Minggu, 17 Juli 2016

JAKARTA KOTA PALING MACET SE DUNIA DAN GAGAL DALAM URUSAN TRANSPORTASI

Persentase jalur LRT (24,8 Km) dapat diselesaikan: masih tahap sangat awal konstruksi, mustahil tercapai target (24,8 KM, 2017). Kemacetan adalah situasi tersendatnya bahkan terhentinya lalu lintas kendaraan darat. Jakarta di bawah Gubernur Ahok (2014-2015) telah gagal memecahkan permasalahan kemacatan, bahkan semakin memburuk. Hampir semua ruas jalan arteri mengalami kemacetan. Sebelumnya Jakarta mendapat predikat buruk “Kota Paling Berbahaya”, kini Lembaga Studi Internasional Castrol Magnetec Stop-Start melalui Traffic Jam Index telah menobatkan predikat buruk lain: “Jakarta menjadi Kota paling macet se Dunia” (Majalah TIME.http://time.com/3695068/worst-cities-traffic-jams). Pengamat Transportasi Publik Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna tak terkejut dengan rekor buruk ini. Menurutnya, kebijakan Pemprov DKI belum mencapai solusi maksimal. Masalahnya, setiap ganti Gubernur, kebijakan selalu berganti. Yayat mencontohkan soal pembangunan Mass Rapid Transit (MRT). Program itu sebenarnya sudah direncanakan dari tahun 1974. Namun seiring pergantian Gubernur selalu ada perubahan kebijakan yang membuat lambatnya proyek MRT. Bahkan sampai detik ini, warga Jakarta masih bermimpi memiliki moda transportasi massal itu (Merdeka.com). Menurut indeks Stop-Start Magnatec Castrol, rata2 33.240 kali proses berhenti-jalan per tahun di Jakarta. Indeks ini mengacu pada data navigasi pengguna Tom Tom, mesin GPS, untuk menghitung jumlah berhenti dan jalan dibuat setiap kilometer. Jumlah tersebut lalu dikalikan dengan jarak rata-rata ditempuh setiap tahun di 78 negara. Berikut daftar 10 kota dengan lalu lintas terburuk di dunia: (1) Jakarta (Indonesia) - 33.240; (2). Istanbul (Turki) - 32.520; 3). Kota Meksiko (Meksiko) - 30.840; 4). Surabaya (Indonesia) - 29.880; 5). St Petersburg (Rusia) - 29.040; 6). Moskow (Rusia) -28.680; 7). Roma (Italia) - 28.680; 8). Bangkok (Thailand) - 27.480; 9). Guadalajara (Meksiko) - 24.840; dan, 10). Buenos Aires (Argentina) - 23.760 Biasanya Pemprove DKI mengajukan beragam alasan mengapa terjadi kemacetan terparah se dunia ini. Yakni: (1) Kapasitas jalan tidak mencukupi; (2) Terbatasnya kesediaan dan pelayanan umum; (3) Tidak terintegrasinya sistem dan jaringan transportasi multimoda; (4) Ketersediaan dan akses prasarana jalan untuk mendukung pelabuhan dan bandar udara; dan, (5) Kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas. Khusus alasan terakhir ini, Pemprove DKI mengklaim, kemacetan di Jakarta disebabkan juga oleh rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas. Ketidakdisiplinan ini dapat dilihat dari cara berkendaraan tidak tertib, tidak mematuhi rambu lalu lintas dan pelanggaran etika pada lampu pengatur lalu lintas. Salah satu misi DKI Jakarta 2013-2017, menjadikan Jakarta sebagai kota bebas dari masalah2 menahun seperti kemacetan, banjir, permukiman kumuh, sampah dll. Terkait masalah kemacetan, strategi diambil yakni (1) Pemantapan dan pengembangan sistem transportasi kota berbasis angkutan umum massal; (2). Pebangunan infrastruktur jalan dan jembatan. Program Pembangunan unggulan mencakup; (1). Angkutan umum berbasis jalan (koridor busway, armada busway, penataan trayek dan peremajaan armada bus sedang); (2). Angkutan massal berbasis rel (Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rapid Transit (LRT); (3) Jalan dan jembatan (fly over dan underpass, jalan tembus). Jika mengacu Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Prov. DKI Jakarta (PerdaNo. 2 Tahun 2012 tentang RPJMD Prov. DKI Jakarta 2013-2017), luas jalan terbangun 48.319.509,97 M2 (2013), 48.428.709,97 M2 (2014), 48.681.709,97 M2 (2015), 49.318.309,97 M2 (2016), dan 50.050.809,97 M2 (2017). Jumlah jembatan terbangun: 287 jembatan (2013), 293 (2014), 296 (2015), 296 (2016), 296 (2017). Panjang ruas jalan dilintasi untuk Busway: 225,43 Km (2013), 247,36 Km (2014), 269,29 Km (2015), 291,22 Km (2016), 313, 15 Km (2017). Perlu diketahui di era Foke (2012) telah terbangun 203, 5 Km lintas Busway. Untuk panjang lintasan MRT: 1,5 Km (2013), 3,5 Km (2014), 7,5 Km (2015), 15,7 Km (2016), dan 15,7 Km (2017). Sedangkan persentase jalur MRT Lebak Bulus-Bundaran HI (15,7 Km) dapat diselesaikan : 0 % (2013), 25 %(2014), 50 % (2015), 75 % (2016), dan 100 % (2017). Panjang lintasan LRT: 0 orang/tahun (2013), 0 (2014), 0 (2015), 0 (2016) dan 103.320.000 orang/tahun (2017). Sedangkan persentase jalur LRT (24,8 Km) dapat diselesaikan: 0 Km (2013), 0 Km (2014), 0 Km (2015), 0 Km (2016), dan 24,8 KM (2017). Dalam hal pengadaan armada Busway, pada 2012 telah tersedia 669 bus (34 SAB), 275 SAB (2013), 200 SAB (2014), 200 SAB (2015), 180 SAB (2016) dan pada 2017 terdapat 1.289 SAB. Jumlah peremajaan armada angkutan umum: 1.000 unit (2013), 1.000 (2014), 1.000 (2015), 1.000 (2016), 1.000 (2017) dan total 2017 mencapai 5.000 unit. Untuk menilai capaian target tentu hanya layak target 2013, 2014 dan 2015. Apakah target diharapkan ini telah tercapai? Jawabannya: Tidak! Ahok tidak mampu dan gagal melaksanakan kebijakan dan program pengembangan transportasi sesuai Perda No. 2 Tahun 2012. Lihatlah data, fakta dan angka berikut ini: 1. Luas jalan terbangun: masih sangat minim jauh di bawah target (48.681.709,97 M2, 2015). 2. Jumlah jembatan terbangun: masih jauh di bawah target (296 jembatan, 2015). 3. Panjang ruas jalan dilintasi untuk Busway: masih jauh di bawah target. (269,29 Km 2015). 4. Panjang lintasan MRT: masih jauh di bawah target (7,5 Km, 2015). 5. Persentase jalur MRT Lebak Bulus-Bundaran HI dapat diselesaikan: masih jauh di bawah target ( 50 %, 2015). 6. Panjang lintasan LRT: masih tahap sangat awal konstruksi, mustahil tercapai target (103.320.000 orang/tahun, 2017). 7. Persentase jalur LRT (24,8 Km) dapat diselesaikan: masih tahap sangat awal konstruksi, mustahil tercapai target (24,8 KM, 2017). 8. Pengadaan armada Busway: masih jauh di bawah target, bahkan 180 unit Busway telah dimusnahkan karena tidak layak jalan. 9. Peremajaan armada angkutan umum: masih jauh di bawah target (1.000 unit, 2015). Para pendukung buta Ahok acapkali klaim, Ahok sukses membangun busway. Betulkah? Ini data dan faktanya! 2013, pengadaan busway tidak mencapai target, direncanakan 310 unit gagal, terealisir hanya 125 unit (89 unit articulated bus dan 36 unit singgle bus). 2014, penambahan busway hanya dari hibah 30 unit sehingga jumlah busway menjadi 822 unit. Pada 2015, pengadaan busway 75 unit. Target era Ahok 725 unit busway (2013-2015), tercapai hanya 227 unit. Sangat buruk pencapaian (kurang 50 %). Pada 2017 total busway ditargetkan 5000 unit. Pada 2015 baru ada total 996 unit. Sementara pada 2015 telah dihancurkan 180 unit dinilai sudah tidak laik. Maka tinggal sekitar 816 unit. Sangat jauh dari target diharapkan. Dari waktu tunggu Busway, target rata-rata 3 menit, juga tidak tercapai. Bahkan, diperkirakan rata-rata antara 10-30 menit waktu tunggu. Masih jauh di bawah target. Mengenai MRT, secara umum, pekerjaan konstruksi tengah dilakukan saat ini antara lain pembuatan pondasi kolom jalur dan stasiun layang, pembangunan struktur boks stasiun bawah tanah, pembuatan terowongan bawah tanah, dan pengerjaan konstruksi depo MRT. Pembuatan terowongan bawah tanah dengan bor Antereja, yakni melakukan pengalian ke arah depan, dan diikuti dengan pemasangan segmen terowongan berupa potongan-potongan precast dengan lebar 1,5 meter yang membentuk cincin di belakangnya. Pada 2013 baru ground breaking pekerjaan konstruksi di dukuh atas dan Bundaran HI. Pengadaan lahan untuk Depo MRT di Lebak Bulus 2,367 M2 . Pembangunan rambu dan marka lalulntas pendukung MRT. Pada 2014 pengosongan terminal lebak bulus sebagai Depo MRT. Relokasi pipa PDAM koridor blok M- Singamaraja. Pekerjaan tiang pancang di Stasiun Blok M. MRT pembebasan tanah di lebak bulus depo MRT 1 bisang (120 M2 . Pembebasan tanah koridor Jl. Lebak Bulus-Bundaran Senayan 4.380 M2. Masalahnya, belum terealisirnya pembebasan lahan termasuk di lokasi di rencana pembangunan Depo MRT. Pemprov DKI dalam hal pembanunan MRT ini bertanggungjawab atas pelaksanaan pembebasan lahan. Namun, Pemprov DKI masih belum mampu dan gagal merealisasikan tanggungjawab ini sesuai target diharapkan tercapai pada 2016. Pada 2015, penyelesaian proyek MRT baru mencapai 36 %. Maka, mustahil tercapai target 24,8 KM pada 2017. Soal peremajaan angkutan umum? Ahok ngomong doang, tidak ada realisasi. Lihat saja di lapangan, kendaraan umum tidak laik masih banyak berselewaran di jalanan. Soal Kebijakan Ganjil-Genap di Jl. Sudirman, Jl. M.H. Thamrin, dan Jl. H.R. rasuna Said? Ternyata Ahok juga mengalamai kegagalan. Hanya sukses saat Uji Coba. Hal ini ditunjukkan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya. Data dilansir Polisi, terlihat sistem ganjil-genap hanya sukses saat uji coba 27 Juli-26 Agustus 2016. Polisi mencatat kondisi hingga 23 Agustus, sementara penerapan sistem ini dimulai 30 Agustus.Data itu menunjukkan, ada penurunan di tiga ruas jalan itu selama masa uji coba. Keberhasilan itu luntur saat aturan kegibjakan ini mulai diterapkan pada 30 Agustus 2016. Polisi mengakui jalan kembali padat dua bulan setelah aturan ganjil-genap diberlakukan. Para petugas melihat kepadatan di beberapa titik jalan menerapkan sistem ganjil-genap (Koran Tempo, 20 Desember 2016). Kesimpulan: di bidang kemacetan, pengadaan busway, MRT, peremajaan angkutan umum, kebijakan ganjil-genap, dll. Gubernur Ahok mengalamai kegagalan. Ia tidak mampu melaksanakan program bidang transportasi ini sebagaimana target diharapkan tercapai dan sebagaimana mestinya berdasarkan regulasi. Ahok bahkan menjadikan DKI Jakarta sebagai kota termacet se dunia. Hal ini membktikan dia tidak punya visi, misi dan program sebagaimaan dia gembor-gemborkan selama ini. Kalaupun ada, tetapi tidak mampu dilaksanakan.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda