Senin, 20 Februari 2017

Acuan DIKUSI TERBATAS

ACUAN DISKUSI TERBATAS PERSAINGAN AS-CINA DI ASIA TENGGARA DAN IMPLIKASI TERHADAP POLITIK INDONESIA I. LATAR BELAKANG Politik luar negeri suatu negara dipengaruhi “kepentingan nasional” sebagai “tujuan” mendasar dan paling menentukan. Pencapaian kepentingan nasional menyebabkan kehidupan negara akan berlangsung stabil dan baik dari segi politik, ekonomi, sosial, pertahanan, keamanan, dll. Kepentingan nasional sebagai upaya negara untuk mengejar “power” atau “kekuasaan”. Power atau kekuasaan bermakna, segala sesuatu dapat mengembangkan dan memelihara kontrol satu negara terhadap negara lain baik secara individual maupun kolektif. Perspektif globalisasi berupaya meminimalkan “peran” negara bangsa. Globalisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional ke arah negara bangsa tetap mempertahankan masing-masing identitas, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain. Globalisasi juga dapat bermakna sebagai “internasionalisasi”, “liberalisasi”, “universalisasi”, “westernisasi”, dan “hubungan transplanetori dan suprateritorial”. Globalisasi sebagai sebuah proyek diusung oleh negara-negara adikuasa (superpower). Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk paling mutakhir. Negara-negara kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia. Dinamika politik ekonomi di Asia Tenggara ditentukan persaingan antara AS dan sekutunya (Barat) dengan Cina-Rusia dan sekutunya (Timur). Persaingan ini sesungguhnya dipengaruhi kepentingan nasional masing-masing negara terlibat sebagai sarana dan sekaligus tujuan untuk “bertahan hidup” dalam politik internasional. Secara geopolitik persaingan global antar AS dan Cina (RRC)-Rusia telah bergeser dari kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah, ke kawasan Asia Pasifik. Artinya, Asia Pasifik menjadi “medan perang” baru berbagai kepentingan negara adikuasa. Asia Tenggara memiliki arti geopolitik dan geostrategis penting pada persaingan alur laut paling kritis di dunia. Asia Tenggara memiliki potensi kandungan minyak dan gas bumi serta tingkat produksi lebih besar ketimbang dibayangkan. Di seluruh Asia Tenggara AS akan menempatkan diri pada posisi mampu menekan Cina. Kebijakan AS memperkuat kehadiran militer di kawasan ini sehingga mampu menghadapi tantangan klaim Cina di Laut Cina Selatan dan pulau-pulau dipersengketakan seperti Spratley dan Paracel. AS mempunyai doktrin disebut “the US Commission on Ocean Policy”.Kepentingan dan kebijakan Cina di Asia Tenggara: 1. Cina sebagai salah satu negara pengguna energi/migas terbesar di dunia,. Cina amat mencemaskan keamanan jalur pasokan laut mereka di Selat Malaka, membentang 800 KM (500 mil) di antara pulau Sumatera Indonesia dan Semenanjung Melayu (Malaysia) dan menyempit hanya 2,4 KM (1,5 mil) lebarnya di Selat Singapura, mengarah ke Laut Cina Selatan. 2. Cina menyadari, sekitar 70 % perdagangan dunia bergerak melintasi Samudera Hindia antara Timur Tengah dan Asia Pasifik. Seperempat perdagangan minyak mentah dunia melewati Selat Malaka, Asia Tenggara. 3. Cina mempunyai sasaran strategis menguasai wilayah-wilayah berada di jalur Laut Cina Selatan, merupakan Jalur Sutra Maritim. 4. Kebijakan Cina lebih menekankan pola perang Asimetris (nirmiliter) dalam menguasai wilayah-wilayah bernilai strategis secara geopolitik di kawasan Asia Tenggara. Untuk mengimbangi pengaruh AS begitu kuat secara militer di Asia Tenggara, dan menguasai Jalur Sutra Maritim, Cina punya doktrin kemaritiman dikenal dengan “String of Pearl”. Hubungan persaingan AS dan Cina ini membawa implikasi terhadap dinamika politik kekuasaan di Indonesia. Indonesia kini sesungguhnya menjadi sasaran proxy war (lapangan tempur) baik bagi Cina maupun AS. Namun, proxy war dilakukan secara asimetris (non militer). Pada 2014, Rezim SBY-Boediono melalui Pilpres digantikan Rezim Jokowi-JK. Indonesia Berpaling ke Cina Di bawah Rezim Jokowi-JK hubungan kerjasama ekonomi meningkat pesat bahkan Indonesia cenderung berpaling ke Cina. Ada kesepakatan Indonesia-Cina terkait bantuan pembangunan infrastruktur. Di bidang keuangan, di bawah Rezim Jokowi-JK, utang luar negeri Indonesia terhadap Cina tumbuh pesat. Dari lima negara kreditor besar Indonesia, hanya utang ke Cina saja mengalami kenaikan selama tahun terakhir. Sementara itu, utang ke Singapura, Jepang, AS dan Belanda sama-sama menurun (Bank Indonesia, Maret 2016). Pada Juli 2016 Cina sudah di peringkat ketiga terbesar. Dari lima Kreditor dimaksud, tercatat hanya utang Indonesia ke Cina dan Jepang mengalami kenaikan. Sisanya mengalami penurunan. Investasi Cina di bidang keuangan dan infrastuktur, terutama pelabuhan, akan bermanfaat bagi Cina dari segi geopolitik dan geostrategis Cina. Bagaimanapun terdapat dampak dari hubungan ekonomi Indonesia-Cina ini. Jika pada prakteknya keputusan mendasari Rezim Jokowi-JK berpaling ke Cina semata-mata atas dasar pertimbangan “keuntungan ekonomi”, maka Indonesia berpotensi untuk “tergadai” melalui “skema investasi asing” Cina dan semakin kehilangan “martabat” dan “kedaulatan” sebagai negara bangsa dalam politik internasional. Perebutan Kekuasaan Negara Pilpres 2019 ditentukan persaingan AS-Cina. AS akan kembali mempengaruhi penguasa negara Indonesia dengan mendukung kekuatan-kekuatan politik pro AS dan anti Cina di Indonesia. Terjadi percepatan kristalisasi dan pengelompokan kekuatan-kekuatan polirtik menjadi dua kekuatan rakasasa politik, yakni kekuatan raksasa pro AS dan kekuatan raksasa pro Cina. Kedua kekuatan raksasa ini akan bertarung dalam perebutan kekuasaan negara pada Pilpres 2019 mendatang. Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, perlu dilakukan kajian mendalam melalui seperangkan forum diskusi terbatas berdasarkan sejumlah pertanyaan pokok diskusi. Diharapkan, setiap forum diskusi terbatas dapat menjawab secara rasional dan dapat dipertanggungjawabkan secara teoritis atas jawaban-jawaban dari pertanyaan pokok dimaksud. Seperangkat diskusi terbatas ini disebut sebagai rencana kegiatan forum diskusi terbatas “Persaingan AS-CINA dan Implikasinya terhadap Dinamika Politik Kekuasaan di Indonesia”. II. BEBERAPA PERTANYAAN POKOK FORUM DISKUSI Beberapa pertanyaan pokok forum diskusi terbatas “Persaingan AS-Cina dan Implikasinya terhadap Dinamika Politik Kekuasaan di Indonesia” sebagai berikut: • Apa dan adakah perubahan pengelompokan kekuatan raksasa (superpower) dalam perspektif multipolar (power) pada level system internasional sekarang ini? • Adakah sedang terjadi proses deglobalisasi terutama sejak Inggris mengundurkan diri dari pengelompokan Negara-negara Eropa dan tampilnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat? • Jika ada deglobalisasi, apa saja indikator-indikator untuk menggambarkan fenomena deglobalisasi dimaksud? • Apakah persaingan superpower telah berpindah dari Asia Tengah dan Timur Tengah ke Asia Pasifik dan Asia Tenggara? • Kekuatan-kekuatan raksasa apa saja kini bersaing di Asia Tenggara? • Apa doktrin politik luar negeri mereka terhadap kawasan AsiaTenggara? • Apa kepentingan masing-masing kekuatan raksasa itu di Asia Tenggara? • Indonesia bagian Asia Tenggara, sejauh mana implikasi persaingan superpower terhadap kehidupan politik dan ekonomi Indonesia? • Apa kepentingan kekuatan-kekuatan raksasa terhadap Indonesia? • Di Indonesia terdapat juga kekuatan-kekuatan politik dalam negeri sedang bersaing satu sama lain. Kekuatan-kekuatan politik apa saja lebih pro RRC dan AS? • Apa sedang berlangsung di antara kekuatan-kekuatan politik di maksud dalam dinamika politik kekuasaan dalam persaingan belakangan ini? • Apa dampak terhadap rakyat Indonesia dari persaingan kekuatan-kekuatan politik dalam negeri dimaksud? • Posisi apa harus diambil kalangan aktivis pro deemokrasi dalam peta kekuatan politik di Indonesia sekarang ini. III.MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan rencana kegiatan forum diskusi terbatas ini adalah: 1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan peta persaingan Negara-negara super power (adikuasa) dewasa ini. 2. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan kepentingan nasionalnegara-negara supiuer power terhadap kawasan Asia Tenggara. 3. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan kepentingan Negara AS dan Cina di Indonesia. 4. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta forumdiskusi terbatas tentang implikasi persaingan AS dan Cina terhadapat politikkekuasaan di Indonesia. 5. Merumuskan rencana aksi peserta forum diskusi terbatas dalam rangka memainkan peran dan berpartisipasi dalam perebutan kekuasaan di Indonesia khususnya melalui Pilpres 2019 mendatang. IV. BENTUK FORUM DISKUSI Bentuk forumdiskusi terbatas ini adalah diskusi meja bundar,bermakna peserta diskusi saling berhadapan dan setiapperserta aktif menyampaikan pemikiran dengan prinsi kesetaraan dan memiliki hak dan kewajiabn sama. Bentuk forumini akan dipimpin oleh seorang Fasilitator untukmenjaga dan melancarkan dialog dan pembahasan secara efektif dan efisien. V. JADWAL PELAKSANAAN Rencana kegiatan ini dilaksanakan pada setiap dua minggu sekali dengan masa waktu paling lambat 3 (tiga) jam. Setiap rencana kegiatan akan mengangkat satu pertanyaan pokok. Berdasarkan pertanyaan pokok sementara, maka direncanakan jadwal pelaksanaan forum diskusi terbatas sebagai berikut: No. FORUM PERTANYAAN POKOK 1. Pertama Apa dan adakah perubahan pengelompokan kekuatan raksasa (superpower) dalam perspektif multipolar (power) pada level system internasional sekarang ini? 2. Kedua • Adakah sedang terjadi proses deglobalisasi terutama sejak Inggris mengundurkan diri dari pengelompokan Negara-negara Eropa dan tampilnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat? • Jika ada deglobalisasi, apa saja indikator-indikator untuk menggambarkan fenomena deglobalisasi dimaksud? 3. Ketiga • Apakah persaingan superpower telah berpindah dari Asia Tengah dan Timur Tengah ke Asia Pasifik dan Asia Tenggara? 4. Keempat • Kekuatan-kekuatan raksasa apa saja kini bersaing di Asia Tenggara? • Apa doktrin politik luar negeri mereka terhadap kawasan AsiaTenggara? • Apa kepentingan masing-masing kekuatan raksasa itu di Asia Tenggara? 5. Kelima • Apa kepentingan masing-masing kekuatan raksasa itu di Asia Tenggara? 6. Keenam • Indonesia bagian Asia Tenggara, sejauh mana implikasi persaingan superpower terhadap kehidupan politik dan ekonomi Indonesia? 7. Ketujuh • Apa kepentingan kekuatan-kekuatan raksasa terhadap Indonesia? 8. Kedelapan • Di Indonesia terdapat juga kekuatan-kekuatan politik dalam negeri sedang bersaing satu sama lain. Kekuatan-kekuatan politik apa saja lebih pro RRC dan AS? • Apa sedang berlangsung di antara kekuatan-kekuatan politik di maksud dalam dinamika politik kekuasaan dalam persaingan belakangan ini? 9. Kesembilan • Apa dampak terhadap rakyat Indonesia dari persaingan kekuatan-kekuatan politik dalam negeri dimaksud? 10. Kesepuluh • Posisi apa harus diambil kalangan aktivis pro deemokrasi dalam peta kekuatan politik di Indonesia sekarang ini.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda