Sabtu, 12 November 2016

KEKALAHAN AHOK SANGAT MUNGKIN, PARPOL PENDUKUNG AHOK MULAI BERPIKIR LOMPAT PAGAR TETANGGA ?

Awal Nopember ini mulai muncul pikiran elite parpol pendukung buta Ahok utk menarik dukungan. Ada juga pemimpin parpol pendukung mulai mengakui semakin berat Ahok menang dlm Pilkada DKI. Tentu beragam alasan disaksikan, terutama karena kelakuan Ahok nista Islam. Umumnya mereka mengklaim, turunnya dukungan rakyat DKI ke Ahok karena Ahok nista Islam, bukan karena memang Ahok sejak 2015 ditolak rakyat DKI. Bagi Tim Studi NSEAS, walaupun tidak lakukan nista Islam, tetap utk menang Ahok semakin berat. Sebagai argumentasi rasional dapat diajukan, dari bulan ke bulan tingkat elektabilitas Ahok menurut lembaga2 survei baik bayaran maupun tidak, terus turun rata2 5 persen per bulan. Yg membuat elektabilitas Ahok terus merosot sungguh bukan semata karena keberadaan atau upaya pasangan pesaing Agus dan Anis. Jauh sebelumnya keberadaan pasangan pesaing Ahok, April 2015, telah muncul oposisi rakyat DKI terhadap Ahok. Ada beberapa kelompok oposisi rakyat DKI thdp Ahok. Pertama, kelompok rakyat DKI menilai Ahok tak layak karena tutur kata dan ucapan2nya. Kedua, karena kebijakan publik Ahok tak memihak rakyat, tapi memihak pemilik modal seperti kebijakan penggusuran, reklamasi dan konsolidasi proyek konstruksi. Ketiga, krn Ahok sesungguhnya gagal sebagai Gubernur urus pemerintahan dan rakyat DKI. Bukti kegagakan itu al. Jumlah pinggir kian banyak, jumlah rakyat miskin kuan banyak, kesenjangan kaya miskin kuan melebar, dll. Tidak ada satupun urusan pemerintahan yg Ahok bisa tunjukkan data, fakta dan angka sebagai keberhasilan. Terakhir, kelompok oposisi yang tidak mau dipimpin Ahok sebagai manusia kafir. Dari bulan ke bulan oposisi thdp Ahok terus membesar dan meluas. Di mana2 rakyat DKI menolak secara terbuka kehadiran atau kunjungan Ahok. Elektabilitas Ahok terus merosot terutama sejak Juni 2016, rata2 5 persen perbulan. Walau PDIP telah dukung Ahok, tetap saja elektabilitas Ahok turun. Kehadiran parpol2 pendukung Ahok ternyata tidak mampu naikkan bahkan pertahankan ekektabilitas Ahok. Walau sudah resmi 4 parpol pengusung Ahok, tokh... elektabilitas Ahok tetap merosot dari waktu ke waktu. Bahkan, LSI Deny JA tunjukan data elektabilitas Ahok pd Oktober 31 persen, awal Nopember terjun bebas menjadi sekitar 24 persen. Jika dipertimbangkan margin error Ahok sekitar 5 persen, dlm kondisi aktual oposisi rakyat DKI terus membesar terutama sejak kasus nista Islam, maka elektabilitas Ahok hari ini sudah disekitar 20 persen. Apa yang mau diharapkan pendukung buta Ahok terhadap Ahok dengan elektabilitas 20 persen? Angka 20 persen saat tiga bulan lagi pemungutan suara, secara matematis sangat tidak mungkin Ahok menang. Kalau dalam realitas, Ahok bisa menang oleh keputusan KPUD, sangat mungkin kelompok pendukung buta Ahok telah lakukan kecurangan !!! Bagi Tim Studi NSEAS, kasus nista Islam memang punya pengaruh mempercepat kemerosotan ekektabilitas Ahok; sekitar 6 persen merosot dari Oktober ke awal Nopember. Menjadi terus terjun bebas ekektabilitas Ahok, jika nanti jadi Tersangka. Tetapi, tanpa Ahok nista Islam dan tanpa diputuskan Bareskrim Mabes Polri sbg Tersangka, tetap saja sangat tidak mungkin Ahok menang. Kasus nista Islam memang bantu percepatan terjun bebas elektabilitas Ahok. Kini parpol2 pendukung buta Ahok mulai ancang2 mundur dukung Ahok. Sungguh bukan krn Ahok nista Islam, tapi semata karena mereka sudah memiliKi pemahaman bahwa Ahok sangat mungkin kalah di putaran pertama bahkan. Motip kekuasaan semata parpol2 pendukung buta Ahok mungkin telah mendorong mulai berpikir " lompat pagar tetangga", atau gantikan Ahok oleh kader PDIP sekelas Risma atau Ganjar (Jateng) meskipun secara regulasi ada masalah, tetapi bisa gunakan diskresi Jokowi buat Perpu.Tim Studi NSEAS, Muchtar Effendi Harahap (Kord).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda