Senin, 31 Desember 2012

KEGAGALAN REZIM SBY-BOEDIONO: PANGAN

Bagi rakyat Indonesia, kebutuhan pangan adalah hak azasi manusia (HAM), harus dipenuhi negara diwakili Rezim SBY-Boediono. Prinsip kebutuhan pangan sebagai HAM ini secara filosofis, konstitusional dan sosiologis berdasarkan paling tidak 5 (lima) hal: 1.UUD 1945, menegaskan bahwa pemenuhan pangan merupakan hak azasi (HAM) warganegara Indonesia. 2.Universal Declaration of Human Right (1948) dan The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (1966) menyebutkan bahwa “everyone should have an adequate standard of living, including adequate food, cloothing, and housing and that the fundamental right to freedom from hunger and malnutrition”. 3.Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996 ditanda tangani oleh 112 kepala negara atau penjabat tinggi dari 186 negara peserta; Indonesia menjadi salah satu di antara negara penandatangan. Isinya adalah pemberian tekanan pada human right to adequate food (hak atas pemenuhan kebutuhan pangan secara cukup), dan perlunya aksi bersama antar negara untuk mengurangi kelaparan. 4.Millenium Development Goals (MDGs) menegaskan bahwa tahun 2015 setiap negara, termasuk Indonesia, menyepakati menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuhnya. 5.Hari Pangan Sedunia tahun 2007 menekankan pentingnya pemenuhan Hak Atas Pangan. Sementara pada Kampanye Pilpres 2009, Pasangan SBY-Boediono berjanji akan mempertahankan swasembada beras. Ke depannya Indonesia akan menuju swasembada daging sapi dan kedelai. Namun, dalam kenyataannya, Indonesia masih belum juga swasembada beras. Daging sapi dan kedelai masih saja impor. Tidak ada perubahan berarti dari keadaan pangan sebelumnya. Realitas obyektif menunjukkan bahwa Indonesia masih mengimpor pangan tidak hanya beras, daging sapi, dan kedelai, bahkan kentang,singkong, biji gandum dan meslin, tepung terigu, jagung, daging sapi, sapi hidup, dan juga garam. Tingginya nilai impor pangan ini tentunya menunjukkan tingginya tingkat ketergantungan nasional terhadap luar negeri di bidang pangan. Berdasarkan berbagai sumber, termasuk BPS dan Kementerian Perdagangan, maka impor pangan tahun 2012 dapat dideskripskan sebagai berikut: 1. Beras Meskipun penghasil beras dan sempat swasembada beras, saat ini Indonesia melakukan impor makanan pokok rakyat Indonesia dengan 5 negara. Dari Januari hingga Mei 2012 ini, Indonesia telah mendatangkan sekitar 886,8 ribu beras impor dengan nilai US$ 503,9 juta. Impor beras terbesar dilakukan dengan negara Vietnam. Dalam 5 bulan pertama tahun ini, sebanyak 443,6 ribu ton beras dengan nilai US$ 264,6 juta didatangkan dari negara ini. Selain itu, Indonesia juga mendatangkan sekitar 238,4 ribu ton beras impor dari Thailand dengan nilai US$ 137,5 juta. Beras impor dari India pun juga masuk ke tanah air. Sebanyak 150,5 ribu ton dengan nilai US$ 70,5 juta datang dari negara ini. Sedangkan beras dari Pakistan masuk tahun ini sekitar 2.601 ton dengan nilai US$ 9,5 juta dan beras asal China sebanyak 8.624 ton dengan nilai US$ 4,7 juta juga dinikmati masyarakat Indonesia dalam 5 bulan pertama tahun ini. Rezim SBY-Boediono Indonesia menandatangani kesepakatan untuk membeli beras dari Kamboja dengan volume 100.000 ton per tahun untuk jangka waktu lima tahun ke depan dan sebaliknya negeri bangsa Khmer itu akan mengimpor pupuk dan peralatan pertanian seperti traktor dan mesin penggiling gabah. Kesepakatan itu ditandatangani oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan dan Menteri Perdagangan Kamboja Cham Prasidh pada sela-sela Pertemuan ke-44 Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN di Siem Reap, Kamboja. Mengapa Indonesia masih mengimpor beras dari luar negeri sedangkan Indonesia termasuk salah satu negara dengan kontribusi terhadap produksi beras dunia mencapai 8,5%?. Tidak ada kedaulatan pangan di Indonesia. Selama kita terlalu mengagung-agungkan investor, impor, dan liberalisasi. Tidak akan ada kedaulatan. 2. Kedelai Dalam 5 bulan pertama tahun ini, Indonesia telah mengimpor 750,1 ribu ton kedelai dengan nilai US$ 424,2 juta. Impor terbesar datang dari Amerika Serikat, yaitu sebanyak 721,1 ribu ton dengan nilai US$ 401,6 juta. Kemudian, Malaysia dengan 26 ribu ton kedelai senilai US$ 20,8 juta dan Kanada dengan total impor kedelai dalam 5 bulan sebanyak 1.525 ton dengan nilai US$ 887 ribu. Ukraina juga mendatangkan kedelai sebanyak 738 ton dengan nilai US$ 370,1 ribu. Begitu juga dengan China, sebanyak 281,8 ton kedelai dengan nilai US$ 279 ribu masuk dari negeri tirai bambu tersebut. Akhir akhir ini harga kedelai melonjak karena terjadinya kekeringan di Amerika Serikat. Para pengusaha tahu dan tempe di berbagai daerah di Indonesia pun menjerit. Sebagian dari mereka pun terpaksa menghentikan usahanya karena tidak tahan dengan lonjakan harga tersebut. Kondisi ini mulai menyadarkan berbagai pihak betapa rentannya ketahanan pangan Indonesia dibawah Rezim SBY-Boediono. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengkritik, krisis tahu-tempe marak belakangan ini, dikarenakan tidak adanya keseriusan Rezim SBY-Boediono dalam menangani masalah pangan. Mahalnya harga kedelai ternyata harus impor membuat pengrajin tahu tempe menjerit. Padahal sudah ngomong dari dulu, bahwa Indonesia tidak secara serius melakukan dikatakan ketahanan pangan untuk Indonesia. Seharusnya itu terealisasi pada saat-saat sekarang ini. Rezim SBY-Boediono harus berani mengambil langkah untuk menghentikan impor pangan. Jangan tergantung dengan asing, terutama komoditi pertanian penting. Indonesia tidak akan bisa berswasembada kalau tidak melakukan suatu langkah konkret, antara lain hentikan impor bagi komoditi-komoditi pertanian. 3. Kentang Rezim SBY-Boediono mengakui adanya impor kentang adalah untuk keperluan industri. Pasalnya, kebanyakan industri membutuhkan jenis kentang tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Terdapat 5 negara memasukkan kentang terbanyak asal negaranya ke Indonesia. Australia merupakan negara dengan jumlah dan nilai terbesar untuk impor kentang ini. Dalam 5 bulan pertama tahun ini, negara Kangguru itu telah mendatangkan 7 ribu ton kentang dengan nilai US$ 4,7 juta. Selain itu, Indonesia juga mendatangkan kentang impor asal Kanada, yaitu sebanyak 5,5 ribu ton dengan nilai US$ 3,5 juta. Kentang impor asal China pun juga mewarnai pasar dalam negeri. Terdapat sekitar 5,1 ribu ton kentang dengan nilai US$ 2,8 juta asal negara ini. Sementara itu, terdapat 2.107 ton kentang asal Amerika Serikat dengan nilai US$ 2,4 juta masuk ketanah air dan 254 ton kentang dengan nilai US$ 394 ribu asal negeri Jiran Indonesia, yaitu Singapura. Ditambah dengan negara lainnya, total impor kentang dari Januari hingga Mei tahun ini sebanyak 22 ribu ton dengan nilai US$ 14,9 juta. 4. Singkong Pada tahun ini, hanya 2 negara mendatangkan singkong ke Indonesia, yaitu China dan Vietnam. Padahal, pada tahun lalu, Italia juga sempat mengirimkan singkong asal negaranya ke tanah air. Meskipun sempat menghentikan impor singkong pada semester II tahun lalu, rupanya Indonesia kembali melakukan impor singkong dari China dan Vietnam pada 2 bulan terkahir tahun 2012 ini. Pada bulan April dan Mei 2012, sebanyak 5.057 ton singkong asal China dengan nilai US$ 1,3 juta masuk ke tanah air. Impor ini kemudian berhenti pada bulan Mei ini. Sementara itu, pada Mei impor singkong dilakukan dari negara Vietnam. Sebanyak 1.342 ton singkong dengan nilai US$ 340 ribu masuk ke Indonesia. Dengan demikian, sepanjang tahun ini, negara telah mengimpor singkong sebangan 6.399 ton dengan nilai US$ 1,6 juta dari kedua negara tersebut. 5. Biji Gandum dan Meslin Bahan pangan ini memang masih sangat sulit dibudidayakan di Indonesia. Untuk itu, salah jalan dalam jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan gandum adalah impor. Pada tahun ini, sekitar 1,9 juta ton gandum dengan nilai US$ 767 juta telah masuk ke tanah air. Negara pengimpor gandum terbesar adalah Australia. Sekitar 1,4 juta ton gandum dengan nilai US$ 531,6 juta masuk dari negeri Kangguru ini dari Januari hingga Mei 2012. Kemudian, Kanada juga mendatangkan 371,1 ribu ton gandum dengan nilai US$ 154,8 juta dari negaranya. Begitu pun dengan Amerika Serikat mendatangkan 198 ribu ton gandum dengan nilai US$ 77,6 juta. Rusia juga mengirimkan sekitar 6.023 ton gandum dengan nilai US$ 1,8 juta dari negaranya. Selain itu, Turki juga memasukkan 1.101 ton gandum dengan nilai US$ 321 ribu dari negara terletak di Benua Eropa ini. 6. Tepung Terigu Rezim SBY-Boediono telah mengimpor sekitar 212,2 ribu ton tepung terigu dengan nilai US$ 84,8 juta dari Januari hingga Mei tahun ini. Impor dengan nilai terbesar dilakukan dengan negara Srilanka. Sekitar 83,2 ribu ton tepung terigu dengan nilai US$ 40,4 juta ton masuk ke tanah air. Sementara itu, Turki mendatangkan sekitar 102 ribu ton tepung terigu dengan nilai US$ 33,4 juta dan Belgia mendatangkan 7,6 ribu ton tepung terigu dengan nilai US$ 3,4 juta. Australia juga telah memasukkan 6,6 ribu ton tepung terigu dengan nilai US$ 2,7 juta dalam 5 bulan pertama tahun ini, sedangkan Ukraina mendatangkan 7,6 ribu ton tepung terigu dengan nilai US$ 2,6 juta. 7. Jagung Dari Januari hingga Mei tahun ini, Rezim SBY-Boediono telah mengimpor sekitar 653 ribu ton jagung dengan nilai US$ 186,4 juta. Impor ini dilakukan dengan setidaknya 5 negara. India memasukkan 548,5 ribu ton jagung dengan nilai US$ 151,7 juta. Jagung dari Amerika Serikat telah datang ke tanah air sebanyak 42,5 ribu ton dengan nilai US$ 14,5 juta. Sementara itu, jagung dari Argentina telah masuk sebanyak 44,8 ribu ton dengan nilai US$ 13,8 juta, sedangkan sebanyak 10,9 ribu ton jagung dengan nilai US$ 3,4 juta dari Brasil, dan 419 ton jagung dengan nilai US$ 1,4 juta dari Thailand. 8. Daging Sapi dan Sapi Hidup Rezim SBY-Boedino berdasarkan data tahun 2012 tidak tegas dan konsisten dengan target pencapaian “swasembada daging sapi tahun 2014”. Berdasarkan fakta dan angka Litbang Kompas, diolah dari BPS dan Kementerian Perdagangan (Kompas, 19 November 2012), pada 2012 Indonesia masih tetap mengimpor daging sapi dan sapi hidup dengan nilai impor (Ribu Dollar AS) sebagai berikut : (1) Januari 3.021,7 daging sapi dan 15.413,2 sapi hidup; (2) Februari 13.063,9 daging sapi dan 48.301,3 sapi hidup; (3) Maret 17.294,6 daging sapi dan23.617,5 sapi hidup ; (4) April 12.640,2 daging sapi dan 8.360,8 sapi hidup; (5) Mei 9.948,4 daging sapi dan 38.736,8; (6) Juni 25.849,4 daging sapi dan 31.555,7 sapi hidup; (7) Juli 5.548,5 daging sapi dan 25.866,7 sapi hidup; dan, (8) Agustus 9.235,4 daging sapi dan 14.881,1 sapi hidup. 9.Garam dan Ikan Indonesia sebagai negara kepulauan Maritim, sudah mengimpor garam serta mengimpor 35 % ikan dari China. Defisit Pangan: Defisit sejumlah komoditas pangan utama nasional terus meningkat. Pada 2011, volume impor beras, jagung, gandum, kedelai, gula, susu, dan daging mencapai 17,6 juta ton senilai US$ 9,4 miliar. Defisit pangan pada 2011 mencapai 17,35 juta ton dengan nilai US$ 9,24 miliar (mendekati 90 trilyun rupiah) karena ekspor hanya 250 ribu ton dengan nilai US$ 150 juta. Lebih rinci, Data BPS menunjukkan, impor beras Indonesia mencapai 2,75 juta ton dengan nilai US$ 1,5 miliar atau 5% dari total kebutuhan dalam negeri, impor kedelai mencapai 60% dari total konsumsi dalam negeri sekitar 3,1 juta ton dengan nilai US$ 2,5 miliar, jagung sebesar 11% dari konsumsi 18,8 juta ton senilai US$ 1,02 miliar, gandum (100%, US$ 1,3 miliar), gula putih (18%, US$ 1,5 miliar), daging sapi (30%, US$ 331 juta), dan susu (70%). Kedaulatan pangan secara konseptual dapat diartikan sebagai hak setiap bangsa. Negara mestinya menjamin setiap rakyat untuk bisa memproduksi pangan secara mandiri, dan dalam prakteknya bisa menerapkan sistem pertanian, peternakan dan perikanan tanpa intervensi dari pihak luar merusak. Ujung-ujungnya bermuara pada pemenuhan kebutuhan pangan bagi rakyat, tanpa ada ketergantungan pihak lain, petani selalu menderita tidak bisa menikmati hasil panenan akibat serangan pangan impor. Rezim SBY-Boediono sesungguhnya belum memperlihatkan keberpihakan cukup untuk sektor pertanian. Hal itu terlihat dari anggaran pada APBN dialokasikan di sektor pertanian masih sangat kecil, tidak sebanding dengan alokasi untuk sektor lain, semisal pendidikan. Pertanian semestinya mendapatkan perhatian khusus. IHSC Indonesian Human Right Committee for Social Justice (menilai anggaran untuk ketahanan pangan pada RAPBN 2013 masih belum memadai (13 Septemebr 2012). Total anggaran untuk ketahanan pangan hanya Rp 83 triliun. Total anggaran tersebut mencakup anggaran untuk stabilisasi harga serta pemenuhan kebutuhan pangan rakyat sebesar Rp 64,3 triliun dan anggaran infrastruktur irigasi senilai Rp 18,7 triliun. Total anggaran tersebut tiga kali lebih rendah daripada belanja pegawai senilai Rp 241 triliun. Ia mengatakan tidak ada anggaran di Kementerian Pertanian, khususnya pada Badan Ketahanan Pangan untuk pembaruan agraria. Negeri ini menyediakan sumber pangan melimpah. Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati banyak menyediakan sumber pangan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Itu sebenarnya dapat mencukupi kehidupan bangsa. Namun, kebijakan Rezim SBY-Boediono untuk mengatasi masalah pangan selalu mengambil jalan pintas dengan cara impor pangan. Sangat mencemaskan! Janji kampanye SBY-Boediono untuk swasembada beras, daging sapi dan kedelai belum juga tercapai. Dari sisi opini publik, hasil survei JSI (jaringan Suara Indonesia) pada 10-15 Oktober 2011 dengan 1.200 responden menunjukkan hanya 36,7 % responden menilai janji Rezim SBY-Boediono tentang pangan ini telah terpenuhi (MUCHTAR EFFENDI HARAHAP).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda