Senin, 03 April 2017

GUBERNUR BARU HARUS MENJAMIN KEAMANAN DAN KETERTIBAN DGN PARTISIPASI RAKYAT.

Medio Desember 2016 LSI membeberkan hasil survei, 60,3 % rakyat DKI menginginkan Gubernur baru. April 2017 ini tentu rakyat DKI dimaksud telah bertambah. Pertanyaan berikut adalah: apa harus dilakukan Gubernur baru untuk menciptakan keamanan dan ketertiban rakyat DKI ? Padahal, selama ini Jakarta adakah kota paling tidak aman di dunia. Gubernur lama tdk mampu dan gagal urus keamanan dan ketertiban rakyat DKI. Kondisi keamanan dan ketertiban rakyat, merupakan salah satu faktor mendukung peningkatan dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi DKI. Tanpa terjamin keamanan dan ketertiban tentu investasi lama bisa "minggat", investasi baru "berpikir berat" untuk masuk ke DKI. Juga DKI harus terjamin aman mengingat status sbg Ibukota. Citra positif Indonesia sangat bergantung pd tingkat keamanan dan ketertiban DKI. Apakah Pemprov DKI selama ini mampu menjaga dan menjamin keamanan dan ketertiban DKI? Jawaban atas pertanyaan dapat diambil dari uraian di bawah ini. Pemprov DKI 2013-2017 tidak mampu menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban DKI sesuai dengan persyaratan bagi pertumbuhan dan investasi. DKI dibawah Gubernur Ahok, kota paling tak aman se dunia. Pd awal 2015 CNN Indonesia menyajikan hasil survei Economist Intelligence Unit menempatkan Jakarta sebagai kota "paling tak aman se dunia". Survei 50 kita di dunia memasukkan 40 indikator kuantitatif dan kualitatif, terbagi dalam empat kategori tematik yakni (1) keamanan digital; (2) jaminan kesehatan; (3) infrastruktur; dan. (4) personal. Setiap kategori terbagi lagi ke dalam tiga hingga delapan subindikator, seperti langkah kebijakan dan frekuensi kecelakaan lalu lintas. Gubernur baru harus mampu menurunkan prestasi kota paling tak aman se dunia. Di lain fihak, pd akhir 2014, Thomson Reuters Fondation, sebuah lembaga survei meneliti keamanan perempuan dalam angkutan umum. Dari 16 kota terbesar di dunia, Jakarta berada di peringkat "kelima soal" ketidakamanan perempuan saat menaiki angkutan umum. Empat peringkat awal adalah Bogota ibukota Kolombia, Mexico City ibukota Meksiko, Lima ibukota Peru, dan Delhi ibukota India. Rata-rata wanita disurvei mengatakan mereka pernah diraba-raba atau dilecehkan secara lisan saat naik transportasi umum. Juga, kebanyakan merasa tidak aman bepergian sendirian di malam hari di Jakarta. Gubernur baru harus mampu menurunkan peringkat negatif keamanan perempuan ini minimal ke nomor dibawah 10 dari 16 kota besar dlm 5 tahun kedepan. Gubernur lama tak mampu dan gagal urusan keamanan dan ketertiban masyarakat DKI. Untuk Gubernur baru harus mampu menjamin keamanan dan ketertiban dengan melibatkan partisipasi masyarakat sebagai kunci menciptakan keamanan dan ketertiban. Tak boleh hanya bergantung pd Kepolisian. Jakarta harus menjadi kota aman dan ramah. Salah satu program layak dilaksanakan Gubernur baru adalah "audit" berkala keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan petugas keamanan lingkungan maupun aparat keamanan. Gubernur lama tak pernah laksanakan program audit ini. Oleh MUCHTAR EFFENDI HARAHAP (NSEAS)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda