Sabtu, 10 September 2016

RAKYAT USIR TERSANGKA AHOK MENUJU ELEKTABILITAS 15 PERSEN

Dalam kajian politik, acapkali penguasa negara dilabeling sebagai “demokratis”, “dikatator", "otoriter" juga "fasis". Penguasa demokratis utamakan penyelesaian masalah rakyat secara damai melalui musyawarah atau perundingan. Mengacu pada Pancasila, pengusaha negara bahkan harus berdasarkan musyawarah mufakat (Sila ke-4). Jika tidak diperoleh penyelesaian masalah rakyat melalui dialog dan musyawarah mufakat, kedua belah pihak menggunakan jalur hukum melalui Badan Peradilan. Badan ini bekerja dengan bebas sesuai hukum dan tidak bisa diintervensi oleh siapa pun. Sebaliknya, penguasa dikator, otoriter atau fasis menyelesaikan masalah rakyat diputuskan secara pihak. Penguasa dikator acapkali mengintervensi Badan Peradailan tanpa dialog, dengan politik kekerasan maupun finansial. Dalam kondisi semangat demokrasi, rakyat berupaya menggunakan jalur hukum jika tidak terdapat kesepakatan dengan penguasa. Sebaliknya, Penguasa diktator tidak mau jalur hukum, sepihak menggunakan militer atau Polisi bersenjata untuk memenuhi kepentingan dirinya. Dalam kondisi semacam ini, rakyat kemudian bersikap konflik terbuka sebagai misal menolak dan mengusir kehadiran penguasa diktator itu di lingkungan permukiman mereka. Inilah terjadi pada Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ahok acapkali lakukan kunjungan ke rakyat di level Kelurahan. Namun, dalam perjalanannya mendapat pengusiran oleh rakyat. Bareskrim Mabes POLRI telah putuskan status Ahok sebagai Tersangka karena nista Islam. Ahok ditetapkan sebagai Tersangka ternyata tidak menghentikan rakyat usir Ahok di kelurahan. Bahkan, rakyat bentrok dgn orang2 PDIP di Rawadas, Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Ahok diamankan ke Gereja, berakibat gereja dikepung rakyat anti Ahok. Fenomena rakyat usir Ahok sungguh sudah berlangsung beberapa bulan lalu tatkala Ahok masih menjabat Gubernur. Tatkala itu rakyat usir Ahok karena Ahok dinilai telah merugikan rakyat DKI, antara lain gusur paksa rakyat dan langgar HAM. Segera setelah Ahok dinilai telah nista Islam, rakyat usir Ahok karena Ahok nista Islam. Issue berkembang bukan ttg Gubernur Kafir, tetapi tangkap dan adili Ahok karena nista Islam. Rakyat usir Ahok tidak ada kaitannya dgn persaingan sesama calon, Tim Sukses, atau parpol pengusung, melainkan antara Ahok dan rakyat kekuatan anti Ahok. Kejadian2 rakyat usir Tersangka Ahok ini membuktikan Ahok tidak diterima rakyat kebanyakan. Kalaupun ada menerima Ahok jelas kebanyakan kaum non muslim yang jumlahnya sekitar 15 persen dan beberapa persen muslim. Jika rakyat usir Terdakwa Ahok ini terus berlangsung hingga Januari 2017, seberapa besar pengaruhnya terhadap elektabilitas Ahok? Kini versi dua lembaga survei 24 persen. Rakyat usir Tersangka Ahok sangat membantu downgrade atau penurunan elektabilitas Ahok mencapai 15 persen saat pemungutan suara Februari 2017. Bagi para Pesaing Ahok, yakni Agus dan Anies jelas kegiatan rakyat usir Tersangka Ahok membawa implikasi positif terhadap elektabilitas Pesaing tsb. Selama Ahok jadi Gubernur terdapat sejumlah kasus sebagai bukti adanya upaya rakyat usir Gubernur yang tidak pernah terjadi di Indonesia. Beberapa kasus rakyat usir Ahok yakni: 1. Kunjungan RPTRA Rawa Badak Utara, Koja, Jakut, 26 Mei 2016: Diduga Ahok tak berani laksanakan kunjung resmi itu karena banyak rakyat sekitar RPTRA menolak Ahok. Mereka tergabung dalam gerakan Presidium Masyarakat Koja Tolak Penggusuran (PMKTP). Bahkan, agar Ahok tak hadir, PMKTP mengirimkan surat resmi ke Camat Koja, bernomor 006/JP-JMKTP/V/2016, perihal pernyataan sikap menolak Ahok di wilayah Kecamatan Koja. Hak hidup mereka telah dirampas oleh kebijakan Gubernur DKI Jakarta yang bernama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang telah menentang eksistensi pasal 33 ayat 1 UUD 1945 dan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Kehidupan masyarakat korban penggusuran di Pasar Ikan, Kampung Luar Batang, Kampung Akuarium dan wilayah lain dahulu hidup damai, aman dan tenteram. Akibat kebijakan sewenang-wenang Ahok menyebabkan kehidupan mereka saat ini memprihatinkan. "Oleh karena atas dasar rasa kesamaan nasib dan sebagai bentuk solidaritas kami, dengan ini kami secara tegas menolak kehadiran saudara Ahok yang rencananya akan hadir di wilayah Kecamatan Koja dalam peresmian Taman RPTRA pada 26 Mei. Akhirnya, Ahok tak berani datang dan digantikan Wagub DKI, Djarot Saiful Hidayat. 2. Kunjungan Masjid Al-Inayah,Kalideres, Jakbar, 15 Juni 2016: Ahok berencana mengunjungi Masjid Al-Inayah, Komplek Merpati, Kelurahan Pegadungan Kecamatan Kalideres Jakbar. Walau bukan seorang Muslim dan tak berpuasa, Ahok ingin ikut berbuka puasa bersama dengan tajuk “Safari Ramadhan”. Rakyat setempat tak setuju dan menilai bagian dari kampanye terselubung Ahok menuju Pilgub DKI 2017. Rakyat . Kalideres menolak keras Masjid tempat suci bagi umat Islam dikotori dan diinjak-injak Ahok. Mereka menegaskan, akan menghadang serta mengusir Ahok jika tetap nekad datang dan menginjak-injak Masjid Al-Inayah. Rakyat kemudian berjaga-jaga untuk mengantisipasi kedatangan Ahok. Akhirnya, Ahok tak berani datang dan membatalkan kunjungan. 3. Kunjungan Masjid Nurul Falah, Petamburan Jakbar, 17 Juni 2016: Imam Masjid, MUI setempat, jama’ah dewan kota setempat beserta warga masyarakat sekitar kompak menolak keras kedatangan Ahok. Ahok akhirnya tidak berani datang dan membatalkan kunjungan. Namun, rakyat Grogol Petamburan dan sekitarnya tetap berjaga-jaga sampai malam seusai Sholat Tarawih untuk mengantisipasi rencana kedatangan Ahok. 4.Kunjungan Masjid At-Taqwa, Penjaringan Jakut, 20 Juni 2016: Ahok berencana hadir pada acara Buka Puasa Bersama di Masjid At-Taqwa RW. 04 Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, serta Pondok Pesantren Khoirul Ummah pimpinan KH. Oman Syahroni, di Jalan Kapuk Muara RT. 06 RW. 05, Kelurahan Kapuk Muara Kecamatan Penjaringan, Jakut. Namun, sejak siang hari rakyat Penjaringan sudah berkumpul dan berjaga-jaga untuk menolak kehadiran Ahok di Kampung mereka. Di sini Ahok menggunakan sekitar 100 Polisi dan Satpol PP besar-besaran mengawal dan mengamankan kehadirannya. Perlengkapan komplit dan ada mobil pemadam kebakaran pula. Namun rakyat tak mundur melihat pasukan pengawalan Ahok. Rakyat malah semakin berani. Sejak siang rakyat sudah berkumpul dan bersiaga. Sore menjelang Maghrib, rakyat bersitegang dan hampir bentrok dengan Polisi dan Satpol PP mengawal Ahok. Akhirnya Ahok hilang nyali. . Padahal pasuakn polisi dan Satpol PP sudah berada Jembatan III, cukup dekat dengan lokasi acara. Ahok langsung putar balik, pulang ketakutan tidak jadi datang. 5. Kunjungan Penjaringan Indah 2 Jakarta Utara, 24 Juni 2016,: Ahok akan meresmikan RPTRA. Rakyat Penjaringan menolak kehadiran Ahok. Aparat Kepolisian membuat pagar betis 200 meter dari lokasi agar Ahok bisa masuk ke lokasi peresmian. Ahok tetap nekad mencoba datang. Ahok mobilisir ratusan Polisi, TNI dan Satpol PP lengkap dengan senjata. Rakyat Penjaringan tetap bersikeras menolak bahkan bersiaga sejak Shubuh. Tak peduli resiko terjadi bentrokan dengan ratusan aparat Polisi, TNI dan Satpol PP. Bentrokanpun pecah antara rakyat dan aparat Ahok. Sebekum kabur, mobil Ahok dikabarkan ditimpuki warga. Ahok terburu-buru dan hanya sekitar 10-15 menit berada di lokasi di RPTRA Penjaringan Indah. Hanya memberikan kata sambutan sebentar, foto bersama beberapa PNS dan anak-anak. Begitu singkat Ahok di lokasi acara bahkan tidak ikut acara buka puasa bersama seperti sudah direncanakan. Ahok kabur melalui jalur kebon! Bentrokan membuat dua anggota polisi menderita luka. 6. Kunjungan Festival Condet, Jaktim 30 Juli 2016: Rakyat setempat ormas berhasil gagalkan kunjungan Ahok ini. Sejak awal rakyat sudah menegaskan, menolak kehadiran Ahok. Berbagai spanduk penolakan dipasang, mulai dari sekitar Rindam Jaya hingga Masjid Al-Hawi, bahkan di Jalan Raya Bogor dan area PGC Cililitan. Rakyat mengaku resah rencana kehadiran Ahok. Mereka tidak menyukai sosok Ahok. Rakyat ingin acara Festival Condet berjalan dengan lancar, aman dan semarak. Kehadiran Ahok hanya akan membangkitkan kemarahan rakyat. Karena itu, mereka bertekad mengusir Ahok apabila berani menginjakkan kakiknya di wilayah Condet. Nyali Ahok pun akhirnya ciut dan membatalkan kehadiran. Acara Festival Condet pun berlangsung aman, lancar dan penuh berkah. 7. Kunjungan Rusunawa Cipiang, Jaktim, 5 Agustus 2016: Rakyat setempat menolak keras kehadiran Ahok, siap menghadang dan mengusir Ahok. Rakyat memasang berbagai spanduk penolakan kehadiran Ahok di sekitar Rusunawa CB. Mereka berkumpul dan bersiaga di lokasi untuk mengantisipasi kehadiran Ahok. Ahok akhirnya membatalkan kunjungan. 8. Kunjungan Pasar Duri Tambora, Jakbar, 9 September 2016: Kedatangan Ahok memang mendapat penolakan dan diwarnai unjuk rasa rakyat setempat. Mereka membawa berbagai macam spanduk yang menolak kehadiran Ahok. Ahok memobiliisr puluhan polisi bersenjata lengkap. Tak hanya Brimob, tim Gegana Polri juga ikut mengamankan lokasi. Polisi banyak banget. Hal itulah yang agaknya membuat Ahok merasa aman sehingga menghadiri acara tersebut. Rakyat menolak Ahok menamakan diri Komunitas Masyarakat Tambora (Komat). Juru bicara Komat, Leo, menegaskan tidak menginginkan kehadiran Ahok di lingkungannya. "Tidak perlu ditanyakan lagi kenapa. Kita sudah tahu semua Ahok itu menindas rakyat," kata Leo. Leo mengaku sempat dihalang-halangi petugas saat ingin mendekati Ahok. Leo dengan sekitar 20 pemuda terlihat membawa karton yang berisikan penolakan untuk Ahok. Salah satunya bertuliskan 'Gubernur Tukang Gusur' dan 'Ahok Sumber Konflik Warga'. 9. Kunjungan Pasar Jaya, Tanjung Priuk, Jakut, 2 Sept. 2016: Rakyat sekitar menolak kehadiran Ahok, karena antara lain; Ahok tukang gusur paksa rakyat. Rakyat, beberapa tetua, ormas, LSM, , pemuda tergabung dalam gerakan menolak Ahok bersiaga di tempat akan menjadi pusat acara. Akhirnya Ahok batal hadir di Kebun Bawang. Padahal menurut informasi salah satu petugas pasar, Ahok telah memerintahkan persiapan pengawalan sebanyak 2.000 Satpol PP. “Ahok kagak punya nyali untuk datang ke Tanjung Priok,” pungkas seorang aktivis terlibat. Salah seorang aktivis tolak kehadiran Ahok, menilai tindakan Ahok adalah simbol ketakutan seorang pemimpin tidak disukai rakyat. Masyarakat Tanjung Priok bersatu menolak Ahok. Baginya, Ahok lupa kalo masyarakat Tanjung Priok punya sejarah tersendiri, bukan penakut, keras tidak suka diancam. Ahok hanya mengandalkan kekuasaan dan Aparat sebagai tameng untuk terjadinya benturan. Bukan sesuatu baru bagi masyarakat Tanjung Priok. Intinya, Ahok tak punya nyali hadir di Tanjung Priok. 10. Jl.Gardu Lenteng Agung: Walau dikawal ketat kepolisian, kehadiran Ahok di Jalan Gardu, Lenteng Agung, Jaksel, diwarnai aksi unjuk rasa warga setempat. Mereka membawa sepanduk bertuliskan 'Jamaah Masjid Tolak Penista Alquran Jadi Pemimpin'. "Warga Jagakarsa menolak dengan tegas. Penista agama dilarang menginjak kampung sini," ujar salah seorang orator dengan pengeras suara. Pria ini membantah jika aksi ini jelang Pilkada DKI 2017. "Ini enggak ada hubungannya dengan Pilkada. Kami menolak kampung kami diinjak oleh kaki penista agama," kata dia. "Sudah jelas Ahok menista Alquran, menista Islam, dan ini adalah isu yang paling besar. Ahok harus ditangkap. Kami warga Jagakarsa menyatakan petisi menolak Ahok. Tangkap Ahok, penjarakan Ahok penista agama," seru pria tersebut lagi. Sementara itu, Ahok yang dikawal oleh ajudannya sudah berjalan balik menuju mobil yang terparkir di halaman KFC Lenteng Agung. Ahok hanya sempat melirik sebentar ke arah suara demo tersebut. 11.Kosambi Cengkareng : Walau Bawa Water Canon, Warga Kosambi, Cengkareng, Jakbar tolak kedatangan Ahok hendak meresmikan Posko Pemenangan Ahok dan Pagelaran Wayang Kulit di perbatasan Kalideres. Aksi penolakan terhadap Ahok terus menjalar ke sejumlah wilayah di DKI Jakarta. Sekelompok massa dari gabungan ormas Islam dan masyarat sekitar berbatasan dengan komplek Green Like City. Mereka berhasil menguasai lokasi peresmian sesaat sebelum Ahok tiba. 12. Peresmian RPTRA Tebet: Peresmian RPTRA Akasia Jalan Tebet Barat Raya RT 11 RW 07 Tebet Barat, Jakarta Selatan yang dihadiri Ahok mendapat penolakan warga.Puluhan warga se kecamatan Tebet, Jakarta Selatan melakukan aksi unjukrasa menolak kedatangan gubernur Ahok, Massa menolak kedatangan Ahok karena dianggap telah melakukan penistaan terhadap agama Islam. Namun, aksi mereka dihadang oleh aparat kepolisisan yang sudah berjaga. Aksi mereka tertahan sekitar 250 meter dari lokasi. 13. Jl. Ayub Kebon Jeruk: Di Kebon Jerok Ahok kembali mendapat penolakan saat berkampanye dengan cara blusukan. Lokasinya di Jalan Ayub, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, di Jakarta Barat. Massa mengejar Ahok yang terus berjalan meninggalkan aksi penolakan. Aksi sempat di hadang beberapa petugas polisi dan ketua RT setempat. Ketika Ahok menghampiri warga dan anak-anak ingin menyalaminya, tiba-tiba saja dari jarak 200 meter, sekitar 50 orang warga datang sembari berteriak,”Kami tidak terima penista agama datang ke sini!!”. Mendengar adanya teriakan-teriakan tersebut, lima ajudan mengawal langsung mengamankan Ahok masuk ke pasar dan terus ke Jalan Ayub Rawa Belong. Belasan polisi pun menahan massa yang hendak mengusir Ahok dengan membawa spanduk bertuliskan “Ahok penista agama”, “dia dajal”, “tolak Ahok dan masukkan ke Bui” “Kampung ini adalah kampung orang Islam, maka pak Polisi, jangan coba-coba mengorbankan umat Islam,” kata Habib Idrus Al-Ashi di Jalan Ayub Rawabelong, Jakarta Barat. Masyarakat meminta aparat untuk tidak cari ribut, dan membawa Ahok keluar dari Rawa Belong. Ahok menghindar dari lokasi itu , dengan menumpang mikrolet M24 menuju Mapolsek Kebon Jeruk. 14. KANTOR KELURAHAN KLENDER JAKTIM: Pada 22 Nov 2016, bertempat di depan Kantor Kelurahan Klender Kecamatan . Duren Sawit Jaktim, terjadi aksi demo sekitar warga. Massa datang langsung berorasi sambil membentangkan spanduk bertuliskan "Kami warga kp.Sumur menolak kedatangan Ahok". Mereka menolak tim sukses Ahok utk kampanye di wilayah Klender. Ahok ditetapkan Polri sebagai Tersangka krn nista Islam. Hal ini terjadi setelah sekitar 2,5 juta rakyat nuntut Ahok ditangkap dan diadili. Tuntutan itu ditujukan ke Mabes Polri dan Presiden Jokowi. Meski Ahok sudah jadi Tersangka, ternyata rakyat tetap usir Ahok di kelurahan. Kasus Pondok Kelapa terjadi setelah Ahok berstatus Tersangka. Ke depan kita akan cermati, apakah aksi rakyat usir Tersangka Ahok terus mengambil tempat? TIM Studi NSEAS. Edisi 24 Nopember 2016.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda