Jumat, 14 Desember 2012

KEGAGALAN REZIM SBY-BOEDIONO; PENGANGGURAN

Rezim SBY-Boediono berjanji dalam kampanye Pilpres 2009 akan membuat pengangguran turun 5-6 % dengan cara meningkatkan peluang lapangan pekerjaan dan peningkatan penyaluran modal usaha. Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja ada mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lain. Tingkat pengangguran terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsi, menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Juga menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di Indonesia dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang. Apa data dan fakta bisa ditunjukkan untuk pengangguran di bawah Rezim SBY-Boediono? BPS menunjukkan, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32% atau 7,61 juta orang. Jumlah ini turun 6% dari Februari 2012 sebesar 8,12 juta orang. Angka persentase pengangguran 6,32% pada Februari 2012 turun dibandingkan Agustus 2011 sebesar 6,56% dan Februari 2011 sebesar 6,8%. Angka pengangguran diperhitungkan terus menurun, yakni: Februari 2011 mencapai 8,12 juta; Agustus 2011 mencapai 7,7 juta; Februari 2012 mencapai 7,61 juta Pada Februari 2012 jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 120,4 juta orang, bertambah sekitar 3 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011 sebesar 117,4 juta orang atau bertambah sebesar 1 juta orang dibanding Februari 2011. Dari angkatan kerja tersebut, jumlah penduduk bekerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 112,8 juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2011 sebesar 109,7 juta orang atau bertambah 1,5 juta orang dibanding keadaan Februari 2011. Selama setahun terakhir (Februari 2011―Februari 2012), jumlah penduduk bekerja mengalami kenaikan, terutama di Sektor Perdagangan sekitar 780 ribu orang atau 3,36% serta sektor keuangan sebesar 720 ribu orang atau 34,95%. Namun, terdapat penurunan pada sektor: Pertanian 1,3 juta orang (3,01%; Transportasi, pergudangan, dan komunikasi sebesar 380 ribu orang (6,81%). Sementara itu, berdasarkan jumlah jam kerja, pada Februari 2012 sebesar 77,2 juta orang (68,48%) pekerja bekerja di atas 35 jam per minggu, sedangkan pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 15 per minggu mencapai 6,9 juta orang (6,08%). Sebaliknya, Kadin menilai, angka pengangguran di Indonesia sudah cukup tinggi akibat kesenjangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan lapangan pekerjaan. Akibat ketimpangan tersebut diperkirakan setiap tahunnya pengangguran meningkat sebesar 1,3 juta orang. Pengangguran di Indonesia mencapai 9 juta orang. Hal ini terjadi karena jumlah pertumbuhan angkatan kerja tidak seimbang dengan pertumbuhan lapangan kerja khususnya di sektor formal (REPUBLIKA.CO.ID , 1 Mei 2012). Pertumbuhan tenaga kerja setiap tahun mencapai 2,91 juta orang, sedangkan lapangan pekerjaan hanya 1,6 juta orang. Sehingga ada 'gap' sebesar 1,3 juta orang kemungkinan menjadi pengangguran terbuka di Indonesia. Bukan hanya soal kesenjangan, penggangguran di Indonesia juga terjadi akibat tidak bertemunya kualitas pencari kerja dengan kebutuhan diinginkan perusahaan. Berdasarkan tingkat pendidikannya, dari 8,14 juta pengangguran terbuka, 20 persen berpendidikan SD, 22,6 persen tamatan SMP, 40,07 persen tamatan SLTA, 4 persen tamatan diploma, sedangkan 5,7 persen tamatan sarjana. Pengangguran 9 juta orang itu jika tidak mendapat kesempatan kerja, jangan harap upaya untuk memakmurkan rakyat akan tercapai. Sementara untuk penambahan tenaga kerja dalam jumlah besar di Indonesia, membutuhkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen per tahun. Dari sisi opini publik, hasil survei JSI (jaringan Suara Indonesia) pada 10-15 Oktober 2011 dengan 1.200 responden menunjukkan, hanya 17,4 % responden menilai telah terjadi peluang lapangan pekerjaan dan peningkatan penyaluran modal usaha.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda