Jumat, 03 Maret 2017

PEMPROV DKI GAGAL ATASI BANJIR, TETAP NGELES

I.PENGANTAR: Satu kegagalan Pemprov DKI Jakarta khususnya di bawah Gubernur Ahok yaitu atasi masalah banjir sebagai masalah tahunan. Salah satu issue strategis pembangunan DKI Jakarta mendesak dipecahkan adalah: masalah banjir. II.TITIK LOKASI BANJIR MASIH MELEBIHI TARGET: Keberhasilan dan kegagalan Gubernur Ahok tangani masalah banjir, harus mengacu pada ketentuan dlm Perda No. 2 Tahun 2012 ttg Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Prov.DKI Jakarta 2013-2017. Kondisi titik banjir thn 2012 saat Fauzi Bowo Gubernur DKI tinggal 62 titik lokasi. Sekali lagi, era Fauzi tinggal 62 titik, bukan ratusan titik. Atas dasar itu, ditetapkan pd 2013, target capaian banjir harus tinggal maksimal 55 titik. Pd 2014 harus tinggal 50 titik. Pd 2015 harus tinggal 48 titik. Pd 2016, harus tinggal 45 titik. Pd 2017, harus tinggal 42 titik. Faktanya, Gubernur Ahok tak mampu dan gagal mencapai target ditentukan tiap tahun itu. Masih harus atasi masalah banjir. Hingga Februari 2017, titik lokasi banjir masih melebihi target capaian, yakni 54 titik.Sangat dekat target capaian 2013, yakni 55 titik. Sudah 2017, tetap tak berubah sesuai kondisi 2013. Banjir jalan terus dan belum berkurang signifikan. Banjir besar terakhir terjadi pd hari 20an Februari 2017. Sebelumnya, di sejumlah kesempatan, Ahok selalu berbangga dan sesumbar dengan hasil kerjanya dianggap mampu mengatasi banjir Jakarta. Bahkan seperti dilansir Rakyat Merdeka (Jawa Pos Group), dalam beberapa waktu, Ahok dan pendukungnya sempat mengungkapkan keberhasilan itu dengan nada menantang. Kira-kira bunyinya: "ke mana banjir meski hujan turun terus". Fakta mematahkan kesombongan Ahok dan pendukungnya ini. Hujan lebat turun dari subuh hingga sekitar pukul 10 pagi kemarin, membuat sejumlah wilayah Jakarta terendam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, pada pukul 8 pagi, sudah ada 401 laporan mengenai banjir Jakarta. Total ada 54 titik lokasi banjir. Artinya, kondisi kinerja Ahok urus masalah banjir ini sangat buruk. Daerah terendam banjir umumnya di daerah pinggir Sungai Ciliwung, seperti Bukit Duri dan Kampung Pulo, Jakarta Selatan. Di Jakarta Timur, perumahan elite seperti Cipinang Indah turut kebagian banjir. Di Jakarta Utara air merendam dari Ancol sampai Tugu. Bahkan wilayah elite seperti Kelapa Gading ikut terendam. Sebanyak 35 pompa pun dikerahkan untuk membuang air ke sungai Sunter. Banjir di Kelapa Gading ini sungguh tak ada kaitan dgn revitalisasi sungai. Ketinggian air bervariasi mulai dari setinggi lutut hingga seleher orang dewasa. Di Cipinang Melayu dan Karet misalnya, ketinggian air mencapai 1,5 meter. kibat banjir ini, ribuan rumah terendam dan satu orang tewas di Kemang. Di beberapa titik lokasi, justru tak pernah banjir sebelumnya. Gubernur Ahok gagal atasi banjir terlihat jelas kasus banjir hari 20an Februari lalu. Sumber resmi menyebutkan, terdapat 54 titik lokasi banjir. Angka jauh melebihi dari target capaian tahun 2016 dan 2017. Dari kriteria titik genangan jalan arteri/kolektor, Perda No.2 Tahun 2012 menetapkan, target capaian 2013 tinggal 13 titik; 2014 bebas tanpa genangan; 2015 bebas; 2016 bebas; dan, 2017 juga bebas dari genangan jalan arteri. Kondisi kinerja era Fauzi, 2012, genangan tinggal 13 titik. Fakta banjir Februari 2017, masih ditemukan belasan titik genangan jalan arteri. Maknanya, sepanjang Ahok berkuasa, tidak pernah tercapai target titik genangan sesuai Perda No. 2 thn 2012. III. GUBERNUR AHOK TETAP BERKILAH DAN NGELES: Pd Maret 2016. Kampung Rawajati, Kalibata, Jakarta Selatan, terendam banjir. Banjir besar di sekitar 8 Kelurahan di 5 Kecamatan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Ahok sbg Gubernur DKI berkilah atau ngeles, akibat luapan Sungai Ciliwung dan penyempitan sungai. Dulu lebar 20 M hingga 60 M, kini tinggal 5-6 M. Maka, rakyat disalahkan, harus digusur. Kilah dan ngeles Ahok ini terpatahkan, normalisasi sungai sudah dilakukan, banjir tetap terjadi Februari 2017, bahkan titik lokasi banjir semakin banyak. Ahok klaim dan ngeles lagi, banjir krn rob atau meningkatnya permukaan air laut. Faktanya, banjir Februari 2017, kawasan elite Kelapa Gading banjir berat saat rob tak terjadi. Lalu Ahok berkilah dan ngeles lagi, krn mesin pompa mati. Faktanya, banjir Februari 2017, semua mesin pompa di DKI berfungsi, tidak mati. Daerah banjir, Maret 2016, ada di wilayah selatan dan timur Jakarta. Di selatan, misalnya, ada Bukit Duri dan Rawajati.Ahok berkilah dan ngeles krn sungai ngak cukup bawa air. Fakta Kemang alami banjir, padahal sebelumnya ngak pernah banjir. Kondisi sungai di sekitar Kemang tetap. Di Jakarta Timur, ada Kampung Melayu dan Bidaracina, Ahok berkilah, krn proyek sodetan Ciliwung-KBT belum rampung.Tapi, hingga awal 2017, belum juga selesai proyek, alias mangkrak. Februari 2017, banjir masih berlaku di Kampung Melayu dan Bicaracina. Bahkan Cipinang masih banjir berat. Mana sodetan? Ngomong doang, no implementasi. Kini, wilayah Jakarta Pusat dan Utara, masih banjir. Ahok berkilah dan ngeles, krn rob. Banjir besar Februari 2017 di Jakarta Pusat dan Utara, ternyata rob tak terjadi. Tetap banjir. Alasan lain Ahok, krn belum terbangun tanggul setinggi 3,8 m. ICICDA. Cilincing-Tanjung Priok. Lebarnya 20, sekalian bikin jalan. Di Pasar Ikan Muara Baru lebarnya 5 meter, sebelah Barat juga akan dibikin tanggul.  "Nah kalau tanggul ini beres, air laut pasang enggak masuk kan. Waduknya bagus, pompa bagus, hujan datang saya pompa, kalau lagi ada hujan saya buka pintu air, nah saya jamin aman," kilah dan ngeles Ahok. Tapi, betulkah ; itu utk atasi banjir? Bukankah utk mendukung proyek pulau buatan/reklamasi kepentingan bisnis pengembang? Ada alasan gusur paksa rakyat sepanjang pantai Utara. Padahal, ada banyak proyek pembangunan atasi banjir selama ini tidak dilaksanakan. Tak ada kerja nyata utk atasi banjir. IV.PROYEK ATASI BANJIR MANGKRAK, TERHENTI ATAU TAK TEPAT WAKTU: Pemprov DKI khususnya dibawah Gubernur Ahok mangkrak, terhenti atau tak tepat waktu: 1. Proyek Sodetan Kali Ciliwung-Kanal Banjir Timur. 2. Proyek Waduk Marunda. 3. Proyek Waduk Brigif. 4. Proyek Waduk J.agakarsa. 5. Proyek Waduk di Pondok Ranggon. 6. Proyek Waduk di Kampung Rambutan di Jakarta Timur. 7. Proyek Waduk Rawa Kendal. 8. Proyek Waduk Rorotan. 9. Proyek Waduk Cengkareng. 10. Proyek Waduk Giri Kencana Cilangkap. 11. Proyek Waduk Cimanggis. 12. Proyek Revitalisasi Waduk Rawa Lindung: 13.Proyek Pintu Air Waduk Rawa Babon. 14. Proyek pembangunan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) di delapan Pulau Pemukiman Kepulauan Seribu. V. KESIMPULAN: Banjir salah satu issu strategis pembangunan. Sudah ditargetkan 2017 DKI Jakarta harus terbebas dari banjir. Tetapi, Pemprov DKI dibawah Gubernur Ahok, tak mampu dan gagal mencapai target DKI bebas banjir. Kondisi banjir tak ada perubahan berarti, bahkan terdapat lokasi2 baru banjir yg sebelumnya tak pernah terjadi banjir. Sungguh Pemprov DKI tidak bisa buktikan kerja nyata atasi masalah banjir ini. Bahkan, belasan proyek pembangunan atasi banjir mangkrak, meski sudah direncanakan dan punya dana untuk melaksanakan. Dari pengalaman empiris ini, adalah tepat pemikiran rakyat DKI, untuk atasi banjir harus ada Gubernur baru. Gubernur lama sudah terbukti tak mampu dan gagal.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda