Kamis, 20 April 2017

MENGAPA PASLON ANIES-SANDI MENANG ?

Pertanyaan mengapa Paslon Anies-Sandi menang dapat dijawab secara hipotetis sbb: 1. Dukungan kelompok Islam politik sekitar 40 %. Seperti prilaku pemilih di Indonesia, di Jakarta kita mengenal politik aliran. Ummat Islam politik memberi suara baik untuk tokoh mapun parpol dlm pemilihan sejak Pemilu 1955, dipengaruhi kesamaan agama dlm hal ini Islam. Pd Pemilu 1955, mereka memilih partai Masyumi, sekitar 33 %. Pd Pemilu era Orde Baru, awalnya juga 33 % memilih parpol2 Islam. Era reformasi fakta prilaku pemilih ini tidak berubah, kelompok Islam politik tetap memberikan suara kepada parpol Islam. Belakangan, terutama sejak gerakan bela Islam protes prilaku Ahok nista Islam, hasil survei, meningkat sekitar 40 % pilih Gubernur Muslim. Mereka takkan pilih Ahok non Muslim. Primordial agama mempengaruhi mereka memilih Paslon Anies-Sandi yg dinilai sebagai tokoh Islam. Sementara, Paslon Ahok-Djarot dinilai bukan Tokoh Islam.Tambahan suara kelompok Islam politik terhadap Paslon Anies-Sandi pd putaran kedua datang dari pemilih Paslon Agus-Selvi putaran pertama. Sebagian besar pemilih Paslon Agus-Selvi ini adalah pemilih/konstituen Parpol Islam seperti PPP, PKB dan PAN sbg parpol pendukung. 2. Dukungan klas menengah atas termasuk mantan perwira militer anti Amandemen UUD 1945 anti dominasi Cina bidang ekonomi. Kelompok ini sejak awal tahun 2015 mengkritik dan menolak Ahok sebagai Gubernur DKI. Salah satu alasannya, Ahok lebih mengutamakan kepentingan pengembang Cina. Terdapat penilaian, pembangunan pulau palsu/reklamasi utk kepentingan pengembang Cina dan memasukkan rakyat Negara Cina ke DKI lewat perumahan dibangun di pulau2 palsu itu. Semangat dan pola pikir pembelaan terhadap negara bangsa, kelompok ini menentang Gubernur Ahok dan pendukung Paslon apa saja asal bukan Ahok krn Cina, dikenal sbg ASBAK (Asal Bukan Ahok). Mereka percaya, keberadaan Ahok dlm politik pemerintahan bagian cinanisasi Indonesia. Tatkala putaran kedua, kelompok ini bersatu pilih Paslon Anies-Sandi. Pada umumnya kelompok ini telah muncul sebelum resmi Paslon Anies-Sandi sebagai peserta Pilkada. 3. Dukungan ormas dan parpol . Beragam Ormas mendeklarasikan diri mendukung Anies-Sandi baik langsung gunakan nama resmi ormas tsb, maupun gunakan nama baru dan tidak terlembaga formal. Ormas ini beragam, ada berdasarkan Islam, Pancasila, Profesi, dan juga keberpihakan pd Pribumi. Ormas2 ini merupakan kelompok aksi di tengah2 rakyat pemilih, mempromosikan dan mengkampanyekan Paslon Anies-Sandi. Dlm beberapa kasus, mereka menyebut diri sbg Relawan. Disamping itu, parpol2 pendukung tentu membantu kemenangan Anis-Sandi, tetapi relatif kurang signifikan terhadap jumlah perolehan pemilih. 4. Program prioritas ditawarkan dlm kampanye. Prilaku pemilih juga ditentukan faktor janji atau program prioritas ditawarkan Paslon dlm kampanye. Pemilih seperti ini sangat minor paling sekitar 15 %. Paslon Anies-Sandi lebih unggul menawarkan program prioritas. Hal ini diakui oleh berbagai media massa melalui hasil jajak pendapat segera setelah berlangsung publikasi debat Paslon via TV. Sy mengakui, Paslon Anies-Sandi sbg penantang lebih bagus ketimbang Ahok-Djarot yg selama berkuasa di Pemprov DKI tak mampu menunjukkan prestasi urusan penerintahan berdasarkan perencanaan pembangunan tertuang di dalam Perda No.2 tahun 2012 ttg RPJMD DKI Jakarta 2013-2017. Faktanya, Ahok-Djarot gagal laksanakan program2 pembangunan. Sebagian besar rakyat DKI paham itu. 5. Citra Paslon Ahok-Djarot didukung Rezim berkuasa dan lakukan kecurangan antara lain pemberian sembako dan politik uang. Rakyat di luar pemerintahan, terutama klas menengah DKI menolak sikap pemerintah memihak ini sehingga bersimpati pd Paslon bukan Ahok—Djarot. Bagi mereka, keberpihakan Pemerintah dan pembiaran kecurangan adalah mencederai demokrasi, memperburuk kualitas Pilkada dan bahkan menciptakan prilaku politik amoral. Harus dilawan. Caranya, berpartisipasi dukung Paslon Anies-Sandi. 6. Bagi mereka yg percaya, pasti menjadikan Tuhan sebagai faktor penentu kemenangan Anies-Sandi. Hal ini mengingat kemampuan politik dan ekonomi pendukung Ahok-Djarot yg digunakan utk kecurangan seperti pemberian sembako, politik uang, kekerasan psikologis dan administratif terhadap Anies-Sandi dan juga keberpihakan rezim terhadap Ahok-Djarot. Semua kemampuan politik ekonomi pendukung Ahok-Djarot ini menjadi "nol" karena intervensi fihak "tak terhingga" (Tuhan). Yg terakhir ini hanya bagi mereka berpikir metafisis (meta sains), bukan ilmu pengetahuan (sains). Oleh Muchtar Effendi Harahap (NSEAS)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda