Sabtu, 23 Juli 2016

PEMPROV DKI GAGAL PECAHKAN MASALAH BANJIR DAN GENANGAN

Banjir lagi....banjir lagi....Pemprov DKI gagal lagi urus masalah banjir...baru hujan beberapa jam..banjir muncul lagi. Beragam alasan muncul, kini normalisasi Kali Ciliwung jadi kambing hitam. Banjir dan genangan air merupakan salah satu masalah utama, gagal dipecahkan Pemprov DKI Jakarta 2013-2017. Berdasarkan Perda No. 2/2012 tentang RPJMD Prov.DKI Jakarta 2013-2017, salah satu misi DKI adalah menjadikan Jakarta sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah seperti macet, “banjir”, permukiman kumuh, sampah dll. Terkait masalah banjir, sasaran adalah tersedianya sistem tata air yang optimal dalam mendukung upaya pengendalian banjir, banjir rob dan dampak perubahan iklim lainnya. Capaian target banjir diharapkan, yakni target lokasi rawan banjir 62 lokasi awal (2002) menjadi 55 lokasi (2013), 50 lokasi (2014), 48 lokasi (2015), 45 lokasi (2016), dan 42 lokasi (2017). Sedangkan capaian target diharapkan titik genangan jalan arteri/kolektor dari 13 titik menjadi 0 titik pada 2017). Pengembangan instrument pengendalian pencemaran air; 2). Pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sistem drainase; 3). Konservasi sumberdaya air; dan, 4). Pengendalian banjir akibat air laut pasang. Arah kebijakan pembangunan berdasarkan pilihan strategi, pengembangan dan pengelolaan sistem tata air terpadu pada 2013, 2014, 2015, 2016 dan 2017. Kebijakan umum terkait banjir, yakni pengendalian banjir antara lain melalui Pengembangan Waduk Tangkapan Air di Hulu (Waduk Ciawi, Waduk Cimanggis), pembangunan tanggul-pengaman Rob. Program unggulan isu antisipasi banjir, rob dan genangan, mencakup: 1. Program pembangunan prasarana dan sarana pengendalian banjir. a. Pengembangunan situ, waduk dan embung. b. Penguatan tanggul. c. Pembuatan sumur resapan dan lubang biopori. d. Pembangunan terowongan bawah tanah multifungsi. 2. Program pengembangan sistem drainase a. Pengembangan sistem polder. b. Normalisasi sungai dan saluran. c. Pengerukan sungai dan saluran. Kondisi 2016 titik lokasi banjir harus tinggal 45 lokasi lagi. Namun fakta menunjukkan, masih melebihi 45 lokasi banjir. Capaian target diharapkan titik genangan air di jalan arteri/kolektor dari 13 titik menjadi 0 titik 2017 masih jauh dari kenyataan. Pada medio 2016 masih terdapat belasan titik genangan air. Masih sangat jauh dari capaian target diharapkan. Pada 2014 hujan deras mengguyur Jakarta. Akibatnya terjadi banjir di beberapa titik, termasuk kawasan Pademangan. Ahok sendiri bingung dengan kondisi banjir di kawasan perumahan dan sejumlah titik genangan di jalan. Ia berkilah, genangan terjadi karena hujan turun bertepatan dengan air laut pasang. Selain itu, karena belum siapnya tanggul setinggi 3,8 Meter di pantai utara Jakarta, dan pengelolaan sistem pompa belum berjalan masimal. Ahok heran, warga tinggal di sepanjang aliran sungai masih terdampak banjir. Sebaliknya, Ia justru mengakui, beberapa tempat di Jakarta Selatan dan Timur pasti tenggelam karena tinggal di daerah aliran sungai. Bahkan, Ahok juga berkilah, fenomena La Nina terjadi di permukaan bumi, turut mempengaruhi banjir di Jakarta. Bagaimana kondisi 2015? Masih juga terjadi banjir. April 2015 banjir cukup merata di sejumlah Ibukota. Jakarta Utara, Timur, dan Selatan merupakan wilayah paling parah terkena dampak banjir. Kampung Pulo dan Bukit Duri masih terendam banjir. Rancangan sodetan 1,2 Km hingga Kanal Banjir Timur (KBT) masih belum terealisir. Ibukota masih terancam mengalami banjir. Ahok bahkan sesumbar pd Desember 2015, walau hujan 3 hari, DKI tidak akan banjir kecuali pompa air tidak berfungsi. Tetapi, apa kenyataannya? Pada 2016 ini sesumbar Ahok itu terbantahkan, masih terjadi banjir bahkan terbesar sejak 2007. Pada 2016 titik lokasi banjir harus tinggal 45 titik lokasi lagi. Namun, banjir jalan terus masih melebihi 45 titik lokasi. Pada 20- 21 April 2016 Jakarta dan sekitarnya kembali kebanjiran cukup merata mengikuti turunnya hujan deras . Banjir ini termasuk paling dahsyat dan terbesar sejak 2007 karena terdapat lokasi banjir kedalaman air hingga 5 Meter. Banjir mencapai kedalaman air antara 20 hingga 100 Cm di Pademangan, Jakarta Utara. Bahkan, ketika banjir terjadi di Cawang Maret sebelumnya, kedalaman air mencapai 20 Cm hingga 1,5 M. Di Kampung Makasar tergolong parah, sehingga harus dikerahkan perahu karet. Banjir mencapai ketinggian dada orang dewasa. Rumah-rumah kebanjiran, dan kegiatan sekitar wilayah itu lumpuh. Juni 2016 banjir juga meredam sejumlah wilayah di Jakarta Pusat. Bahkan, di depan Istana Negara, Merdeka Barat, tergenang air sedalam lutut orang dewasa. Akibatnya, arus lalu lintas di depan Istana Negara menjadi macet. Selain itu, banjir juga meredam sejumlah wilayah di Jakarta Pusat seperti di Jalan Hasyim Ashari, Jalan Mereka Timur, Jalan Batu Tulis Raya Pecenongan, dan wilayah Sawah Besar. Di Jakarta Selatan banjir terjadi di depan Gandarya City. Kemudian, di Jakarta Utara banjir terjadi di Jalan Gaya Motor Barat, Sunter. Banjir juga terjadi di depan Universitas Tarumanegara Jalan S. Parman Grogol Jakarta Barat. Juli 2016 hujan deras mengguyur Jakarta membuat sejumlah ruas jalan tergenang air. Ketinggian air menggenangi sejumlah ruas jalan mulai dari 20 Cm hingga 1 meter. Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan akibat genangan air di Jl. Gatot Subroto depan Balai Kartini. Di kawasan Kuningan, genangan air terjadi di Jalan HR Rasuna Said depan Plaza Kuningan, selepas flyover Kuningan aras Pancoran dengan ketinggian air 25-30 Cm. Ruas jalan Pangeran Antasari dekat Pasar Cipete pun tak luput dari genangan air dengan ketinggian 20 Cm. Begitu pula Jalan Wijaya, Jakarta Selatan dengan ketinggian air 20 Cm. Genangan air terparah berada di Pasar Kambing, Jalan Kemang Utara, Jakarta Selatan dengan ketinggian air mencapai 1 Meter. Selanjutnya, 27 Agustus 2016 hujan mengguyur hampir seluruh wilayah Jakarta sejak siang hingga sore (hanya beberapa) menyebabkan banjir di sejumlah tempat. Pantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) ,banjir terkonsentrasi di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur karena hujan berintensitas tinggi turun di wilayah ini, BPBD DKI Jakarta menyebutkan, terdapat 39 RW di 15 kelurahan 8 kecamatan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur terendam banjir. Sebanyak 10.538 KK atau 31.622 jiwa terdampak langsung oleh banjir. Tidak ada pengungsian akibat banjir. Untuk wilayah Jakarta Selatan, banjir meliputi Kecamatan Kebayoran Baru, Cilandak, Cipete Selatan, Pasar Minggu, Mampang Prapatan, dan Pesanggrahan. Sedangkan di Jakarta Timur banjir di Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, dan Kramat Jati. Daerah terparah terendam banjir adalah di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru yang terendam banjir setinggi 90-100 centimeter, Sekitar 39 RT di 3 RW di daerah Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru yang terendam banjir. Banyak rumah dan kendaraan yang terjebak oleh banjir, Di Kecamatan Cilandak banjir setinggi 40 – 100 centimeter merendam 3 kelurahan dan 9 RW yang meliputi 54 RT di Kelurahan Pondok Labu, Cipete Selatan, dan Gandaria Selatan. Tinggi banjir di Kelurahan Gandaria Selatan mencampai 70 – 100 centimeter. Apa kata Ahok? Dia kembali kambinghitamkan fihak lain. Banjir terjadi di kawasan elite Kemang karena banyaknya rumah yang dibangun di Daerah Aliran Sungai (DAS). "Ini (kali) jebolnya dari rumah orang, ada lima rumah. Kita paksa tutup rumah itu. Terus kita juga kirim alat berat," ujar Ahok. Padahak di kawasan Kemang ini tidak pernah mengalami banjir seperti ini. Dari kriteria kedalaman banjir, sesungguhnya banjir 2016 paling dahsyat, mencapai kedalaman 5 meter. Dibanding 2016, banjir 2013 kedalaman banjir hanya mencapai 60 Cm hingga 100 Cm di wilayah Utara. Pada banjir 15 November 2013 di di Jakaarta Timur, rata-rata kedalaman hingga 50 Cm hingga 100 Cm. Harian Republik (28/4/2016) melaporkan, banjir April 2016 menyebabkan Ahok marah-marah kepada Walikota Jakarta Utara, Rustam Effendi, hingga Rustam meletakkan jabatannya. Pada awal 2017, ternyata hujan sekejab sudah buat banjir sejumlah kelurahan. SMA 8 pernah diklaim Ahok takkan terkena banjir lagi, ternyata terkena banjir. Inilah kisah banjir dimaksud. Hujan deras 22 Februari 2017 di hulu dan tengah Sungai Ciliwung mencapai level Siaga 2. Hujan menyebabkan banjir di permukiman di bantaran Sungai Ciliwung di Jakarta. Kata Pusdalops BPBD DKI Jakarta, banjir merendam permukiman di Bantaran sungai Cilwung dan sebagian Kali Cipinang. 7.788 jiwa atau 3.393 KK terdampak langsung banjir itu. Artinya tempat tinggalnya terendam banjir dengan ketinggian bervariasi antara 10 – 150 centimeter. Daerah terendam banjir, di Jakarta Timur meliputi Kecamatan Ciracas (Kelurahan Cibubur dan Kelurahan Rambutan), Kecamatan Kramat Jati (Kelurahan Cililitan dan kelurahan Cawang), dan Kecamatan Jatinegara (Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan Biadara Cina). Daerah cukup parah terendam banjir hingga ketinggian 150 centimeter adalah Kelurahan Cawang dengan 1.188 KK atau 3.896 jiwa sebagai korban. Di Kelurahan Kampung Melayu juga terendam banjir hingga ketinggian 100 Cm dengan masyarakat terdampak 443 KK atau 1.456 jiwa Panjimas.com laporkan. Di sejumlah kesempatan,Ahok selalu berbangga dengan hasil kerjanya dianggap mampu mengatasi banjir Jakarta. Bahkan seperti dilansir Rakyat Merdeka (Jawa Pos Group), dalam beberapa waktu, Ahok dan pendukungnya sempat mengungkapkan keberhasilan itu dengan nada menantang. Kira-kira bunyinya: "ke mana banjir meski hujan turun terus". Nah, Selasa (21/2), Tuhan seperti menjawab tantangan itu. Hujan lebat turun dari subuh hingga sekitar pukul 10 pagi kemarin, membuat sejumlah wilayah Jakarta terendam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, pada pukul 8 pagi, sudah ada 401 laporan mengenai banjir Jakarta. Total ada 51 titik wilayah yang terendam banjir,tersebar di Jakarta Selatan (11 titik), Jakarta Timur (29 titik) dan Jakarta Utara (14 titik). Daerah yang terendam banjir umumnya adalah daerah yang ada di pinggir Sungai Ciliwung, seperti Bukit Duri dan Kampung Pulo, Jakarta Selatan. Di Jakarta Timur, perumahan elite seperti Cipinang Indah turut kebagian banjir. Di Jakarta Utara air merendam dari Ancol sampai Tugu. Bahkan wilayah elite seperti Kelapa Gading ikut terendam. Sebanyak 35 pompa pun dikerahkan untuk membuang air ke sungai Sunter. Ketinggian air bervariasi mulai dari setinggi lutut hingga seleher orang dewasa. Di Cipinang Melayu dan Karet misalnya, ketinggian air mencapai 1,5 meter. Akibat banjir ini, ribuan rumah terendam dan satu orang tewas di Kemang. Ahok ternyata tak mampu dan gagal pecahkan masalah banjir Ibukota. Banjir di jalanan terus dan belum berkurang signifikan. Jakarta kembali kebanjiran saat hujan deras turun. Ada kritikan gaya orang Betawi di media sosial, “...Ahok, bacot loe aja yang gede. Bilang Jakarta udah bebas banjir, bilang Jakarta saat ini kalau hujan gede paling ada genangan air setengah jam sampai 1 jam. Kagak ade buktinye, Hok… Loe bilang udah kerukin tuh kali-kali Ciliwung, loe malah udah gusur-gusur tuh warga Kampung Pulo dan wilayah lain pinggir kali. Lu juga ngabisin duit Pemprov untuk bikin Pasukan Orange, Pasukan Lele, Pasukan Kodok sama pasukan nasi bungkus elu di Detiknews. Kagak ade buktinya. Hok, Jakarta masih banjir, ngkoh. Elu ngak liat ape. Ujan dari jam 3 sampai jam 6 hampir seluruh Jakarta terendam air.” Rakyat DKI butuh Gubernur baru, biar masalah banjir selesai. Gubernur lama terbukti nyata gagal urus banjir.Titik banjir lebih 54 titik, masih melewati target capaian titik banjir tahun 2016 dan 2017. Kasus banjir kali ini, tidak ada pompa banjir yg tidak berfungsi, tetapi banjir tetap terjadi. Kesombongan Ahok bilang, walau hujan tiga hari, DKI takkan banjir kalau pompa air berfungsi (Desember 2015). Kesombongan Ahok terbantahkan dgn data, fakta dan angka titik banjir (lebih 55 titik) pd Februari 2017. Oleh MUCHTAR EFFENDI HARAHAP (Ketua Dewan Pendiri NSEAS, Network for South East Asian Studies).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda