Melainkan karena ada peningkatan kepatuhan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak setelah pelaksanaan program pengampunan pajak (tax amnesty). “PPN naik itu karena compliance-nya yang naik, bukan karena transaksi. Itu karena pelaksanaan amnesti pajak kemarin itu,” tutur dia. Daya Beli Terus Turun, Rizal Ramli Sindir Tim Ekonomi Jokowi Rajin 'Ngeles' EKBIS  SENIN, 07 AGUSTUS 2017 , 22:33 LAPORAN: IHSAN DALIMUNTHE  Rizal Ramli/net RMOL. Pakar Ekonomi Rizal Ramli meminta agar tim ekonomi Presiden Joko Widodo berhenti untuk berkilah alias ngeles untuk menutupi kelemahannya saat semakin buruknya kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat. "Ini kok rajinnya ngeles. Online (bisnis) lah jadi penyebab retail anjlok. Let get straight, kebijakan makro ekonomi super konservatif itu penyebab anjlok," kicau Rizal melalui akun twitter pribadinya @RamliRizal, Senin (7/8). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu merinci kebijakan makro ekonomi super konservatif yang dia maksud. Beberapa diantaranya, tim ekonomi Jokowi hanya memiliki prioritas utama bayar pokok dan bunga utang. "Rp 512 Triliun untuk tahun 2017, infrastruktur prioritas ketiga Rp 387 Triliun. Tidak ada kreatifitas untuk mengurangi beban utang dengan cara seperti 'Debt-to-Nature Swap','Loan Swap' dan lainnya," jelas Rizal. Mantan Menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber Daya itu juga menilai tim ekonomi Jokowi hanya fokus pada austerity (potong-potong/pengetatan). Itu dilakukan hanya sekedar untuk mengamankan kepentingan kreditors, i.e. pembayaran utang. "Tidak ada 'growth story', memacu sektor-sektor unggulan yang competitive dan cepat hasilkan devisa seperti tourism, electronics dan lainnya," ungkap Rizal Mantan Kepala Bulog itu juga menilai tim ekonomi Jokowi melihat macro economics seolah-olah hanya soal inflasi dan APBN. Padahal kata Rizal, banyak cara untuk memicu infrastruktur di luar APBN seperti revaluasi aset. Rizal pun bercerita dia berhasil mendorong asset BUMN naik 800 Triliun dan pajak 32 Triliun pada tahun 2016 lalu. "Selain revaluasi aset juga harusnya lakukan sekuritisasi aset, BOT/BOO untuk infrastruktur di Jawa (daya beli dan pertumbuhan ekonomi relatif tinggi)," tambah Rizal. Rizal juga menyayangkan pertumbuhan kredit dibawah tim ekonomi Jokowi yang hanya mencapai 10%. Menurut Rizal untuk mencapai target ekonomi tumbuh 6,5% maka kredit perlu tumbuh 15 hingga 17%. "Tapi harus tetap prudent," ujar Rizal. Terakhir Rizal juga mengkritisi soal kebijakan pemotongan subsidi dan pajak yang diuber-uber. Ironisnya penguberan pajak itu termasuk untuk golongan menengah bawah seperti petani tebu dan yang memiliki akun Rp 1 milyar. "Upaya turunkan batas minimum kena pajak Rp 4,5 juta. Kalau berani yang top 1 % dong. Di negara yang lebih canggih pengelolaan makro ekonominya, mereka longgarkan fiskal, pajak dan moneter ketika ekonomi slowdown. Nanti kalau sudah membaik, baru diuber," pungkas Rizal. Rizal pun mengaku mendapatkan data jika penjualan sepeda motor saat ini turun 5%. Selain itu, pertumbuhan konsumsi listrik hanya 2% yang biasanya bisa mencapai 9%. Pertumbuham omset semen pun disayangkan Rizal hanya mencapai 3% yang biasanya 10%. "Dari pada ngeles, mungkin lebih simpatik akui trend-trend factual dan umumkan langkah-langkah yang akan diambil dan time-framenya. Lebih asyik ndak perlu ngeles lagi. Sudah terang benderang, cari solusi keluar dari kebijakan makro ekonomi konservatif," demikian Rizal.[san]. Daya Beli Terus Turun, Rizal Ramli Sindir Tim Ekonomi Jokowi Rajin 'Ngeles' #jokowi https://t.co/8cEP3jolkt   HOME   HOTDedi Mulyadi, Bung Karno Dan Pemimpin Bermental Inlander, 17 AGUSTUS 2017 , 08:19:00    Benarkah Makro Ekonomi Kita Sukses? POLITIK  KAMIS, 17 AGUSTUS 2017 , 09:17:00 WIB | OLEH: FUAD BAWAZIER  Fuad Bawazier/Net AKHIR-akhir ini para pejabat penting di bidang ekonomi dan keuangan pemerintahan sibuk membanggakan "sukses" dengan kebijakan makro ekonomi yang stabil. Padahal Presidennya mendesak para pejabatnya agar mengambil berbagai langkah konkrit untuk mendongkrak ekonomi Indonesia, antara lain melalui berbagai Paket Kebijakan Ekonomi untuk menerobos kelesuan di sektor riil alias mikronya. BERITA TERKAIT Pemerintah Targetkan Ekonomi Tumbuh 5,4 Persen Di 2018 Pertumbuhan Ekonomi Harus Langsung Dirasakan Rakyat Makro Ekonomi Indonesia sejak 50 tahun terakhir ini (awal Orba sampai sekarang) praktis stabil begini-begini saja (kecuali saat terkena krisis moneter) dengan kecenderungan kini memburuk. Sebab dulu pertumbuhan bisa mencapai 6-7 persen; sekarang hanya 5 persen; cadangan devisa relatif stabil diukur rationya terhadap impor; inflasi plus-minus sama/relatif stabil; rata-rata pertumbuhan kredit perbankan dulu lebih tinggi dari sekarang; IHSG BEI dari dulu selalu yang paling menguntungkan di Asia; tetapi utang negara jelas memburuk sebab dulu (Orba) hanya utang kepada IGGI/CGI dengan ratio pembayaran cicilan dan bunganya terhadap APBN yang amat kecil dibandingkan utang negara saat ini yang selain ke CGI juga ke pasar bebas, dengan pemenuhan kewajibannya bisa sampai 25 persen dari APBN; tax ratio juga memburuk; kurs rupiah terhadap valas juga relatif stabil tetapi semasa Orba lebih stabil lagi dengan devaluasi. Jadi makro ekonomi kini bisa dibilang OK dan masih OK, tapi sebenarnya terus memburuk dan ingat, lama-lama bisa ambruk.  Jadi sebaiknya petinggi ekonomi keuangan Pemerintah tidak terlena apalagi membanggakan "sukses" makro ekonomi sebab dari dulu ya begitu-begitu saja dengan kecenderungan relatif memburuk. Jadi tidak ada yg perlu dibanggakan dengan makro ekonomi Indonesia sekarang ini. Ada yang bilang ke saya bahwa itu hanyalah manuver para menteri agar tidak terkena reshuffle kabinet. Saya jawab itu urusan politik, tapi yang jelas harus diperhatikan dan dijadikan ukuran kesuksesan ekonomi oleh Pemerintah adalah keadaan mikro ekonomi, karena itulah yang betul-betul dirasakan para pelaku ekonomi, baik penjual/produsen maupun pembeli/konsumen. Propaganda "sukses" yang terus menerus bisa menyesatkan.  Dan bahayanya, lama-lama pemerintah sendiri bisa terlena karena percaya pada kebohongan atau propagandanya sendiri. Kita sedang defisit prestasi makro ekonomi cuma belum sampai terpuruk. Jadi tanyakanlah pada pasar secara detail apa keluhan mereka. Stabilitas makro penting tapi itu saja tidak cukup, sebab ukuran sukses sesungguhnya di sektor riil atau mikro. Dan di mikro kita sedang babak belur. Bersyukur Jokowi giat membangun infrastruktur yang dalam jangka menengah dan panjang akan mengangkat ekonomi Indonesia. [* Opini Perlambatan Ekonomi dan Kinerja Pemerintahan Koran SINDO Sabtu 27 Juni 2015 - 09:29 WIB  Defiyan Cori  Pendekatan evaluasi kinerja sistem ekonomi kapitalisme-liberalisme yang saat ini digunakan banyak negara mengharuskan dan tidak dapat dielakkan bahwa ekonomi makro harus didasarkan pada pertumbuhan ekonomi (growth). Dengan logika itu pulalah, kinerja perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Joko Widodo dapat diperbandingkan. Dilihat dari capaian pertumbuhan ekonomi berdasar data BPS pada kuartal I 2015 (Januari- Maret) sebesar 4,71%, terjadi penurunan 0,33% dari tahun lalu (2014) yang mencapai sebesar 5,14%. Perlambatan ekonomi ini lebih banyak disebabkan oleh penurunan kontribusi sektor konsumsi dalam memberikan sumbangan (kontribusi) terbesar atas pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu sampai 55% lebih. Lalu, terbesar kedua adalah sektor investasi yaitu 28%. Pada kuartal I 2015 ini pertumbuhan konsumsi rumah tangga turun yaitu hanya mencapai 2,75% dibandingkan dengan 2014 yang mencapai 2,93% atau turun sebesar 0,18%. Di sektor yang lain, penurunan juga terjadi. Di sektor perdagangan misalnya ekspor Indonesia pada kuartal I 2015 hanya mencapai USD39,13 miliar atau menurun 11,67% dibanding 2014. Sedangkan ekspor nonmigas terjadi penurunan pada kuartal I 2015 ini sebesar 8,23% atau hanya mencapai USD33,43 miliar dibanding kuartal I 2014 yang mencapai USD36,18 miliar. Penjualan kendaraan bermotor yaitu motor dan mobil pada kuartal I 2015 ini juga menurun, masingmasing sebesar 16% dan 19%. Di sektor keuangan dan perbankan, ekspansi kredit pada kuartal I 2015 ini hanya mencapai 11%, jauh dari rencana sasaran ekspansi yang menjadi sasaran yaitu 15-17%. Dengan membandingkan kondisi ekonomi 2005, 2010, dan 2015, terutama capaian pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang sama (triwulan I) dan masing-masing berada pada masa awal pemerintahannya, yang dicapai pada masa Presiden Joko Widodo lebih rendah. Dengan kondisi relatif sama, ada perDengan kondisi relatif sama, ada perbedaan capaian pertumbuhan ekonomi pada masa awal kedua Presiden baru memerintah dan telah bekerja selama enam bulan yaitu sebesar 1,64% lebih tinggi capaian Presiden SBY dibandingkan dengan Presiden Jokowi. Tantangan Presiden Terkait dengan sektor keuangan, tingginya suku bunga membuat terhambatnya kinerja para pengusaha dalam melakukan kegiatan operasional usahanya, terlebih bagi pengusaha yang memiliki utang yang cukup besar. Maka itu, jatuh tempo kewajiban pembayaran atas cicilan pokok dan bunga pinjaman yang harus segera dipenuhi dengan melambatnya perekonomian dan rendahnya daya beli konsumen atas produk- produk tertentu akan berimbas pada penjualan dan laba yang diperoleh perusahaan. Semakin kecil hasil produksi yang bisa terjual, akan semakin rendah penjualan produk perusahaan yang akan mengakibatkan tertekannya likuiditas perusahaan untuk membayar kewajiban pada karyawan maupun pihak ketiga. Dengan pihak perbankan, tentu dalam jangka panjang akan terjadi penumpukan kewajiban atas utang yang akhirnya macet dan menimbulkan permasalahan baru. Sebab itu, harus ada kebijakan penurunan suku bunga acuan kredit perbankan agar para pengusaha dapat lebih leluasa, ditambah ada penjadwalan ulang atas kewajiban utang. Tentu saja ini diikuti oleh pengawasan atas operasi perbankan yang selama ini mungkin tidak dijalankan secara konsisten sehingga saat ekonomi memburuk tidak ada sistem peringatan dini (early warning system) yang memadai. Inflasi pada Mei 2015 sesuai data BPS sudah mencapai 7,15% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya berkisar 5-6% sudah sangat mengkhawatirkan. Jelas pada permasalahan inflasi ini harga kebutuhan pokok yang sangat tinggi sudah tidak bisa dikendalikan oleh otoritas yang berwenang. Muchtar Effendi Harahap: Anggaran Dimutilasi Rp.70 Triliun, Bukti Kegagalan Pemerintahan Jokowi  13 Jun, 2016 Center for Budget Analysis (CBA) mengaku kecewa terhadap proposal APBN-P 2016 yang diajukan pemerintah kepada DPR. Pasalnya CBA mendapat bocoran dari Badan Anggaran (Banggar) DPR bahwa draf RAPBN-P tersebut melakukan pyengurangan alokasi anggaran hingga Rp70 triliun. Direktur CBA, Uchok sky Khadafi mengatakan dengan adanya pengurangan atau “mutilasi” alokasi anggaran di setiap kementerian/lembaga negara tersebut, memperlihatkan bahwa Presiden tidak mempunyai kapasitas sebagai pemimpin. Dia berpendapat seharusnya Jokowi tidak melakukan ‘mutilasi’ anggaran dalam APBN-P, tetapi mestinya meningkatkan alokasi anggaran pada kementerian atau lembaga yang punya kinerja baik di mata publik. “Untuk mengelabui publik, pemerintah menyatakan bahwa pengurangan alokasi anggaran pada setiap kementerian atau lembaga negara karena tujuan penghematan anggaran. Ini artinya pemerintah Jokowi memakai istilah penghematan anggaran, sengaja untuk memplintir otak publik agar bisa ikut membebek ikut kebodohan pemerintah,” kata Uchok, Senin (13/6). Dengan demikian CBA meminta DPR agar menolak mutilasi anggaran yang diusulkan Jokowi. Kemudian Uchok juga menantang Ketua DPR, Ade Komarudin selaku mantan aktivis untuk menunjukkan keberpihakannya kepada kepentingan publik. “Dengan melakukan penolakan atas mutilasi anggaran berarti DPR menunjukan kewibawaan lembaga parlemen. Karena DPR sekarang setara dengan Presiden, maka jangan mau jadi stempel presiden Jokowi. Klau DPR hanya jadi stempel presiden Jokowi lebih baik pulang kampung saja, tidak usah jadi wakil rakyat karena memalukan sekali,” tukasnya. Berikut 10 Kementerian/Lembaga menjadi korban mutilasi anggaran presiden Jokowi. 1 Kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat anggaran dimutilasi sebesar Rp 8.4 Trilun 2 Kementerian Pendidikan dan Budaya anggaran dimutilasi Rp 6.6 Triliun. 3 Kementerian Pertanian anggaran dimutilasi sebesar Rp 3.9 Triliun 4 Kementerian Perhubungan, anggaran dimutilasi sebesar Rp3.7 Triliun 5 KKP, anggaran dimutilasi sebesar Rp 2.8 triliun 6). Kemenhan anggaran dimutilasi sebesar Rp.2.8 Triliun. 7 Kemen Ristek dan Dikti, anggaran dimutilasi sebesar Rp.1.9 Triliun 8 Kemensos anggaran yang dimutilasi sebesar Rp1.5 Triliun 9 POLRI, anggaran dimutilasi sebesar Rp.1.5 Triliun. “Mutilasi anggaran ini akan berdampak kepada terganggu kepentingan atau pelayanan publik. Misalnya Polri dimutilasi sampai Rp1.5 triliun maka banyak penjahat yg begitu senang dan gembira karena polisi tidak sanggup untuk memproses secara hukum. Atau Komisi Yudisial tidak akan bisa lagi melakukan pengawasan atas hakim hakim yang nakal lantaran tidak punya anggaran. Apakah ini yang diinginkan oleh Presiden Jokowi dan DPR?,” pungkasnya [28/5 11.18] Muchtar Effendi Harahap:  HOME BISNIS NASIONAL NUSANTARA INTERNASIONAL METROPOLITAN OLAHRAGA GAYA HIDUP CSR EDITORIAL KOLOM KOMUNITAS OTOMOTIF BIDIK HISTORI GOLF INFO BUMDESA GADO-GADO ARSIP BERITA   CARI BERITA 

KINERJA JOKOWI BIDANG PERTAMBANGAN

Keterangan: Tulisan Salamuddin Daeng di bawah ini syarat data. fakta dan angka. Kalau kita baca teliti dan seksama, bolehlah kita tarik kesimpulan sementara: "Presiden Jokowi tak mampu dan gagal urus bidang pertambangan". Padahal selama ini Pemerintah RI sangat bergantung pada bidang pertambangan. Sumber dari Kamar Sebelah. ----------------------------------- HANCURNYA SEKTOR TAMBANG DAN MIGAS. MENGAPA NASIB EKONOMI JOKOWI SIAL BERTUBI TUBI Oleh : Salamuddin Daeng (AEPI) 1. Terjadi Penurunan kapitalisasi pasar sektor pertambangan dari Rp. 216 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp. 140 triliun pada tahun 2015. Kondisi ini setara dengan penurunan kapitalsiasi pasar dalam periode yang sama yakni 7%. 2. Total investasi sektor tambang mengalami penurunan sebesar 31% dari US$7,4 miliar dolar pada tahun 2014 menjadi US$ 5,2 miliar dolar pada tahun 2015. Hasil survey PWC juga menunjukkan keadaan yang demikian. 3. Pada tahun 2015 pengeluaran atau belanja explorasi sektor tambang mengalami penurunan sebesar 22% menjadi US$ 87 juta dolar dari rata rata US$ 113 juta dolar. 4. Internasional survey menunjukkan bahwa Indonesia memiiki prospek tambang yang begitu besar, namun rangking indonesia dalam investasi tambang menurun dari urutan 91 dari 104 negara menjadi urutan 99 dari 104 negara. (Survey Fraser Institute in February 2017) 5. Kontribusi sektor tambang terhadap Gross Domstik Product (GDP) menurun dari 6,14% di tahun 2011 menjdi 4,23% pada tahun 2016. Kontribusi sektor tambang terhadap total penerimaan ekspor menurun dari 17% pada tahun 2013 menjadi 13% sepanjang tahun 2014-2017. 6. Harga minyak telah mengalami penurunan tajam dari harga rata rata US$ 110 – 120 dolar/barel menjadi rata rata US$ 30-40/barel sejak pemerintahan Jokowi tahun 2014 sampai dengan sekarang. 7. Sejak tahun 2015 produksi minyak Indonesia hanya mencapai 786 ribu barel per hari atau menurun 70% dibandingkan dengan produksi tahun 2005. Tahun 2016 produksi minyak hanya mencapai 831 ribu barel dan tahun 2017 sebesar 825 ribu barel. 8. Kontribusi sektor minyak terhadap penerimaan negara menurun 79% dari Rp. 216 triliun pada tahun 2014 menjadi hanya Rp. 45 triliun di tahun 2016. 9. Sumbangan Indonesia kepada pasar gas global menurun dalam beberapa tahun terakhir dari 2.6% terhadap pasar global pada tahun 2010 menjadi 2.0% di tahun 2016. Indonesia telah jatuh dari posisi sebagai world largest exporter setelah Qatar, Australia, Nigeria, and Malaysia. Sampai hari ini, sektor tambang dan migas belum menunjukkan tanda-tanda akan mengalami pulih. Padahal sektor di bawah menteri ESDM tersebut selama bertahun tahun merupakan penopang ekonomi Indonesia dan penyumbang terbesar pendapatan negara. Jadi bagaimana nasib pemerintahan Jokowi beserta segenap ambisinya?

Kinerja Jokowi bidang Kelistrikan

Sebagai informasi, berikut tarif listrik di beberapa negara sebagai perbandingan : 1. Amerika Serikat (AS) USD3 cent per kwh. 2. Bangladesh USD3 cent per kwh. 3. Vietnam USD7 cent per kwh. 4. Malaysia USD6 cent per kwh. 5. Pakistan USD6 cent per kwh. 6. Korea Selatan USD6 cent per kwh. 7. Indonesia USD11 cent per kwh. (LH)``` http://kabarbangka.com/2017/04/tarif-listrik-indonesia-termahal-di-duna/ :: http://kedaipena.com/subsidi-listrik-dicabut-72-juta-rakyat-hidup-pra-sejahtera/ ______________________________________ KedaiPena.Com – Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Hafizh Thohir menilai, pencabutan subsidi listrik 900 VA yang dilakukan oleh Pemerintah per 1 Mei kemarin sangatlah tidak tepat. “Kalau rakyat miskin sudah tidak ada lagi maka subsidi listrik tersebut seyogyanya bisa dicabut. Namun, saat ini rakyat miskin di Indonesia kan masih banyak,” jelas dia kepada KedaiPena.Com, ditulis Sabtu (10/6). “Sebab, 29 juta orang miskin ditambah 72 juta rakyat yang hidup di atas penghasilan Rp1,2 juta perbulan, yang mana dengan penghasilan minim seperti itu, masih membutuhkan subsidi tersebut,” tambah dia. Hafizh menjelaskan, dengan dicabutnya subsidi tersebut maka harga listrik akan sangat tinggi sehingga menjadi beban bagi rakyat rakyat miskin serta rakyat pra sejahtera. “Inilah PR besar pemerintah bagaimana harga listrik harus dapat tercapai oleh daya beli rakyat sekelas mereka,” ungkap Politikus PAN ini. “Sesuai UUD 45 maka rakyat tak mampu dipelihara oleh negara, maka itu subsidi merupakan implementasi tentang tanggung jawab pemrintah kepada rakyatnya. Dan perlu di ingat subsidi dapat dicabut jika rakyat sudah mampu membeli,” tandasnya. Teriak jg Harusnya kita2 nie Teriak2 _Proyek ini pernah di kepret oleh si Rajawali, Rizal Ramli sejak awal jadi Menko Kemaritiman, menyebabkan Jusuf Kalla "tersinggung" sempat heboh di media._ http://kedaipena.com/dpr-prediksi-proyek-listrik-35-ribu-mega-watt-mangkrak-dulu-rr-pernah-mengingatkan/ DPR Prediksi Proyek Listrik 35 Ribu Mega Watt Mangkrak, Dulu RR Pernah Mengingatkan KedaiPena.Com – Anggota Komisi VII DPR RI, Eni Maulani Saragih memperkirakan, bahwa proyek listrik 35 ribu mega watt yang saat ini sedang di genjot pembangunan nya oleh pemerintah akan mangkrak. Hal itu, kata Eni, disebabkan karena kondisi ekonomi Indonesia yang sedang tidak stabil saat ini “Jangan harap, saya yakin kalau di genjot terus PLN akan rugi. Dan kemungkinan akan mangkrak kembali,” papar Eni kepada wartawan belum lama ini di Jakarta. Eni pun tak menampik, pencabutan subsidi listrik yang sedang dilakukan pemerintah saat ini, merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan mega proyek yang ditargetkan selesai pada tahun 2019 ini. “Karena, penerimaan negara terhadap pajak tidak terpenuhi penerimaan negara kurang. Makanya bagaimana pemerintah kita efisiensi,” beber legislator asal Gresik, Jawa Timur ini. “Dan ekonomi kita perlu stabil serta seimbang. Maka dari itu ini jadi masalah kita bersama, kita dari sisi anggota DPR akan terus melakukan pengawasan soal ini,” pungkas politisi Partai Golkar ini. Jauh sebelum Eni bicara, eks Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, menyatakan proyek pembangunan pembangkit listrik 35 ribu mega watt (MW) harus dievaluasi. Hal ini dikarenakan, dalam perjalanannya program ini dinilai mustahil akan tercapai dalam waktu lima tahun mendatang. Menurutnya, hingga 2019 kemungkinan hanya tercapai 16 ribu MW. Rizal mengatakan, sebagai gantinya, pihaknya akan menggulirkan proyek percepatan dan diversifikasi listrik (PPD-listrik) yang gunanya tetap sama, yaitu memenuhi kebutuhan listrik nasional. “Program ini bagian dari rencana pemerintah membangun listrik 35 ribu MW sampai 2019. Bedanya, PPD-listrik akan mengevaluasi mana saja yang realistis diwujudkan sekaligus melakukan percepatan dan diversifikasi sumber-sumber energinya,” ujar RR, sapaan Rizal Ramli. Laporan: Muhammad Hafidh Mengapa rakyat yang menderita disuruh cabut meteran listrik oleh pemerintah Jokowi? by: Salamuddin Daeng 1. Diseluruh dunia tidak ada satu negarapun yang pernah menaikan tarif untuk satu golongan pelanggan sebesar 125% kurang dari satu semester. Lebih konyol lagi kenaikan tarif dilakukan pada dengan alasan pencabutan subsidi. Padahal subsidi telah berkurang atau bahkan telah hilang sejak penurunan harga energi batubara, minyak dan gas sejak 2014 lalu. 2. Tarif listrik di Indonesia telah melebihi tarif rata rata listrik di Amerika Serikat. Tarif listrik di AS pada maret 2017 per kwh berkisar antara 6.74 cent dolar atau Rp. 780 untuk industri dan 10.48 cent dolar atau Rp. 1.362/kwh untuk komersial. (Mei 2017). Sementara Tarif listrik Indonesia PLN non subsidi pada Juni 2017 adalah Rp. 1467,28/kwh, tarif penyesuaian 900VA Rp. 1.352/KWH dan tarif subsidi untuk pelanggan miskin Rp. 415/kwh. hebat sekali indonesia kesejahteraan rakyatnya di Era Pemerintahan Jokowi lebih baik dari Amerika Serikat. Wah Donald Trump bisa tersinggung ini sama Jokowi. 3. Rata rata tarif listrik di China 7 cent dolar aatau Rp. 924/kwh dan India adalah 8 cent dolar per KWH atau seharga Rp. 1040 /kwh, jauh lebih rendah dibandingkan harga di Indonesia. Harga listrik subsidi di China 0.42 Yuan. Di India tarif listrik golongan rendah hanya 2 cen dolar atau Rp. 264/kwh atau separuh tarif orang miskin di Indonesia. 4. Jika mengancu pada data management consultants McKinsey mengatakan bahwa kelas menengah (middle class) di Indonesia sebanyak 45 juta jiwa. Dengan demikian jumlah rumah tangga yang tidak perlu mendapatkan subsidi adalah 11,25 juta rumah tangga. Sisanya adalah bukan kelas menengah dan rentan pada kemiskinan. 5. Listrik adalah pemicu inflasi nomor satu dibandingkan dengan faktor lainnya. dengan demikian maka kenaikan tarif listrik akan semakin memicu inflasi yang sudah sangat tinggi di Indonesia. sementara kenaikan inflasi kembali akan dijadikan indikator oleh pemerintah untuk menaikkan tarif listrik. Jadi tarif listrik ini akan dinaikkan sampai berapa ? Rupanya itu maksud rakyat disuruh cabut meteran? Ilustrasi Listrik Oleh : Salamuddin Daeng (AEPI) 1. Diseluruh dunia tidak ada satu negarapun yang pernah menaikan tarif untuk satu golongan pelanggan sebesar 125% kurang dari satu semester. Lebih konyol lagi kenaikan tarif dilakukan pada dengan alasan pencabutan subsidi. Padahal subsidi telah berkurang atau bahkan telah hilang sejak penurunan harga energi batubara, minyak dan gas sejak 2014 lalu. 2. Tarif listrik di Indonesia telah melebihi tarif rata rata listrik di Amerika Serikat. Tarif listrik di AS pada maret 2017 per kwh berkisar antara 6.74 cent dolar atau Rp. 780 untuk industri dan 10.48 cent dolar atau Rp. 1.362/kwh untuk komersial. (Mei 2017). Sementara Tarif listrik Indonesia PLN non subsidi pada Juni 2017 adalah Rp. 1467,28/kwh, tarif penyesuaian 900VA Rp. 1.352/KWH dan tarif subsidi untuk pelanggan miskin Rp. 415/kwh. hebat sekali indonesia kesejahteraan rakyatnya di Era Pemerintahan Jokowi lebih baik dari Amerika Serikat. Wah Donald Trump bisa tersinggung ini sama Jokowi. 3. Rata rata tarif listrik di China 7 cent dolar aatau Rp. 924/kwh dan India adalah 8 cent dolar per KWH atau seharga Rp. 1040 /kwh, jauh lebih rendah dibandingkan harga di Indonesia. Harga listrik subsidi di China 0.42 Yuan. Di India tarif listrik golongan rendah hanya 2 cen dolar atau Rp. 264/kwh atau separuh tarif orang miskin di Indonesia. 4. Jika mengancu pada data management consultants McKinsey mengatakan bahwa kelas menengah (middle class) di Indonesia sebanyak 45 juta jiwa. Dengan demikian jumlah rumah tangga yang tidak perlu mendapatkan subsidi adalah 11,25 juta rumah tangga. Sisanya adalah bukan kelas menengah dan rentan pada kemiskinan. 5. Listrik adalah pemicu inflasi nomor satu dibandingkan dengan faktor lainnya. dengan demikian maka kenaikan tarif listrik akan semakin memicu inflasi yang sudah sangat tinggi di Indonesia. sementara kenaikan inflasi kembali akan dijadikan indikator oleh pemerintah untuk menaikkan tarif listrik. Jadi tarif listrik ini akan dinaikkan sampai berapa ? Rupanya itu maksud rakyat disuruh cabut meteran? Kemudian MEMBURUKNYA EKONOMI INDONESIA 2017 seperti disarikan dalam Data laporan World Bank (Juni 2017) 1. Kenaikan tarif dasar listrik dalam setengah tahun terakhir meningkatkan inflasi menjadi 4,9% dari rata-rata tahunan 3.2%. 2. Sektor perbankkan Indonesia memburuk yang ditandai dengan meningkatnya non-performing loans (NPL) perbakkan yang sudah berada diatas batas atas yang ditetapkan dalam Basel III threshold 3. Jakarta Composite Index (JCI) telah jatuh sekitar 8% tahun ini dan imbal hasil dari investasi asing dalam berbagai investasi di Indonesia telah jatuh. 4. Defisit transaski berjalan meningkat menjadi 1 % GDP lebih tinggi dibandingkan dengan kwartal 4 tahun 2016 sebesar 0,9% GDP. Untuk tahun 2017 defisit transaksi berjalan akan meningkat pada posisi 1.8% GDP. 5. Resiko keuangan pemerintah terjadi disebabkan pemotongan anggaran 2016 yang menimbulkan ketidakpastian karena penganggaran APBN yang tidak realistik. 6. Defisit Anggaran Pendapatan dan bealnja Negara 2017 akan meningkat dari 2.4% GDP pada tahun 2016 menjadi 2,6% GDP pada tahun 2017. Itupun dengan asumsi peenrimaan pajak tercapai. Jika tidak maka defisit bisa berada di atas 3 %. 7. Sampai dengan bulan Mei 2017 pemerintah telah mengambil 53% dari rencana utang untuk mengatasi defisit,penurunan penerimaan pendapatan negara, dan utang jatuh tempo. 8. Penjualan ritel yang merupakan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi menurun tajam menjadi 4,6% sampai dengan Mei dibandingkan rata rata pertumbuhan kwartal II 2016 sebesar 9,5%. 9. Menurut Bank Dunia, tahapan pemilu yang akan dimulai pada tahun 2018 akan menghambat reformasi struktural, menimbulkan ketidakpastian dan akan menjadi pertimbangan utama bagi investor asing. Waspada waspada wasapadalah… http://www.repelita.com/terbongkar-ternyata-ini-alasan-kenapa-rakyat-disuruh-cabut-meteran-listrik-oleh-pemerintah-jokowi/ *INFO TARIF LISTRIK DI DUNIA, LISTRIK INDONESIA TERMAHAL DIDUNIA* Sebagai informasi, Berikut tarif listrik di beberapa negara Sebagai perbandingan : 1. Amerika (AS) : USD 3 cent per kwh. 2. Bangladesh : USD 3 cent per kwh. 3. Vietnam : USD 7 cent per kwh. 4. Malaysia : USD 6 cent per kwh. 5. Pakistan : USD 6,6 cent per kwh. 6. Korea Selatan : USD 6 cent per kwh. 7. #Indonesia : USD 11 cent per kwh. "Rakyat Indonesia huebat dan Sogéhh-Sogéhh..?!? dan Bodoh ?!?" Tarif listrik Indonesia, dinilai paling mahal di dunia, dibandingkan dengan Negara lainnya. Klo AS tarif listriknya lebih murah oke lah.. Tapi... BANGLADESH...!!! PT.PLN sangat tidak efisien. Beban inefiseinsi dikenakan dan dibebankan kepada konsumen PLN (pelanggan PLN). Kenaikan harga listrik memicu kenaikan semua produksi atas kebutuhan hidup masyarakat banyak. Harga pemasok listrik dari berbagai perusahaan kepada PT.PLN ditetapkan dengan harga Kartel (kesepakatan bersama antara PT.PLN dengan para PT. Pemasok Listrik). Perlu investigasi dari KPPU dan KPK. http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/01/07/341778/wow-tarif-listrik-indonesia-termahal-di-dunia   Home Opini Catatan Hitam Ketimpangan dan Kemiskinan OPINI Catatan Hitam Ketimpangan dan Kemiskinan Facebook  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ketimpangan pendapatan indonesia belakangan ini cenderung memburuk yang ditandai dengan indeks gini mendekati 0,5 atau gini ratio pengeluaran tahun 2015 0,413 dan tahun 2017 sedikit menurun jadi 0,397. Sebaliknya angka kemiskinan 2017 meningkat jadi 27,77 juta orang dari tahun 2016 yang mencapai 27,76 juta. Terlepas dari angka-angka yang dilaporkan BPS, menurut saya ketimpangan dan kemiskinan patut jadi catatan hitam ekonomi Indonesia dalam 50 tahun terakhir dan sebagai refleksi saat Indonesia memperingati hari kemerdekaan yang ke-72. Selain trendnya yang cenderung statis atau jalan di tempat dan bahkan memburuk dalam jangka panjang, kebijakan yang digunakan untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan tidak berubah yaitu mengandalkan kebijakan neo liberal plus mekanisme trickle down effect.Kebijakan yang tidak berubah ini seolah menunjukkan kurang seriusnya The decision maker dalam memecahkan masalah tersebut.  Belum lama ini, dana moneter Internasional (IMF) sebagai mbahnya neoliberal mengakui bahwa mekanisme trickle down effect atau efek menetes kebawah dari pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara tidak berjalan. Jadi tidak bisa dijadikan kebijakan untuk mengatasi ketimpangan. Hal ini telah terbukti di Indonesia, ketika pertumbuhan ekonomi 7 persen rata-rata tiap tahun selama tiga dasa warsa orde baru namun ketimpangan pendapatan tidak menurun. Jadi terbukti tak ada efek menetes ke bawah, yang terjadi pertumbuhan selalu mengalir keatas membesarkan konglomerat. Ketimpangan Parah LSM Oxfam pada Febuari 2017 menyebut Indonesia sebagai salah satu negara dengan ketimpangan paling parah di dunia. Oxfam mencatat, harta empat taipan terkaya di negara ini sama dengan harta yang dimiliki oleh 100 juta orang miskin. Harta empat orang terkaya di Indonesia mencapai US$ 25 miliar atau setara Rp 333,8 triliun. Sedangkan total kekayaan 100 juta penduduk miskin di Indonesia sebesar US$ 24 miliar ata sekitar Rp 320,3 triliun. Saking banyaknya harta orang kaya tersebut, bunga yang didapat dari kekayaan orang terkaya Indonesia mencapai 1000 kali jumlah uang yang dibelanjakan penduduk miskin selama setahun. Jumlah miliarder dollarman Indonesia juga bertambah, dari 1 pada 2002 menjadi 20 orang di 2016. Tumbuhnya jumlah jutawan dan miliarder ini menjadi lawan nyata bagi kemiskinan. Hal ini mengkonfirmasi, jika pertumbuhan ekonomi paling banyak dinikmati oleh golongan kaya. Di industri keuangan sesuai data OJK, 50 konglomerasi keuangan menguasai 70% aset industri keuangan Indonesia atau Rp6.300 triliun dari total aset Rp9.000 triliun. Bila melihat publikasi 10 orang terkaya di Indonesia atau 50 orang terkaya di Indonesia aset orang-orang tersebut meningkat terus jumlahnya tiap tahun. Sementara kelompok masyarakat yang nyaris miskin gampang sekali terhempas ke kelompok miskin hanya gara-gara kebijakan pemerintah yang inflatoir. Nyata sekali gap antara kelompok kaya dan kelompok miskin itu. Secara khusus Bank Dunia pada 2015 mencatat laju peningkatan ketimpangan ekonomi di Indonesia paling tinggi di Asia Timur. Bahkan dalam distribusi asset lebih memprihatinkan. Yaitu rasio gini penguasaan lahan mencapai angka 0,72. Angka ini lebih tinggi daripada rasio gini pendapatan. Badan Pertanahan Nasional bahkan mencatat 56 persen asset berupa tanah, properti dan perkebunan hanya dikuasai oleh sekitar 0,2 persen penduduk. Nah, kondisi ketimpangan yang semakin parah ini kalau kita bedah merupakan akibat langsung model kebijakan pemerintah yang tidak berubah sejak orde baru sampai sekarang yang melibatkan enam presiden (1967-2017), Yaitu kebijakan neo liberal yang pro utang luar negeri, pro investor asing, pro Lembaga Internasional, pro pemodal, pro konglomerat dan diwarnai KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) sehingga kapitalisme yang dikembangkan cenderung capitalisme crony. Kisah parahnya ketimpangan ini bermula dari kebijakan pemerintah pro konglomerat yang dimulai sejak orde b Reporter : Novita Intan Sari Merdeka.com - Dewan Energi Nasional (DEN) menyatakan, target 35.000 MW, hanya akan terealisasi 19.000 MW di 2019 mendatang. Hal ini merujuk pada proyek pembangkit dalam rencana 35.000 MW yang sudah financial closing tahun ini "Pembangkit finansial closing akhir 2016 berjumlah 19,7 gigawatt, 15.631 MW (belum selesai), 8.350 MW (yang bisa diselesaikan PLN)," jelas Anggota DEN Rinaldy Dalimi di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (14/11). DEN menyarankan pemerintah merevisi target 35.000 MW. Keputusan tersebut didapat setelah berdiskusi bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). "Program 35.000 MW ini tahun 2019 diperkirakan mencapai 19,7 giga watt, minimal. Dengan bermacam pertimbangan termasuk dari sisi pertumbuhan ekonomi 6 persen," ujar Rinaldy. Dia menambahkan, salah satu kendala pembangunan pembangkit listrik ialah belum adanya penetapan lokasi. Tercatat, saat ini ada 30.000 pembangkit yang belum ditetapkan lokasinya. "Lokasi belum ditetapkan maka tidak mungkin selesai 2019. Sektor kelistrikan dengan beban cukup menjaga realibitis 19,7 GW dengan tingkat ekonomi 6 persen tetap aman. Sehingga menganggap 19,7 GW angka yang masuk akal dengan mendukung pertumbuhan ekonomi, kalau lebih baik karena rasio elektrifikasi akan bertambah," jelas dia

KINERJA JOKOWI BIDANG INFRASTRUKTUR

Polemik Jalan Tol, Skenario Memberangus Cetak Tangan SBY? 13 June 201702810 Tersentak saya membaca berita di satu media darling, perihal perbandingan jalan tol sejak era Soeharto hingga Jokowi. Pasalnya, Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum-Perumahan Rakyat (PU-PR) Endra Saleh Admawidjaja secara tersirat menegaskan pembangunan jalan tol di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kalah jauh dari Jokowi. Endra menegaskan, selama dua periode menjabat, SBY membangun jalan tol sepanjang 212 km. Sebaliknya, belum genap tiga tahun menjabat, Jokowi telah mengoperasionalkan 176 km jalan tol, dan diperkirakan hingga akhir 2017 nanti bakal ada total tambahan 568 km jalan tol di era Jokowi. Luarbiasa! Tetapi apa mungkin? Bagaimana bisa pencapaian 10 tahun kalah jauh dari 3 tahun pemerintahan? Nalar saya menolak informasi ini. Maka saya putuskan untuk berselancar untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lantas, saya mengasumsikan ada dua hal besar yang sebenarnya terjadi. Pertama, besar kemungkinan ada miss-informasi yang didapatkan Endra. Pasalnya, data Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum yang disiarkan pada 17 Oktober 2014, dinyatakan secara jelas pembangunan prasarana jalan rentang 2004 sampai 2014 telah dilakukan pembangunan jalan sepanjang 5.190 km, di antaranya adalah 4.770 km jalan non tol (jalan nasional) dan 420 km jalan tol. Lantas, mengapa disebut era pemerintahan SBY hanya terbangun 212 km jalan tol? Mungkinkah panjang jalan tol bisa menyusut dari 420 km pada 2014 menjadi 212 km pada 2017 seperti yang dinyatakan oleh Endra? Besar dugaan saya ini adalah perkara salah data –dan hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru di era pemerintahan Jokowi. Kita sama-sama tahu, pemerintahan Jokowi adalah masa kepemimpinan yang amat lemah perkara data, bahkan seringkali jatuh menjadi blunder. Perkembangan pembangunan jalan di Indonesia periode 1968-2013 Kita tentu masih ingat pidato “teledor” Jokowi dalam forum bisnis di Hongkong bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah yang ketiga tertinggi di dunia –yang akhirnya menjadi bahan tertawaan masyarakat internasional. Atau kehebohan Perpres No. 39 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Perpres No. 68 Tahun 2010 tentang pemberian fasilitas uang muka bagi pejabat negara pada lembaga negara untuk pembelian kendaraan perorangan, yang ketika publik memprotes dijawab Jokowi: I don’t read what I sign. Ada pula polemik Arcandra Tahar yang diangkat sebagai Menteri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral kendati masih berstatus dwi kewarganegaraan. Atau perkara remeh-temeh seperti kasus salah ketik nama lembaga negara hingga prasasti peresmian proyek yang ditandatangi Presiden. Rentetan kecolongan ini menggambarkan betapa lemahnya pemerintahan Jokowi dalam mengolah data dan informasi. Bandingkan dengan pemerintahan SBY, di mana kasus-kasus “recehan” begini tidak pernah terjadi. Sebab, SBY amat tegas perkara data dan informasi. Logika SBY kira-kira begini: bagaimana hendak membangun proyek mercusuar, jika perkara data saja sudah salah? Kedua, ada data dan informasi yang disembunyikan oleh Kemen PU-PR. Pasalnya, Endra sendiri menyebut : di era Presiden Jokowi, dalam tiga tahun hingga tahun ini ada 176 km jalan tol yang beroperasi… Apa maksud “beroperasi” ini? Apakah artinya diresmikan? Jika begitu, berpotensi besar proyek-proyek jalan tol itu sudah dirintis di era SBY, tetapi diresmikan di era Jokowi. Pasalnya, pada periode kedua pemerintahannya, SBY memang mengebut poyek infrastruktur. Ambil contoh mega proyek jalan tol Trans Sumatera sepanjang 2.700 km. Kebijakan pemerintah ini ditetapkan dalam Perpres No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. Proyek ini termasuk dalam Master Plan Percepatan, Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang disusun pemerintahan SBY pada tahun 2011. Rencananya, proyek jalan tol Trans Sumatera ini akan memiliki empat koridor, yakni : Lampung, Palembang, Pekanbaru, Medan, dan Banda Aceh sepanjang 460 km (koridor I), Palembang-Bengkulu (koridor II), Pekanbaru-Padang (koridor III) dan Medan-Sibolga (koridor IV). Lalu, seusai masa pemerintahan SBY, setiap tahun kita saksikan Jokowi meresmikan sepotong demi sepotong mega proyek Trans Sumatera ini. Artinya, peresmian Jokowi itu adalah kelanjutan dari mega proyek yang telah diinisiasi, dianggarkan dan mulai dilaksanakan semasa pemerintahan SBY. Jadi, siapa yang sebenarnya paling berjasa dalam pembangunannya? Perkembangan pembangunan tol Trans Sumatera di era SBY (sumutpos.co) Begitu pula jalan trans Papua itu. Kendati diklaim oleh pemerintahan Jokowi, Natalius Pigai, putra asli Papua menyebut Presiden Jokowi telah melakukan pembohongan publik. Dia menegaskan tidak ada pembukaan ruas jalan Trans Papua yang membelah gunung dan bukit, yang ada hanya ruas jalan Wawena-Nduga Papua, itu pun yang dilaksanakan oleh TNI. Saking jengkelnya, Natalia menantang pemerintah untuk membuka road map perencanaan jika memang proyek itu adalah murni inisiasi Jokowi. Tak perlu dibuka sebenarnya, karena jalan Trans Papua tersebut sejatinya adalah program SBY yang masuk dalam koridor Papua -Maluku yang tertuang dalam program MP3EI. Publik yang tangkas mengamati gebrakan SBY ini pasti mengetahuinya. Saya yakin, jika ditelisik lebih lanjut, kasus-kasus ini seperti fenomena gunung es. Sayangnya, Jokowi tidak sekalipun menyebut bahwa proyek-poyek mercusuar yang diresmikannya sudah dirintis di era SBY. Barangkali Jokowi khawatir akan dituding publik sebagai presiden yang tidak memiliki gagasan “apa-apa”. Kerja Jokowi hanya melanjutkan dan meresmikan pekerjaan-pekerjaan SBY yang belum rampung? Terlepas dari apapun alasannya, saya pikir tidak bijak mendegradasi pencapaian SBY hanya untuk mengejar pencitraan semata. Ini tidak sesusai dengan budaya Indonesia yang menolak tabiat: memadamkan lampu orang lain agar lampu kita lebih terang. Sungguh tak bijak. Oleh: Ridwan Sugianto, pegiat Gerakan Indonesia Emas 2045 Catatan: Tulisan Salamuddin Daeng ini mengesankan Jokowi tak mampu dan gagal urus property, satu bidang urusan pemerintahan. Pasar property perlahan lahan "redup" sejak jokowi terpilih sbg Presiden RI. Sumber dari Kamar Sebelah. ----------------------------------- PEMERINTAHAN JOKOWI, PROPERTY DAN BATU AKIK. oleh : Salamuddin Daeng Pada masa pemerintahan SBY fondasi ekomi indonesia adalah batu akik. Harga batu akik naik dengan sangat fantastis. Komunitas internasional mengaku kaget dengan kenaikan harga batu akik di indoesia yang dinilai naik jauh melampaui kewajaran. Ini gila katanya..akik yang dipoles apa adanya bisa berharga jutaan rupiah. Sama dengan batu akik. Ekonomi Pemerintahan SBY adalah property..kenaikan harga property naik secara tidak wajar. Berkali kali lebih besar dibandingkan dengan yang seharusanya terjadi. Gelembung harga property mencapai puncak tahun 2013. World bank mengatakan imdonesia mengalami buble property dan publik harus waspada. Kejatuhan harga batu akik secara perlahan berlangsung di era Jokowi padahal dalam pertemuan KAA di bandung para tamu negara dikalungi akik. Pemerintah lebih jauh akan memajaki transaksi batu akik. Namun kilapan batu akik tedup sebelum Jokowi sempat menikmatinya. Pasar Batu akik rupanya kurang suka dengan Jokowi. Mungkin katena presiden di masa kampanya dikatakan tidak memakai cincin batu. Demikian pula dengan pasar property secara perlahan lahan redup sejak presiden jokowi terpilih. Meskipun Jokowi sejak masa kampanye menggadang gadang sektor property sebagai prioritasnya. Jokowi bahkah berjanji akan membuka peluang asing mendapatkan hak milik sektor property. Tapi rupanya pasar property tidak bergeliat. Seperti batu akik, kilapan prooerty ternyata hanya sesaat. Berbeda dengan bandar batu akik, yang sebagian besar bisnis dengan modal sendiri dan tidak banyak yang mengambil utang luar negeri, Taipan property hidup besar gemuk ditas timbunan utang mengggunung. Mereka para taipan property menggadai setiap jengkal tanah HGB ke bank dan pasar keuangan internasional sebagai jaminan utang. mereka bukan hanya jual petak kamar dan ruangan tapi mereka jual beli kertas berharga dan utang. Namun sialnya begitu jokowi presiden bukan hanya harga batu akik yang merosot, nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika ambruk. Akibatnya utang utang taipan property membengkak. Keuntungan perusahaan property disapu oleh utang sampah mereka. Tidak hanya itu peringkat utang perusahaan property jatuh, harga saham mereka ambruk. Pada 2015 seluruh keuntungan dari bernagai bisnis lippo disapu bersih oleh utang lippo karawaci. Harga saham lippo karawaci saat ini telah jatuh 100% sejak tahun 2015. Perlakuan pemerintahan Jokowi terhadap bandar batu akik berbeda dengan perlakuannya terhadap taipan property. Para bandar batu akik tidak dibantu, tapi Pemerintahan Jokowi membuat berbagai mega proyek infrastrukur tol, MRT, LRT, airport, dll, melintasi lokasi aset aset properti para Taipan. Ini ditenggarai untuk menarik minat pembeli sehinga menaikkan harga aset property. Namun ini justru menjadi pukulan balik bagi konsumen dalam negeri. Bank dunia 2014 mengingatkan indonesia menghadapi dua masalah ekonomi yang menakutkan, daya belin jatuh tapi inflasi naik. Ini gawat, tidak ada jalan keluarnya. Kecuali bagi bagi uang ke rakyat. Bukan bagi sepeda. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk memulihkan kerajaan bisnis property. Pemerintah jokowi bahkan rela menjadi marketing property denganb mencari pembeli hingga ke luar negeri. Asing diberi hak setara hak milik terhadap tanah dan bangunan di Indonesia. Presiden bersama para Taipan property mengembangkan program 1 juta rumah, mengembangkan skema uang muka 1 persen untuk para pembeli property yang berpendapatan rendah. Selain itu pemerintah mengembangkan skema utang/kredit jangka panjang 20-25 tahun atau bahkan seumur hidup. Semua dilakukan demi mengangkat harkat dan martabat taipan property yang runtuh. Namun sektor property ini bak batu akik. Mengkilapnya cepat namun kusam dalam tempo cepat. Kalau batu akik masih bisa digosok dengan kulit, bambu dll agar kembali mengkilap. Kalau property digosok dengan apa? Itulah jauh lebih mudah memulihkan harga batu akik dibandingkan membenahi buble property. Jadi saran saya lebih baik bapak presiden kembali ke batu akik.. Catatan: Penilaian negatif kelas menengah atas dapat ditemukan dlm bentuk tulisan beredar di medsos.Penulis bisa satu orang, tetapi bisa jadi tulisan penilaian negatif merupakan refleksi kelompok. Inilah satu contoh tulisan dimaksud. -------------------------------------- SEPATU PRESIDEN, DAN KEGILAAN TIADA UJUNG* Oleh : Ferdinand Hutahaean RUMAH AMANAH RAKYAT BELA TANAH AIR Ramadhan telah memasuki pekan ke 3 dalam memberikan pelajaran hidup yang beragam, dari sekedar menahan lapar dan dahaga, menahan hawa nafsu dan menumbuhkan perasaan bahagia menjalani bulan penuh berkah tanpa menganggap Ramadhan sebagai sebuah penderitaan karena harus menahan lapar dan dahaga, namun Ramadhan ternyata adalah kebahagiaan menuju keteguhan iman, penuh rahmat dan berkah. Terlepas dari Ramadhan bulan berpuasa, hari-hari belakangan ini, mata dan hati saya melihat bahwa kegilaan tak kunjung usai dipertontonkan di negeri yang indah dan di dirikan dengan kewarasan ini. Kegilaan bertambah gila hari demi hari. Saya juga tak ingin menafikan dan menghilangkan kinerja rejim penerintahan ini seperti yang mereka lakukan menghilangkan kinerja para pendahulu pemimpin bangsa ini. *Saya harus mengakui keberhasilan Presiden Jokowi membagi-bagi sembako, bagi-bagi sepeda, membagi berbagai macam kartu, meresmikan pasar, meresmikan proyek yang usai setelah dibangun mulai era SBY dan keberhasilan Jokowi membangun citra keberhasilannya meski berbeda fakta dengan yang dirasakan publik, karena publik (mungkin juga cuma saya) yang menyatakan Jokowi gagal memenuhi janji kampanye nya.* Dan akhirnyapun diantara keberhasilan rejim ini, ada begitu banyak kegilaan yang terjadi. *Kegilaan paling besar salah satunya adalah, seolah bangsa ini baru ada, baru membangun setelah Jokowi jadi Presiden.* Ini salah satu kegilaan yang dibangun lewat pemberitaan oleh media-media penyesat logika yang terafiliasi dan menjadi bagian dari rejim. Misalnya dengan mengatakan, SBY ngapain aja selama 10 tahun? Ini penyesatan logika dan upaya penghapusan sejarah atas kinerja SBY. *Padahal kalau dibandingkan 3 tahun SBY dengan 3 tahun Jokowi, apa yang dilakukan Jokowi ini tidak ada apa-apanya. Ingat sejarah, bangsa ini dalam keadaan bangkrut ketika estafet kepemimpinan diserahkan Megawati kepada SBY. Beda jauh dengan estafet kepemimpinan dari SBY kepada Jokowi, yang mana semua sudah serba ada. Ekonomi baik, politik baik, penegakan hukum baik, rakyat dipelihara dengan subsidi, listrik murah BBM murah meski harga minyak dunia diatas USD 100 / Barel.* Kalimat yang tepat untuk rejim ini sesungguhnya adalah : Nikmat apa lagi yang kau dustakan wahai tuan Presiden? Kegilaan nampaknya memang sengaja diciptakan sebagai upaya memberikan kesibukan kepada publik untuk larut dalam bantah lisan. Sehingga publik lupa masalah sesungguhnya yang terjadi atas ketidak mampuan rejim ini mengurus negara. Lihatlah 2 hari terakhir, betapa riuhnya publik dan pemberitaan media buzzer pemerintah yang memberitakan tentang sepatu sang presiden. Sepatu mahal yang tak ingin saya sebut mereknya tersebut perkiraan saya berkisar 3 jutaan rupiah. *Saya terenyuh melihat sepatu mahal presiden itu, karena tujuannya ke Tasikmalaya menggunakan sepatu mewah itu adalah untuk bagi-bagi sembako dan Kartu-kartuan kepada rakyat miskin. Ironi dan contrasting kemewahan dengan kemiskinan pun terjadi.* Ditambah lagi ingatan saya kembali ke 2014 silam, ketika tag line sederhana menjadi jargon sakti Jokowi dengan baliho harga sepatu 160 ribu rupiah. *Nampaknya mempertahankan kesederhanaan itupun Jokowi gagal, dan setelah jadi presiden menikmati kemewahan seperti sepatu mahal itu, dan dulu sempat juga jaket bomber yang mahal jadi aksesories tuan presiden.* Publik pun (atau jangan-jangan hanya saya) sibuk komentar dan menjadi gila menyaksikan semua itu. *Kegilaan tidak sampai disitu saja. Adalah seorang bocah tengil, perempuan muda tukang contek, seorang plagiator yang ternyata bila melihat rekam jejak digital facebook dan twitternya menunjukkan bocah perempuan tukang contek ini adalah anak dengan kepribadian yang tidak baik. Namun lihatlah betapa bangganya para elit republik ini menjamu si plagiator atau tukang contek itu dan menjadikannya sosok simbolisasi kedamaian Pancasila.* Gila.., gila kalian, plagiator atau tukang contek kalian jamu seperti orang hebat? *Ini penipuan logika, penyesatan kewarasan karena ternyata kalian bangga dengan perbuatan tercela dan hina. Plagiat itu adalah perbuatan hina dan tercela, namun kalian sanjung sang plagiator dengan sanjungan gila tiada ujung.* Sementara kalian lupa dan tidak anggap penting bocah pintar dari Aceh penemu listrik dari pohon Kedondong, atau kalian lupa menyanjung anak - anak lainnya yang berprestasi mengharumkan nama bangsa. Ahh kalian gila tuan...!!! Saya merenung, kenapa kegilaan ini kalian pertontonkan dengan masif bahkan menjadi berita besar di media-media. *Saya jadi menduga-duga dengan sedikit pikiran yang hampir gila, jangan-jangan kalian produksi penulis hoax itu untuk menutupi keluhan rakyat atas harga Listrik yang terus naik, menutupi operasi pemerintah merubah skema subsidi gas elpiji, dan menutupi kenaikan harga-harga yang sudah mulai diluar kemampuan rakyat.* Masih banyak kegilaan lain yang terus diproduksi oleh rejim ini. Kegilaan penegakan hukum menjadi salah satu kegilaan yang belum tampak ujungnya. Lihatlah kasus pornografi atau chat sex salah satu Ulama besar itu. *Barang buktinya saja didapatkan dengan cara ilegal dan tidak sesuai dengan KUHAP. Barang buktinya tidak diketahui dari mana sumbernya, tapi penegak hukum berani-beranian menetapkan sang Ulama jadi tersangka bermodal bukti yang tidak jelas sumbernya.* Ahhh gila ini barang...!! aku jadi ingat memory hand phone ku yang penuh gambar-gambar sexy dari beberapa group whatsapp dan buru-buru kuhapus karena takut ada hantu anonymous yang tidak ketahuan dimana keberadaannya memproduksi barang bukti palsu yang akan membuat aku tambah gila. Entah kapan kegilaan ini akan berakhir. Sesungguhnya kegilaan ini sudah membuat saya makin terasa gila menyaksikan kelakuan rejim ini mengurus negara semaunya. Ekonomi, maaf mungkin ini ekonomi pribadi saja atau mungkin juga ekonomi yang lain sedang terpukul dengan sulitnya mendapatkan penghasilan. *Tapi pajak ugal-ugalan itu merampas sebagian hak saya bagai preman tukang palak pinggir jalan tikungan.* Saya memang tidak punya rekening 1 Milyaran seperti yang tertulis disurat menteri keuangan itu, tapi saya melihat itu perilaku gila memajaki uang yang dicari rakyat dengan susah payah dan kemudian pemerintah tanpa merasa berat hati merasa punya hak atas jerih payah rakyatnya. Gila...!! Ini gila benaran. Lebih gila lagi karena kebijakan itu hanya sebatas kebijakan seorang menteri bukan seorang kepala negara. Bolehkah itu? Bukankah pungutan dari publik itu harus persetujuan DPR? Bukankah seharusnya itu dengan keputusan Presiden? Ahhh.. saya bukan ahli tata negara apalagi ahli ekonomi. Tapi bagi saya ini semua kegilaan. *Sampai kapan kalian akan menyangjung kegilaan ini? Maaf saya hampir gila menulis kegilaan ini, makanya saya tidak ingin tulisan ini lebih panjang lagi, saya takut saya gila benaran karena menulis kegilaan rejim ini.* Jakarta, 11 Juni 2017 Sekarang sedang marak perbincangan seputar opsi apakah Presiden Jokowi mencabut subsidi agar tetap bisa meneruskan pembagunan infrastruktur, ataukah menghentikan pembangunan infrastruktur agar subsidi terhadap rakyat tetap berlangsung dan tidak dicabut. Masalah krusialnya adalah, benarkah pembangunan infrastruktur bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat dan membuka lapangan kerja? Kalau investasi pemerintah Cina melalui China Development Bank (CDB) senilai 3 miliar dolar AS yang jadi rujukan, dari awal sudah mengundang keraguan. Selain resminya berupa utang dari CDB kepada tiga bank BUMN (Mandiri, BRI dan BNI) yang mana masing-masing bank tersebut mendapat menerima pinjaman 1miliar dolar AS, maka investasi yang diproyeksikan untuk pembangunan infrastruktur tersebut sejatinya merupakan pembangunan infrastruktur melalui pinjaman luar negeri. Bukan investasi murni yang menguntungkan kedua negara. Itu baru sebagian dari kisah. Bagaimana dengan pembangunan infrastruktur dan perumahan? Ternyata pemerintahan Jokowi juga berutang kepada pemerintah Cina, ketika Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) memberikan pinjaman kepada BTN senilai 5 miliar yuan atau kalau dirupiahkan, sebesar Rp 10 triliun. Bayangkan. Melalui pinjaman dari ICBC, pembangunan infrastruktur dan perumahan juga dibiayai melalui utang. Bukan itu saja. ICBC juga memnberikan uang senilai 500 juta dolar AS kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Exim Bank) untuk mendorong perdagangan luar negeri dan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Lebih celakanya lagi, tujuh BUMN(Wijaya Karya, Adhi Karya, Pelindo I dan II, Angkasa Pura, Bukit Anam, dan Aneka Tambang), juga kecipratan utang pinjaman dari CDB. Jika demikian halnya, kebijakan pencabutan subsidi demi untuk berkesinambungannya pembangunan infrastruktur dan perumahan Indonesia, sama sekali tidak rasional secara ekonomi. http://www.aktual.com/buat-apa-pembangunan-infrastruktur-kalau-mengandalkan-utang-luar-negeri/ SEPINTAR APAPUN MENYEMBUNYIKAN BANGKAI TETEP BAU BUSUK NYA TERCIUM Natalius Pigai, Komisioner Komnas HAM RI menyesalkan pemberitaan salah satu media nasional bahwa pemerintah sudah dan sedang bangun jalan Trans Papua. “Pemerintah bohong besar dalam berita Kompas.com edisi 10 Februari 2017 berjudul ‘Jalan Trans Papua, Menembus Gunung dan Membelah Bukit’. Berita ini cukup mengagetkan kami karena selain judulnya sangat bombastis, juga semuanya seakan benar metamorfosis Papua seperti Jawa dan Sumatera,” kritiknya dalam keterangan pers di Jakarta, Senin, 13 Februari 2017. Natalius mengatakan, selama kepemimpinan Presiden Joko Widodo tak pernah diketahui adanya Rancang Bangun Insfrastruktur Jalan dan Jembatan di Papua 2015-2019. “Kalau ada coba tunjukkan mana dan berapa kilo meter ruas jalan prioritas dan mana ruas jalan strategis untuk konektivitas antarkota/kabupaten, provinsi dan jalan nasional selama 2015-2019? Kami persilakan antar ke Komnas HAM RI, kami menunggu dalam minggu ini untuk menunjukkan validitas dan keakuratan data dan anggaran,” ungkapnya. Ia mengungkapkan hasil pengamatannya selama ini tak ada ruas jalan baru yang dibangun, kecuali hanya satu yaitu Jalan Wamena-Nduga yang dikerjakan oleh TNI. “Hampir semua jalan Trans Papua rusak parah di era pemerintahan Jokowi. Contohnya, jalan Merauke- Boven Digoel. Sebelum Jokowi memimpin, di sana hanya ditempuh sehari jalan darat. Tetapi, sekarang berhari-hari bahkan hampir seminggu lamanya,” kata Pigai. Dalam catatannya, pemerintah hanya baru membangun 231,27 kilometer. “Itupun hanya terlihat Wamena-Nduga.” Lantaran grand design pembangunan infrastruktur Papua belum pernah diumumkan, ia mengaku rakyat bahkan sempat bertanya kepadanya beberapa isu negatif terkait proyek infrastruktur di Papua yang katanya mencapai anggaran triliunan rupiah. “Proyek triliunan rupiah yang dipertanyakan antara lain grand design ruas Jalan Baru di Papua 2015-2019,” ucapnya. Pigai juga mempertanyakan mengapa kontraktor utama yang bekerja di ruas jalan ini belum pernah libatkan putra asli Papua. Semua kontraktor utama adalah pendatang. “Mereka yang mengelola ratusan miliaran rupiah. Semua uang lari keluar Papua. Bukankah kami juga warga negara yang bisa bekerja dengan nilai proyek yang besar? Kami orang asli Papua untuk menjadi sub kontraktor saja susah sekali,” ujarnya. Pigai membeberkan, Markus Bugaleng, pengusaha pertama suku Amungme di Timika bangkrut dan jatuh miskin karena kementerian PUPR tak pernah membayar dan menghargai hasil keringatnya membuka jalan baru sepanjang 10 km ruas jalan Trans Papua yang menghubungkan Timika- Enarotali (Paniai). Menurutnya, Komnas HAM sudah tiga kali berkirim surat ke Menteri PUPR Basuki Hadimulyo. Namun, kata Pigai, tak pernah digubris. Masyarakat Papua, lanjut Pigai, juga mempertanyakan mengapa Kepala Balai Pembangunan Jalan dan Jembatan Papua tak pernah dipimpin oleh putra asli Papua? Selama ini, menurut dia, kepala balai itu selalu dipimpin oleh orang non Papua. Terutama didominasi oleh dua suku saja, yaitu suku dari Sumatera Utara yang Kristen dan Sulawesi Selatan yang Kristen. “Biasanya di Indonesia disindir suku yang suka kolusi dan nepotismenya tinggi. Tolong tanyakan kepada Bapak Presiden Jokowi dan Menteri PUPR, berapa nilai sogokan untuk menjadi Kepala Balai Papua, sehingga putra Papua siap-siap untuk sogok kalau isu itu benar,” sindirnya. Ia juga mengaku heran, mengapa proyek infrastruktur di Papua selalu tersandung kasus korupsi? Baik yang melibatkan kalangan politisi di Senayan, para pejabat di kementerian teknis, seperti dana infrastruktur daerah (PPID) Papua ‘kardus durian’ yang ditangkap KPK. “Hingga hari ini kita menyaksikan KPK membongkar dugaan korupsi jalan Trans Papua di Dinas PU Provinsi Papua,” imbuh Pigai. Presiden Jokowi, kata Pigai, tak pernah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) sebagai landasan pembangunan insfrastruktur di Papua. Berbeda dengan pemerintah sebelumnya yang punya grand design infrastruktur Jalan di Papua secara serius. Itu dilakukan oleh pemerintah melalui Inpres Nomor 5 tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Papua. “Bahkan di dalam RPJM 2010-2014, pemerintah secara jelas membangun grand design dalam rangka mengatasi permasalahan infrastruktur jalan dan jembatan di wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat,” urainya. Sepanjang tahun 2010-2014, pemerintah pusat membangun 11 ruas jalan strategis dan prioritas di Provinsi Papua. Yaitu 7 ruas jalan strategis dan 4 ruas jalan prioritas, menelan dana sebesar Rp9,78 Triliun. Rinciannya, pembangunan 7 ruas jalan strategis antara lain Nabire, Waghete dan Enarotali (262 km), Jayapura, Wamena dan Mulia (733 km), Timika, Mapurujaya dan Paumako (39,6 km), Serui, Menawi dan Saubeba (499 km). Selanjutnya Jayapura ke Sarmi (364 km), Jayapura, Holtekam batas PNG (53 km), Merauke-Waropko (557 km), dengan total 2.056 km. Sementara sisa 4 ruas jalan prioritas lainnya adalah jalan Provinsi Papua sepanjang 361 km, yang menghubungkan Depapre-Bongrang, Wamena-Timika-Enarotali, dan Ring Road Jayapura. Sedangkan di provinsi Papua Barat, masing-masing 4 ruas jalan yaitu Sorong-Makbon-Mega sepanjang (88 km), Sorong-Klamono-Ayamaru-Kebar-Manokwari (606,17 km), Manokwari-Maruni -Bintuni (217,15 km), Fak-Fak-Hurimbe, Bomberai (139,24 km). Salah satu moda transportasi yang sangat vital di Papua, kata Pigai adalah moda transportasi udara. Sampai saat ini Papua punya 300 buah lapangan terbang perintis dan hanya dilayani oleh 5 buah pesawat Merpati buatan 1975, namun terhenti pada tahun 2013. Sehingga saat ini tidak lebih dari 5 buah perusahaan swasta yang melayani mobilitas barang dan jasa. “Sebagai komisioner Komnas HAM, mau tanya mana pengembangan insfrastruktur strategis dan prioritas Jokowi 2015-2019 di Papua, mungkin juga di Indonesia? Kami dan rakyat Indonesia mempunyai hak untuk mengetahui (right to know) dijamin UU Nasional,” ujarnya. Lanjut Pigai, “Jangan hanya mengeluarkan sepenggal catatan untuk sekedar pencitraan bahwa Pemerintah metamorfosis Papua dengan konektivitas infrastruktur darat, laut dan udara seperti di Pulau Jawa dan Sumatera. Padahal kenyataannya hingga saat ini 99% Pulau Papua masih daerah tertutup dan daerah terabaikan (blank spot).” [GR / spi] [24/7 09.58] ‪+62 819-4779-1352‬: *Bertemu Raja Salman, Presiden Erdogan Minta Arab Saudi Akhiri Krisis dengan Qatar* Moslemtodaycom : Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz di Jeddah, Saudi, Ahad (23/07/2017). Arab Saudi merupakan negara pertama yang dikunjungi Presiden Erdogan dalam rangkaian kunjungannya ke Negara-negara Teluk untuk membicarakan krisis Qatar. Selengkapnya di : http://www.moslemtoday.com/bertemu-raja-salman-presiden-erdogan-minta-arab-saudi-akhiri-krisis-dengan-qatar/ via @moslemtodaycom [24/7 10.17] ‪+62 812-1212-2716‬: *Proyek Infrastruktur Jokowi Tak Berdampak ke Perekonomian* - http://www.aktual.com/diklaim-proyek-infrastruktur-jokowi-tak-berdampak-ke-perekonomian/ ---------- *KPK HARUS MENYELIDIKI DUGAAN PERMAINAN FEE ATAU KOMISI DARI SETIAP KEBIJAKAN IMPOR DAN HUTANG YANG MEMBEBANI BANGSA KITA. DIDUGA REKENING SEJUMLAH PEJABAT DAN POLITISI MAKIN GENDUT DAN TAMBUN MENAMPUNG FEE ATAU KOMISI DARI SETIAP IMPOR DAN HUTANG.* ---------- Jakarta, Aktual.com – Masifnya pembangunan infrastruktur di era Joko Widodo (Jokowi) ini digadang-gadang bisa menyedot banyak tenaga kerja baru, sehingga berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Namun faktanya, hampir tiga tahun pemerintahan Jokowi, proyek infrastruktur yang dibangun menyiskan banyak masalah. Selain pembiayannya dihenjot dari utang, bahan baku yang digunakan juga ternyata banyak dari impor. Dengan begitu industri dalam negeri pun tak berkembang. “Dari kajian Indef, ternyata pembangunan infrastruktur itu tak berdampak langsung untuk menciptakan lapangan kerja baru. Karena faktanya banyak menggunakan mesin dan bahan baku impor. Klaimnya untuk efisiensi tapi tak terjadi,” kritik Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati, di Jakarta, Jumat (21/7). Apalagi dengan pendanaan infrastruktur yang jangka panjang, maka bahan baku seperti semen dan baja pun dicari yang lebih murah. Akibatnya kondisi tersebut hanya bisa dipenuhi dengan impor. “Akhirnya terjadi inkonsistensi. Bagaimana kita ingin mempercepat pembangunan infrastruktur, tapi di satu sisi lain dampak untuk perekonomian secara nasional itu tak terasa sama sekali,” urai dia. Bahkan yang terjadi, kata dia, dengan pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur malah mengakibatkan terjadinya over supply semen di dalam negeri. “Jadi tidak ada pertumbuhan industri, seperti industri baja dan logam kita, setelah ada proyek infrastruktur. Karena pertumbuhannya (industri tersebut) malah minus,” imbuh Enny. Kondisi kontradiktif tersebut, kata dia, harus menjadi perhatian serius dari pemerintah. Dicari benang merah kesalahan tersebut. “Sehingga seharusnya dengan maraknya proyek infrastruktur bisa menstimulus perekonomian kita,” ucap dia. (Laporan: di Busthomi). *PROYEK INFRASTRUKTUR SIAPA YANG UNTUNG* Oleh: Pradipa Yoedhanegra Angan-angan program presiden jokowi yang ingin membangun infrastruktur secara masif di wilayah indonesia timur dan beberapa daerah lainnya tampaknya tidak akan terealisasi dengan baik akibat kebijakan yang tidak terukur dan tak terarah yang dilakukan oleh tuan presiden akibat perencanaan yang buruk yang dilakukan oleh para pembantunya. Program infrastruktur yang diluar akal sehat keuangan negara ini, pada akhirnya proyek infrastruktur tersebut hanya akan menciptakan masalah baru, yaitu kesenjangan sosial yang lebih besar dan terbuka lebar antara kondisi sosial ekonomi rakyat kecil dan kelas menengah yang ada di negeri ini. Pemerintahan presiden jokowi tidak pernah menjelaskan secara gamblang kepada rakyat banyak *"Bagaimana caranya rakyat yang miskin itu dapat keuntungan dari proyek infrastruktur tersebut"*?? karena belum ada program pemerintah yang bisa dirasakan secara langsung untuk rakyat kecil manfaatnya dari program infrastrukture yang secara besar2an dilakukan oleh pemerintah saat ini ?! Infrastruktur menurut pengertiannya adalah sebuah akses untuk mempermudah rakyat melakukan kegiatan sosial dan ekonomi, "lalu yang menjadi pertanyaan", adalah bagaimana dengan *"akses untuk mempermudah rakyat miskin dalam mendapatkan pendidikan yang murah dan berkwalitas, kesehatan bagi rakyat yang murah dan berkwalitas dan rumah murah bagi rakyat miskin"* agar tercipta keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia saat ini?? Sepertinya Presiden jokowi tidak serius dalam menggarap soal program kesehatan, pendidikan dan perumahan untuk rakyat miskin karena hanya menjadi program wacana dan lelucon politik saat berkampanye kepada rakyat miskin saja, berbeda dengan implementasinya?? Karena tampaknya tuan presiden lebih kelihatan tampak serius dalam menggarap program infrastruktur jalan saja disejumlah daerah. Karena tampaknya saat ini ginie rasio sepertinya sudah melebihi angka dua digit dan terlihat begitu lebar kesenjangan yang terjadi antara masyarakat yang miskin dengan masyarakat kelas menengah dan ekonomi atas. Sepertinya saat ini hampir tidak ada keseimbangan antara kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk kepentingan rakyat miskin dengan keberpihak'kan presiden jokowi kepada para pengusaha maupun konglomerasi yang diuntungkan dari program infrastruktur yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah pusat karena pada akhirnya, *"nasib rakyat miskin hanya jadi komoditas politik tuan presiden sebagai alat pencitraan diri belaka"*. Kesan yang dibuat oleh media pendukung tuan presiden jokowi saat ini seolah-olah ekonomi terlihat maju diatas kertas, tapi hasilnya adalah hanya untuk menciptakan kesenjangan sosial yang luar biasa menganga di dalam masyarakat karena kebijakan pemerintah hari ini yang hanya mengakomodir kepentingan para penguasa dan konglomerasi saja yang waktu itu membantu kampanye presiden jokowi?! Jadi buat apa ekonomi maju kalau hanya menciptakan hal seperti itu karena akan mejadi preseden buruk dimasa mendatang. Mari kita lihat secara jernih siapa saja yang diuntungkan dari Proyek Infrastruktur saat ini dengan akal sehat: *"Yang pertama adalah Investor yaitu Multi Nasional Company"* karena tidak mungkin para investor di proyek infrastruktur mau mengalami kerugian manakala mereka sudah memasukkan modalnya secara besar-besaran pada proyek-proyek tersebut. Yang kedua diuntungkan dalam program infrastruktur adalah *"para pelaku bisnis infrastruktur dan turunannya"* yaitu sepeti pemilik AMP dan Batchingplan serta para kontraktor-kontraktor yang menjadi pemain dibidang infrastruktur seperti Waskita Karya, Wika, Hutama karya, Adhi Karya dan masih banyak lagi selain BUMN dan kontraktor swasta lainnya yang mendapatkan keuntungan dari proyek tersebut. Yang ketiga adalah para *"LandLord atau Tuan Tanah"* yang tanahnya terkena dampak dari pembangunan proyek infrastrukture yang dilakukan pemerintah seperti *"MEIKARTA"* karena menjadi tinggi harga tanah tersebut ketika kereta api cepat dibangun dan melewati kota tersebut yang sebelumnya mungkin tanah ditempat tersebut tidak ada nilainya dan tidak banyak dilirik oleh orang lain. Yang keempat mendapat keuntungan oleh proyek infrastruktur pemerintah jokowi adalah para *"pengusaha dan kelas menengah lainnya"* yang diefisienkan dalam menjalankan roda bisnisnya karena dapat mempermudah akses bisnis bagi mereka secara langsung dan itu juga bukan rakyat miskin yang diuntungkan. Dan yang kelima akan diuntungkan dalam proyek-proyek infrastuktur saat ini adalah *"para calon-calon investor lainnya"* yang ingin menanamkan investasi di negeri ini dengan cara menjual produk infrastruktur yang sedang dilaksanakan oleh pemerintahan jokowi. Kemudian yang menjadi pertanyaan bagi saya keuntungan untuk rakyat miskin itu dimana tuan presiden?? Sedangkan pembangunan proyek infrastruktur tersebut didanai oleh pinjaman luar negeri dan hutang-hutang tersebut ditanggung secara bersamaan oleh seluruh rakyat indonesia dengan cara pemerintah menaikan pajak secara ugal-ugalan, menarik subsidi bbm dan listrik bagi rakyat miskin. Menangis dalam hati kecil saya jika rezim ini terus menerus mempermainkan nasib rakyat miskin dengan pencitraan membela wong cilik tapi nyatanya menjadi rezim yang sama sekali tidak peduli terhadap orang miskin. Sebagai bahan renungan bagi tuan presiden dan para pembantunya bahwa definisi miskin menurut Badan Pusat Statistik adalah orang yang punya penghasilan kurang dari 370 ribu/bulan/per'orang dibagi 30 hari/bulan yang jumlahnya sudah hampir menembus angka 27, 7 juta jiwa. Dengan angka pendapatan tersebut jelas sudah rakyat miskin bukan penikmat proyek infrastruktur tuan presiden seperti proyek kereta api cepat. Mungkin jika Badan Pusat Statistik mau menaikkan angka definisi miskin di indonesia menjadi 500 ribu/orang/bulan, bisa jadi angka orang miskin meningkat di Indonesia dan angka tersebut bisa mencapai 3x lipat dari data yang ada saat ini menurut data BPS tersebut. Jadi saat ini sudah tidak tepat jika Presiden jokowi dan para pembantunya masih menjadikan rakyat miskin sebagai alat politik untuk tetap mempertahankan kekuasaan karena tidak ada satu pun kebijakan yang bisa langsung mereka rasakan selama hampir tiga tahun kepemimpinan tuan presiden. Wauwlahul Muafiq illa Aqwa Mithoriq, Wassalamualaikum Wr,Wb Jakarta, 28 Juli 2017b http://nasional.kompas.com/read/2016/12/21/15132441/sosiolog.ui.sebut.pembangunan.infrastruktur.era.jokowi.bukan.untuk.rakyat JAKARTA, KOMPAS.com — Sosiolog dari Universitas Indonesia Thamrin Tomagola mempertanyakan pembangunan infrastruktur besar-besaran pada era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Ia menilai, pembangunan infrastruktur ini cenderung menguntungkan pihak swasta atau pengusaha dan merugikan masyarakat. Thamrin mengatakan, saat ini pemerintah tidak mempunyai uang yang cukup untuk membangun infrastruktur sesuai target yang sudah ditetapkan. Akibatnya, pemerintah terpaksa melibatkan pihak swasta untuk membangun infrastruktur. (Baca: Walhi Sebut Pembangunan Infrastruktur Era Jokowi Mirip Soeharto) "Kementerian PU hanya punya 25 persen biaya yang disediakan APBN. Lalu 75 persen lagi dari mana?" kata Thamrin dalam diskusi di Jakarta, Rabu (21/12/2016). Jika harus meminjam uang dari luar negeri, lanjut Thamrin, pemerintah harus memikirkan bunganya yang sangat besar. Akhirnya, pemerintah melibatkan swasta untuk membangun infrastruktur, seperti bandara dan PLN. Namun, Thamrin khawatir pelibatan swasta justru akan merugikan masyarakat. Sebab, nantinya infrastruktur yang dibangun tersebut akan dikelola swasta yang diyakini akan lebih mementingkan keuntungan daripada pelayanan kepada publik. "Yang sudah jelas adalah bandara di Medan, akan dikelola swasta. Harga barang-barang yang dijual di bandara naik. Harga tiket juga disesuaikan. Yang kena masyarakat," ucap Thamrin. Thamrin meminta Jokowi segera mengoreksi kebijakan dalam pembangunan Infrastruktur. (Baca: Pinjam 200 Juta Dollar AS, Wapres Ingin Infrastruktur di Tiga Lokasi Wisata Diperbaiki) Harusnya, kata dia, kebijakan pemerintah membangun infrastruktur disesuaikan dengan APBN yang dimiliki. "Kalau tidak, ini artinya pembangunan infrastruktur bukan untuk rakyat, melainkan untuk pengusaha," ucap Thamrin.  Politik Politik Penolakan Dana Haji untuk Infrastruktur, Pengamat: Jokowi Terlanjur Dicap Anti Umat Islam August 3, 2017      (Foto: Ilustrasi/Infrastruktur) NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kontroversi dan penolakan penggunaan dan haji untuk pembangunan dan diinvestasikan ke bidang infrastruktur sebetulnya bukan soal karena terlarang atau berbenturan dengan peraturan undang-undang. Akan tetapi, penolakan itu justru lebih pada soal wacana tersebut datang dari rezim Joko Widodo yang gagal menyediakan dana pembangunan infrastruktur. Demikian pendapat dari peneliti senior Network for South East Asian Studies (NSEAS) Muchtar Effendi Harahap kepada redaksi di Jakarta, Kamis (3/8/2017). Seperti diketahui, pemerintah keteteran menyediakan dana untuk pembangunan infrastruktur yang mencapai angka lebih dari Rp 4.700 triliun. Pasalnya, anggaran pemerintah pusat dan daerah hanya sanggup menanggung sekitar 41,3 persen dari jumlah tersebut. Sedangkan BUM hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 22 persen dari total dana yang dibutuhkan pemerintah. Alhasil, pemerintah harus berpikir keras menyusun skema pembiayaan untuk ambisi Jokowi membangun infrastruktur. “Tetapi karena usulan itu datang dari rezim Jokowi dan gagal menyediakan dana pembangunan infrastruktur,” kata dia. Membangun infrastruktur butuh dana yang tidak sedikit. Melihat postur APBN hingga 2017, alokasi anggaran infrastruktur naik signifikan hingga 123% sebesar Rp 378,3 triliun (18,6%). Dikatakan, dana untuk sedikitnya 225 proyek terdiri dari jalan tol, jalan strategis nasional, kereta api, bandara, pelabuhan, perumahan, waduk sampai bendungan membutuhkan dana sebesar Rp 5.500 triliun dalam waktu 5 tahun. Sekitar Rp 1.500 atau 30% dibiayai APBN. Artinya, setiap tahun negara musti mengalokasikan dana untuk infrastruktur sebesar Rp 300 triliun per tahun. Sisanya, diharapkan dari swasta. Rasio utang sebesar 27% dari PDB. Hari ini, APBN dibebani pembayaran bunga utang yang telah mencapai Rp 221,2 triliun pada tahun 2017. Terjadi kenaikan 15,8% dari target APBNP 2016 sebesar Rp 191,2 triliun. Jumlah itu setara dengan 40% alokasi belanja non Kementerian/Lembaga. Baca: Pemerintah Berencana Comot Dana Haji, IDM: Riskan dan Harus Ditolak Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM) Bin Firman Tresnadi menyebutkan rencana pemerintah menggunakan dana haji sekitar Rp 80 triliun itu merupakan bukti kalau proyek infrastruktur sekitar Rp 5.000 triliun Joko Widodo ternyata tidak menarik investor luar negeri untuk menanamkan modalnya, serta institusi keuangan dan perbankan internasional tidak tertarik untuk membiayai. Sehingga akhirnya yang sasaran dana haji dan dana BPJS untuk biayai pembangunan infrastruktur tersebut. Maka, menurut Muchtar Effendi Harahap, jika wacana penggunaan dana haji ini bukan diprakarasi pemerintah yang telah terlanjur dicap anti umat Islam, niscaya tidak akan ada kegaduhan dan penolakan. “Seandainya presiden baru nanti tidak dianggap anti Islam, mau pakai dana haji lain ceritanya. Saya percaya, sikap penolakan umat Islam tidak akan sekuat dan seluas seperti terhadap Jokowi,” tandasnya. (ed FAKTA DIBALIK CAPAIAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR YANG DIKEBUT SEJAK 2014 Tergelitik hati saya saat pertama kali membaca judul berita di detik.com dengan judul "Dikebut Sejak 2014, Ini Capaian Pembangunan Infrastruktur Jokowi". Dari judul tersebut sangat jelas memberikan kesan kalau sejak tahun 2014 pembangunan infrastruktur begitu cepat dilakukan, kata dikebut menjadi penguat dari isi capaian. Dari data yang tertera terdapat beberapa item pembangunan, mulai dari jalan, jembatan, perumahan dan bendungan. Sekilas saya menangkap kalau isi pemberitaan itu mengarahkan pembaca untuk mengambil kesimpulan bahwa sejak 2014, inilah hasil pembangunan infrastruktur yang telah dibangun. Bahasa dikebut disini menjadi penguat jika upaya yang dilakukan lebih cepat dari biasanya. Untuk memastikan apakah benar isi berita tersebut dengan fakta sebenarnya, maka saya coba mencocokkan dengan informasi lain. Dan inilah hasil dari temuan saya beberapa contoh hasil capaian itu. 1. Jembatan Tayan Ternyata jembatan Tayan yang berada di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat sudah mulai pembangunannya sejak September 2012. Konstruksi jembatan yang menghabiskan anggaran sebesar Rp 772,9 miliar ini tersambung seluruhnya pada Maret 2016. Artinya, pembangunan jembatan ini tepat waktu, sesuai dengan jadwal peresmian. Jokowi sendiri meresmikan jembatan ini 22 Maret 2016, yang artinya tanpa dikebutkan pembangunan yang dimulai pada era SBY ini juga berjalan sesuai rencana. 2. Jembatan Soekarno Jembatan Soekarno sudah dirancang sejak era Megawati, dan pada 2014 telah selesai penyambungan. Menurut Kepala Divisi Jalan dan Jembatan HK, Suroto Kementerian PU saat itu, ini sudah sesuai target. Namun untuk operasi dibutuhkan uji kelayakan, dan jembatan ini diresmikan Mei 2015. 3. Jembatan Holtekamp Jembatan yang berada di Papua ini telah mulai dirancang sejak tahun 2013, diperlihatkan dari data tentang Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi Papua, Pemerintah Kota Jayapura, dan Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah menandatangani memorandum of understanding (MoU) pembangunan jembatan sepanjang 726 meter tersebut di Jakarta, 3 Agustus 2013. Jembatan ini rencananya akan rampung 2018 mendatang. Jembatan dengan panjang total 733 meter ini menghubungkan daerah Hamadi di Distrik Jayapura Selatan yang berada di sisi barat jembatan dan daerah Holtekamp di Distrik Muara Tami di sisi timur jembatan. 4. Bendungan Jatigede Waduk ini mulai digagas pada tahun 1963 dan dimulai pembebasan lahannya pada tahun 1982. Desain pembangunan waduk ini dilakukan di tahun 1988, dan disambung 20 tahun kemudian yaitu proses konstruksi di tahun 2007. Hingga kini proses pembebasan lahan belum tuntas meski proses konstruksi sudah tuntas. Waduk ini tetap ditargetkan sudah bisa diisi air pada November 2014. Dalam proses pembebasan lahan memang lama, alasannya pertama, pengosongan area genangan berupa pengosongan penduduk, pengosongan satwa, dan pemindahan situs. Waduk ini mulai diresmikan tahun 2015. 5. Bendungan Titab Bendungan Titab dibangun sejak 2011-2015 yang menghabiskan anggaran dari APBN sekitar Rp486 miliar ini dimaksudkan untuk mengatasi kekeringan dan penanggulangan banjir terutama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Bendungan ini diresmikan Minggu (13/12/2015) oleh Megawati. Artinya bendungan ini pembangunannya sudah sesuai dengan jadwal perencanaan. Untuk membangun bendungan ini harus menenggelamkan 6 desa di 2 Kecamatan di Kabupaten Buleleng. 6. Bendungan Nipah Pembebasan lahan untuk bendungan ini telah dimulai pada 1982, tetapi pembangunannya berhenti pada 1993. Pengerjaan waduk dimulai lagi pada 2008 dan diresmikan Maret 2016. 7. Bendungan Rajui Bendungan yang berada di Aceh ini sudah mulai konstruksinya pada tahun 2010, dan ditargetkan dapat selesai pada tahun 2016. Bendungan ini terletak di Desa Masjid Tanjong, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Bendungan yang mulai dibangun pada awal tahun 2011 ini selesai pada tahun 2016, membutuhkan biaya sebesar Rp 110,65 miliar. Dengan luas genangan 33,6 ha, bendungan ini diharapkan mampu menampung air sebanyak 2,67 juta meter kubik untuk mengairi areal persawahan seluas 4.790 ha, sehingga mendukung program swasembada pangan dan juga untuk meningkatkan penyediaan air baku. Artinya bendungan ini dibangun sesuai dengan rencana awal. Dan telah dilihat hasilnya. 8. Bendungan Paya Seunara Bendungan ini mulai dibangun pada 2001, dan hampir selesai pada 2006 namun bendungan tersebut kembali diperbaiki setelah sempat terjadi gempa. Tubuh bendungan Paya Seunara dibangun oleh kontraktor PT Inaco Harapan-PT Inaco Putra Perkasa 9. Trans Papua Sampai dengan Februari 2017, total Jalan Trans-Papua yang sudah berhasil dibangun mencapai 3.851,93 km, di mana jalan baru yang dibangun pada 2016 mencapai 231,27 km. Untuk tahun 2017, pemerintah menargetkan pembangunan 143,35 km jalan baru sehingga total jalan yang akan tembus menjadi 3.995,28 km. Dengan demikian, sisa 334,79 km jalan yang belum tembus diharapakan bisa selesai hingga 2019. Dari data tersebut, jelas sekali kalau jalan Trans Papua tidak sepenuhnya dibangun pada era Jokowi. Pemimpin yang sebelumnya juga telah membangun 3.620,27 km. Dari data yang diatas rasanya kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pembangunan tidak dilihat dari kapan diresmikan. Tapi bagaimana kesinambungan terhadap prosesnya. Tidak elok mengklaim sendiri hasil sesuatu tanpa menyampaikan fakta sejarah. Dalam membangun sesuatu tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh proses panjang, mulai dari perencanaan, pendanaan, pembebasan lahan dan sebagai nya. Contohnya Pembangunan Waduk Krueng Keureuto di Paya Bakong, Aceh Utara, yang diperkirakan bakal molor. Waduk yang diresmikan Jokowi itu seharusnya selesai tahun 2019. Namun, karena sebagian lahan belum dibebaskan, waduk itu diperkirakan baru siap pada 2021. Dari contoh tersebut jelas sekali bahwa ada kendala dalam tahap awal, terutama untuk pembebasan lahan. Jadi tidak layak menyebut suatu pembangunan dikatakan mangkrak karena terkendala masalah teknis seperti itu. Lihat juga contoh tentang kereta api cepat Jakarta-Bandung. Meski telah satu setengah tahun lebih groundbreakingnya dilakukan dan dihadiri Jokowi, tapi prosesnya belum juga dimulai. Salah satu penyebabnya adalah izin, pembebasan lahan dan dana. Semoga kita para pembaca dapat mencerna dengan baik setiap informasi yang masuk. Jangan sampai menelan bulat-bulat, apalagi ada skenario dengan menuding pihak lain tidak melakukan apa-apa. Sumber: http://www.kompasiana.com/sdadgyuyy/5983dceb8e63fc078a3713c2/fakta-dibalik-capaian-pembangunan-infrastruktur-yang-dikebut-sejak-2014 Natalius Pigai: Pemerintah Jokowi Bohong Besar Soal Insfrastruktur Jalan Di Papua NUSANTARA  SENIN, 13 FEBRUARI 2017 , 07:39:00 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK Natalius Pigai/Net RMOL. Tokoh masyarakat Papua yang saat ini menjabat Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI Natalius Pigai mengku kaget dengan berita tentang keberhasilan insfrastruktur jalan dan jembatan di Papua dengan judul "Jalan Trans Papua, Menembus Gunung dan Membela Bukit". Berita tersebut terbit di Kompas edisi 10 Februari 2017. "Saya cukup kaget, karena selain judulnya sangat bombastis, juga seakan-akan semuanya adalah benar," ungkap Natalius, Senin (13/2). Untuk memberi gambaran yang jelas, Natalius ingin menyampaikan bahwa selama kepemimpinan Presiden Joko Widodo, dia tidak pernah mengetahui rancang bangun insfrastruktur jalan dan jembatan di Papua 2015-2019. "Coba tunjukkan mana, dan berapa kilo meter ruas jalan perioritas, dan mana ruas jalan strategis untuk konektivitas antar kota/kabupaten, provinsi dan jalan nasional selama 2015-2019?" tantang Natalius. "Saya persilakan antar ke Komnas HAM RI, saya menunggu dalam minggu ini untuk menujukkan validitas dan keakuratan data dan anggaran," tambahnya lagi. Sejauh yang ia amati, tidak ada ruas jalan baru yang dibangun kecuali hanya satu, yaitu Jalan Wamena-Nduga yang dibangun oleh TNI. Hampir semua jalan trans Papua rusak parah di zaman Pemerintahan Jokowi. Jalan Merauke -Boven Digul sebelum Jokowi memimpin hanya ditempu sehari jalan darat, sekarang berhari-hari atau bahkan hampir seminggu. "Dalam catatan kami pemerintah hanya baru membangun 231,27 kilometer, itupun hanya terlihat Wamena-Nduga," tukas Natalius. [rus] Politik Infrastruktur (1) Politik Infrastruktur, Strategi Cina dalam Skema OBOR Penulis Eddy Junaidi - 28 Agustus 2017017  Ilustrasi: Pembangunan tiang onlangs jembatan di kawasan Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh (28/1). ANTARA FOTO/Ampelsa/Rei/mes/15. Nusantara.news – Di saat kondisi ekonomi seperti saat ini, kurang patut jika pemerintah memaksakan dana infrastruktur mencapai Rp 409 triliun (tahun 2018). Pada tahun ini mencapai Rp 387 triliun atau 19 persen dari APBN 2017. Padahal urgensi (keadaan yang mendesak) lebih terhadap dana pendidikan, karena sekolah masih banyak yang roboh. Di sektor kesehatan, BPJS belum mampu memberi pelayanan dengan baik karena masih merugi. Di sektor sosial, masih banyak masyarakat tergolong miskin membutuhkan bantuan sosial.  Jadi, membangun Indonesia masih lebih prioritas bidang pertanian, kelautan, dan desa dibanding kebutuhan infrastruktur. Hal ini juga sejalan dengan janji “Nawacita” untuk membangun dari pinggiran. Ambisi Presiden Joko Widodo terhadap pembangunan infrastruktur ibarat orang “sakaw”, karena terlalu berlebihan. Soeharto pada pertengahan 1990-an demi swasembada beras pernah memaksakan APBN sebagian besar untuk pertanian, tapi jelas dirasakan oleh rakyat Indonesia yang 65% hidup dari pertanian kala itu. Infrastruktur Untuk Siapa? Pemerintah menganggap infrastruktur mendorong pertumbuhan ekonomi karena merupakan belanja produktif. Lalu, subsidi malah dihilangkan padahal di negara berkembang ini adalah wujud dari kesejahteraan, kenapa?  Dapat terlihat bahwa di tahun 2017 Pemerintah sangat ambisius membangun infrastruktur dengan sumber dari utang, karena di tahun ini kewajiban utang mencapai Rp 390 triliun, dan di tahun 2018 kewajiban utang mencapai Rp 420 triliun, sehingga Pemerintah tidak dapat melakukan ekspansi utang. Selain itu, pemerintahan Joko Widodo sejak tahun 2014 hingga saat ini sudah membukukan utang senilai Rp 1.100 triliun, dan mengganggu keseimbangan defisit primer (sudah membayar sebagian bunga utang deng udah membayar sebagian bunga utang dengan utang baru) sehingga ratio utang terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) sebesar 2,9 persen dan terhadap APBN sebesar 29,2 persen (tahun 2017). Sementara dari sisi fiskal, kita mengetahui bahwa pajak tidak pernah tercapai sejak tahun 2014 (pencapaian 93,2%), tahun 2015 (pencapaian 85,6%), tahun 2016 (pencapaian 84%), dan diyakini pada tahun 2017 juga tidak akan tercapai. Lalu, berikutnya ada apa dengan serapan anggaran, karena di akhir tahun 2016 ada Rp 250 triliun dana yang tidak terserap di seluruh Pemda, Pemprov, dan Pemkot se-Indonesia? Hingga Juni 2017 jumlahnya mencapai Rp 229 triliun. Patut diduga, ada faktor kesengajaan pada masing-masing daerah, karena tenggat waktu pembayaran terdapat selisih bunga, semacam bentuk korupsi yang sepertinya didiamkan oleh Pemerintah Pusat. Bank Pembangunan Asia memperkirakan bahwa ASEAN membutuhkan dana infrastruktur 2016-2030 sekitar USD 1,5 triliun. Sementara Indonesia diperkirakan pada tahun 2017-2022 membutuhkan sekitar USD 500 miliar. Jumlah belanja infrastruktur Thailand, Malaysia, dan Indonesia saat ini masih rata-rata sekitar 2-2,5 persen dari PDB, kalah dengan Vietnam yang mencapai 5,7 persen dari PDB. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyertakan kurun waktu 2015-2019 Indonesia membutuhkan dana infrastruktur sbesar Rp 4.796 triliun, sementara pemerintah hanya sanggup sebesar Rp 1.289 triliun (27%) saja. Memang miris jika melihat masih banyak masyarakat desa menggunakan jembatan gantung yang kurang layak dan membahayakan bagi anak-anak sekolah. Sementara, pemerintah bicara dan berambisi tentang mega proyek pembangunan infrastruktur. Sungguh sebuah ironi pembangunan di Indonesia. Cina sengaja memberi Utang, tidak bisa bayar Indonesia dikuasai Peneliti Jepang Masako Kuranishi dari Universitas Tsurumi mengatakan, Indonesia harus hati-hati bekerja sama dengan Cina, khususnya dalam berutang. Zimbabwe, Angola (Afrika), Srilanka, dan Pakistan (Asia), contoh buruk perilaku Cina, dengan skema Turnkey Project Peneliti Jepang Masako Kuranishi dari Universitas Tsurumi mengatakan, Indonesia harus hati-hati bekerja sama dengan Cina, khususnya dalam berutang. Zimbabwe, Angola (Afrika), Srilanka, dan Pakistan (Asia), contoh buruk perilaku Cina, dengan skema Turnkey Project. Dengan proyek kereta api cepat senilai Rp 70 triliun dan pembangunan Kota Meikarta senilai Rp 287 triliun, tentu secara teritorial merupakan bagian dari skema One Belt One Road (OBOR). Di Pakistan, Gwadar Port dibangun bersama Cina dengan investasi sebesar USD 46 miliar, dengan proyek Cina – Pakistan Economic Corridor. Lalu, Laos membangun rel kereta api sepanjang 260 mil dengan tenaga kerja dari Cina. Politik infrastruktur adalah keinginan Cina karena melambatnya ekonomi domestik dan kelebihan kapasitas berbagai produk, seperti baja, semen, mesin-mesin, dan buruh-buruh kasar. Presiden Cina, Xi Jin-ping harus menemukan pasar baru di negara miskin dan berkembang. CEO Global Infrastructure Hub, Chris Heathcote menyatakan bahwa lembaganya bentukan G-20 tahun 2014 yang bertujuan menumbuhkan proyek infrastruktur berkualitas dan dapat diakses dengan berbagai pembiayaan di seluruh dunia. Chris mengaku bahwa Indonesia mempunyai infrastruktur kerja di masa lalu (khususnya pertanian), namun pembangunan infrastruktur masih dibutuhkan. Sebaiknya nantinya 4 persen dari PDB, khususnya listrik dan jalan tol untuk konektivitas antar wilayah Indonesia yang sangat luas dengan prinsip user pay basis (berbayar). Saat ini anggaran infrastruktur baru 2,5 persen dari PDB atau 19 persen dari APBN  Tersebar 11 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan 4 KEK pariwisata yang ditunjang dengan kebijakan bebas visa untuk 169 negara. Adapun 11 KEK manufaktur adalah: Arun Lhokseumawe Aceh, Sei Mangkei Tanjung Api-api, Maloy Batuta Trans Kalimantan, Bitung, Palu, Sorong. Dan 4 KEK pariwisata, yaitu: Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Mandalika, dan Morotai. Diharapkan proyek-proyek ini mampu mengurangi ketimpangan antar wilayah. Pemerintah harus berhati-hati terhadap pinjaman dari Cina Pemerintah harus berhati-hati terhadap pinjaman dari Cina, karena dari beberapa negara yang terlibat skema OBOR, seperti Srilanka, Pakistan, dan Laos sudah bermasalah dengan Cina, yakni tidak dapat membayar utang karena infrastruktur adalah proyek negara. Secara komersial infrastruktur belum dapat dijadikan proyek komersial dengan user pay basis, karena pengembalian modal begitu panjang. Dengan skema Turnkey Project, seringkali buruh kasar yang dibawa Cina berbenturan dengan warga lokal. Isu toleransi dan intoleransi menjadi masalah dalam investasi Cina.  Wujud Nawacita poin 3 adalah membangun dari pinggiran dengan memperkuat desa dalam kerangka negara kesatuan. Pemerintah mendorong Proyek Strategis Nasional melalui Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) dan juga mendorong ekonomi ke semua wilayah dengan skema KEK, diprioritaskan di luar Pulau Jawa. Proyek-proyek PSN dipayungi dengan Peraturan Presiden No. 58 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, menyangkut 245 proyek, 1 program kelistrikan 35.000 MW, dan industri pesawat terbang jangka menengah. PSN bertujuan memiliki peran strategis untuk perekonomian, kesejahteraan rakyat, pertahanan dan kedaulatan nasional, serta pemerataan ekonomi masyarakat. Kebijakan Pemerataan Ekonomi agar masyarakat memiliki 3 akses, yaitu: akses lahan, akses kesempatan dan akses kepada tenaga kerja yang menuntut kapasitas SDM. Dengan anggaran dalam APBN tahun 2018, pembangunan infrastruktur Rp 409 triliun jelas sangat ambisius, dan terjebak pada skema OBOR Cina. Jelas saat ini bukan prioritas dengan anggaran sebesar yang telah disebutkan. Rasio anggaran 4 persen dari PDB jelas menjebak karena ketersediaan dana pada APBN sama sekali tidak mendukung. Postur APBN tahun 2018 anggaran penerimaan negara sebesar Rp 1.878,4 triliun berasal dari 86 persen sektor pajak, Sumber Daya Alam (SDA) migas sebesar Rp 77,2 triliun (4%), SDA non migas sebesar Rp 22,1 triliun (1%), dan defisit Rp 326 triliun. SDA karena 85 persen sudah dimiliki SDA karena 85 persen sudah dimiliki asing, negara hanya menerima royalti dan bagi hasil, sehingga penerimaan relatif kecil. Cicilan utang dan pemba yaran bunga utang yang besar karena negara sudah dililit utang. Jadi, membangun infrastruktur dengan utang, jelas tidak tepat untuk saat ini karena efek dari pembangunan infrastruktur untuk jangka menengah dan panjang. Di saat sektor riil terpuruk, yang diperlukan adalah iklim yang kondusif, dan perbankan melonggarkan kembali sektor kredit agar dunia usaha giat, dan pembangunan menggeliat, tidak tergantung pemerintah, dan daya beli masyarakat kembali menguat