Sabtu, 29 Mei 2010

MUNGKINKAH TERJADI PERUBAHAN DI INDONESIA DLM WAKTU DEKAT?

MUNGKINKAH TERJADI PERUBAHAN DI INDONESIA DLM WAKTU DEKAT?
Oleh: M. Hatta Taliwang (Koordinator Grup Diskusi 77-78)

Melihat kondisi bangsa yang carut marut ini terasa kuat keinginan untuk melakukan PERUBAHAN. Tapi bagaimana caranya? Salah satu syarat PERUBAHAN adalah dukungan KELAS MENENGAH (KM) yg peduli pd nilai nilai keadilan, kejujuran dan idealisme utk kejayaan bangsa. MENGAPA PERUBAHAN terasa sulit terjadi di INDONESIA ? Karena KelasMenengah nya bayak yg tak peduli pada nilai nilai tsb diatas. Kelas Menengah di Indonesia msh lapar “makan” Mercy,”menelan” apartment,borong hutan dan gunung. Mereka tak pernah merasa kenyang. Mereka rakus. Karena itu sebagian sangat “peritungan” kalau mau bantu pejuang.Kelas Menengah Indonesia tak kuat tahan panas seperti kerbau ingin cepat cari pohon rindang. Mereka tak merasa Indonesia sebagai rumahnya tp cuma kebun yg hasilnya diangkut ke negeri seberang. KelasMenengah Indonesia bertuan di Singapura Hongkong atau AS dan ihlas menjadi jongos kapitalis. Kelas Menenagah Indonesia banyak berlumuran dosa karena itu mereka saling sandera, saling memeras dosanya. Mereka malu jadi PATRIOT. Banyak dari mereka cuma jadi “pejuang salon” yg hanya berteriak kalau “gula2nya” diselingkuhin tetangganya. Kelas Menengah Indonesia sebagian penipu, narsis, hedonis( selingkuh ? narkoba? Kejar gelar? Mancing? Golf? “zikir melulu”? ), oportunis, pragmatis dan tak peduli pada derita rakyat. TRAGIS , negeri kaya tp penghuninya miskin harga diri , sunyi kebanggaan.Perubahan radikal atau revolusioner hanya ilusi? Yang pasti degradasi makin menjadi jadi.Tulisan diatas adalah coretan kekecewaan saya sebulan yg lalu tatkala kasus Century tdk jelas rimba ujunganya.
Sekarang kita bedah secara singkat sikap dari tiap tiap elemen kelas menengah yang kita harap menjadi motor atau lokomotif perubahan;

1.PARTAI POLITIK. Sudah jadi pengetahuan umum partai politik di Indonesia tak ada yang serius dan berani menjadi partai oposisi.Mereka lbih menikmati sebagai mahluk yang tdk jelas jenis kelaminnya dan sangat oportunis,pragmatis,kurang nyali dan tidak jelas keberpihakannya pada rakyat bahkan pada negara sekalipun !.Kalaupun ada yang kritis kekuatannya sangat kecil utk mempengaruhi perubahan.Sbenarnya ada yg berharap pada PDIP namun sayangnya Megawati kurang cekatan menanggkap sinyal utk membangun aliansi dengan gerakan LSM atau kekuatan lain yg potensial.

2..MASSA ISLAM. Sbenarnya massa Islam sangat potensial utk bergabung dlm barisan PERUBAHAN. Namun persoalan internal mereka yg sdh lama diobok obok oleh berbagai jaringan kepentingan membuat mereka sulit diajak bersatu. Banyak yg asyik dg majelis zikir,asyik dg kesolehan individual dan tak mau membuka mata atas persoalan sosial bangsanya yg dililit kapitalis dan neokolonialis, yg akan melenyapkan dan menindas hari depan anak cucu mereka. Kadang mereka melakukan gerakan yg justru kontraproduktif dan justru “menari diatas gendang musuh”. Hanya sedikit tokohnya yg faham peta masalah negara dan bangsanya. Mereka terlalu asyik dg ritual ritual yg bahkan menjemukan jamaahnya sendiri.Menyedihkan. Mereka yg faham kebanyakan memilih jalan aman, menjadi pemberi legitimasi atas 'kebenaran rezim”.

3.KAMPUS DAN MAHASIWA. Dimasa lalu kekuatan ini adalah motor dalam berbagai perubahan.Sekarang terfragmentasi dlm berbagai kepentingan. Ada yg sibuk bela Srimulyani ada yg asyik menghujat para aktifis pendemo SBY. Tak kita temukan Rektor sperti Mahar Mardjono(UI),Alisjahbana(ITB) atau Ismail Sunni (UMJ). Malah yg kedengaran rektor bagi bagi proyek penelitian disaat kasus Century memuncak.Kampus sdh menjadi “agen kapitalis”?Apakah di Indonesia telah terjadi apa yg disinyalir J.BENDA, “pengkhianatan kaum cendikiawan atau prostitusi akademik?”.

4.MEDIA MASSA. Mediamassa seperti koran, tv dan online adalah kekuatan yg relatif masih terdengar nyaring kebepihakannya pada rakyat. Walaupun disana sini kita menangkap “kusir kapitalis” tetap mengendalikan.dlm isu isu tertentu, mereka kencang pada issu issu lainnya namun adem atau malah ikut bermain dlm pengalihan perhatian massa. Bahkan ada media yg disinyalir panen kenaikan iklan sampai 35% lbh tatkala issu century memuncak. Ada mediamassa yg dicurigai membela konglomerat hitam(skandal BLBI) dan tdk berpihak pada rakyat yg berkait pada issu issu pengurasan sumberdaya alam Indonesia. Namun secara umum media massa masih memiliki idealisme utuk perubahan bangsa yg lbh baik.

5.AKTIFIS GERAKAN, LSM. Banyak yg idealis yg menginginkan negara ini lebih baik, rakyat lebih sejahtera. Mereka pertaruhkan nyawanya pada demo demo berbgai issu. Sayangnya mereka adalah minoritas yg kesepian. Kondisi hidupnya pas pasan , utk datang ke arena demo atau diskusi kadang harus numpang motor teman. Namun keringat dan bahkan airmata mereka belum kering dan akan terus berjuang. Walaupun tentu saja ada aktifis 'bayaran”, tergantung order, tergantung issu, tergantung sikap sponsor, tergantung target. Namun mayoritas mereka “anak baik baik” yg mencintai bangsanya, yg ingin Indonesia tdk terus menerus jadi bangsa kuli.Mereka menunggu momentum, entah kapan lagi.Karena momentum seperti Century yang sangat terang benderang “nilai kejahatannya”, kaum kelas menengah lainnya tdk serius “mengolahnya sbagai pintu masuk menuju perubahan”.Tdk mungkin cuma aktifis yg bertepuk sebelah tangan.

6.TENTARA. Sebenarnya kalau memakai ukuran Thailand, masalah negara dan bangsa Indonesia sdh sangat keterlaluan dan sdh pasti tentara Thailand akan melakukan kup. Tetapi tradisi tentara Indonesia yg ditanam oleh pendirinya agar menjauhkan diri dari perebutan kekuasaan dg kekerasan, telah menjadi kendala psikologis dan kultural di tentara Indonesia.(walaupun peristiwa thn 1965 menimbulkan tanda tanya tentang peranan tentara !). Apapun, kenyataannya banyak indikasi bahwa sebagian tentara jga ingin perubahan. Banyak jenderal purnawirawan senior dari semua angkatan terlibat berbagai diskusi dan bahkan demo. Mereka sangat prihatin dengan kondisi bangsa dan sungguh sungguh ingin perubahan.

7.KELOMPOK PENGUSAHA. Pengusaha biasanya masuk dlm kategori oportunis. Pasti ada yang menginginkan perubahan. Terutama mereka yg jadi korban kebijakan rezim yg terlalu pro pasar bebas, sementara mereka belum siap bertarung dipasar bebas. Tetapi mereka adalah silent majority. Pada tataran elit tentu saja mereka msh banyak yg kecewa, karena tak mendapat perlindungan atau privelege atau kalah bertarung dlm permaian yg tdk fair, Dan merekapun siap utk ikut dalam barisan perubahan, paling tidak jadi donatur he he he.

8.KELOMPOK PENEGAK HUKUM. Meskipun isu markus telah melanda semua lembaga penegak hukum namun pasti masih banyak polisi, jaksa, pengacara, dan hakim yg baik dan memiliki idealisme yang menginginkan hari depan Indonesia yg lebih baik. Karena itu kita masih bangga dengan tokoh tokoh penegak hukum sperti Adnan Buyung Nasution, Mahfud MD, walaupun ada kontroversi kita salut sama Susno Duadji yg nyalinya begitu besar.Serpihan serpihan penyuara kebenaran seperti itu sangat bernilai dlm menyongsong perubahan nasib bangsa.

9.BAPAK BANGSA. Sebagai bangsa yang mayoritas paternalistik kebutuhan adanya bapak bangsa sangat nyata. Tadinya kita berharap pada tokoh2 politik yg pernah menduduki jabatan tinggi kenegaraan apakah ketua MPR,DPR,MK, BPK,MA dll tampil menjadi NEGARAWAN dan menjadi BAPAK BANGSA. Begitu jg tokoh tokoh agama dan masyarakat yang memiliki kredibilitas. Tempat terkahir rakyat 'mengadu dan mengeluh serta mencari solusi yg arief”. Namun banyak dari orang yg kita harap itu malah lebih senang tampil sebagai politisi dan tdk mau “naik kelas”. Kita tak memiliki lagi orangsekelasBungHatta,Natsir,Jen.A.H.Nasution,Frans Seda,TB Simatupang,Sultan HB IX,Wilopo dll.Untung kita masih ada orang tua yang tak kenal lelah “berteriak” seperti SYAFII MAARIF atau dalam batas tertentu pak Jusuf Kalla. Kita msh berharap pada figur Ketua NU,Ketua Muhammadiyah, agar lbih kencang menyuarakan kebenaran dan keadilan, agar rakyat yakin bahwa msh ada yang berpihak pd mereka dan harapan perubahan menjelma.

Kalau kesembilan pilar tsb bersinerji membahas nasib bangsa ini dan dengan sadar menyusun agenda perubahan maka kita optimis bangsa ini akan menemukan jalan keluar yang lebih baik.tapi kalau masih percaya pada agenda konsitusi setiap lima tahun pemilu dengan sistem yang sekarang maka alhamdulillah sistem kekuasaan yang sekarang akan terus bercokol dan akan membangun dinasti seperti nasib FILIPINA. Mungkinkah kita melakukan perubahan dengan sistem yang ada sekarang(setiap lima tahun) sementara “RAKYAT YANG DIPERKOSA TELAH JATUH CINTA PADA PEMERKOSANYA ?”

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda