Senin, 02 Mei 2016

TUTUR KATA KASAR, AROGAN DAN TAK PUNYA ETIKA

Alasan dan argumentasi berikutnya bahwa Ahok tidak layak sebagai Gubernur DKI Jakarta, yakni Ahok sering mengeluarkan kata-kata atau tutur kata kotor dan kasar ke public, arogan, dan tak punya etika. Kata-kata kasar yang pernah diucapkan secara langsung oleh Ahok seperti, bajingan, bego, dan brengsek, tai’, Panggil Nenek Gua Dong, sudah miskin, belagu, dll. Ia merasa paling benar dan ingin memborong kebenaran. Pernyataannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sebagai Gubernur kata-kata dimaksud mendapat kritik dan kecaman dari berbagai fihak baik atas nama kelompok maupun pribadi seperti KPAI (Komisi Perlindungan Anak indonesia; BKMT (Badan Kontak Majelis Taklim); KPI (Komisi Penyiaran indonesia) dan Anggota DPR-RI dari Dapil DKI Jakarta, Tontowi Yahya, Pendeta Yesaya Pariadji, Seto Mulyadi, Mantan Ketua MPR, Amien Rais, Anggota Komisi III DPR RI Wenny Warouw, Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing, dan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi. KPAI menilai, Ahok menyampaikan kata-kata kotor dan kasar sangat buruk dan tidak pantas disampaikan pejabat publik. KPAI meminta Mendagri sebagai penanggungjawab teknis aparatur daerah melakukan proses penegakan hukum dan etika kepada Ahok. Selanjutnya, BKMT menilai, sikap dan perkataan kasar Ahok bisa menyebarkan pengaruh negatif kepada masyarakat. Omongan pemimpin sekarang direkam oleh media, akhirnya setiap perkataan keluar mempengaruhi masyarakat. Sementara itu, seorang komisioner KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) mengecam seringnya Ahok melontarkan kata-kata kasar saat tampil di acara siaran langsung sebuah stasiun televisi nasional. Seharusnya pejabat publik tidak berbicara kata-kata kotor dan kasar di televisi yang menggunakan frekuensi milik publik. Televisi disaksikan oleh sejumlah masyarakat dari berbagai latar belakang, juga disaksikan anak-anak dan remaja. Ini bisa menjadi contoh. Sebagai seorang pejabat, seharusnya Ahok menjaga perilaku dan tutur kata agar menjadi tauladan bagi masyarakat. Akhirnya, Tontowi Yahya menilai, Ahok melanggar etika sopan santun warga indonesia yang ketimuran dan dikenal beretika. “Jangan salahkan anak-anak kita ngomong ke orang tua ‘lu bajingan’, ‘dasar maling lu’, “ ujar Tontowi. Bahkan Yesaya Pariadji, seorang Pendeta Ternama di Indonesia, Pemimpin sidang jemaat keagamaan Gereja Tiberias, menyebut Ahok sebagai “Pemimpin Busuk” (Harian Republika, wordpress.com dan islamnkri.com, 6/1/2016). Pendeta mengungkapkan sebuah komentar miring terhadap Ahok, bahwa Ahok merupakan sosok pemimpin busuk. ”Ahok adalah orang yang jauh dari kasih TUHAN YESUS, ucapanya mencerminkan perangai kebusukan dibalik orang orang banyak, ia bersembunyi dibalik pembela’an kata kata membela hak-hak rakyat, namun mengumbar kata kata busuk yang tidak pantas didengar oleh anak anak Tuhan,” ujar Yesaya Sembari menekankan, semestinya, Ahok tidak perlu menunjukkan ketegasan dengan sikap dan perkataan yang keras dan kasar. Yesaya pun memberikan contoh pemimpin seperti Ali Sadikin dan Sutioso. “Jika ingin menjadi pemimpin yang tegas tidak harus berkata kata seperti itu, contoh saja dua gubernur terdahulu Ali Sadikin dan Sutioso. Berkat jasa kedua pemimpin tersebutlah Jakarta jadi lebih baik, kawasan penghijauan Jakarta pun terealisasikan, sarana masal transportasi busway pun dicanangkan, kepercayaan investor asing pun bergeliat, bahkan pembatasan bajaj pun terlaksanakan,” lanjutnya. Yesaya pun mengapresiasi dua sosok tersebut sebagai pemimpin teladan di Jakarta. “Ali Sadikin dan Sutioso mereka adalah pemimpin yang tegas, cakap dan tidak korup namun mereka tidak pernah mengumbar kata kata binatang,” sambung Yesaya, sebagaimana dilansir dari Yesaya menekankan bahwa jika Ahok sudah tidak bisa lagi menjadi pemimpin yang mampu memberikan teladan bagi warganya, maka sebaiknya ia mundur dari jabatannya itu.”Jika Ahok tidak mampu memimpin ibu kota, maka mundur saja, tidak usah berkata kata kotor,, “ tegas Yesaya. Penilaian berikutnya dari Seto Mulyadi ( KRIMINALITAS.COM, Jakarta, 20 Maret 2015)) Perilaku Ahok yang kerap berbicara kasar di depan publik dinilai tidak sesuai dengan norma-norma budaya Indonesia. Budaya Indonesia mengajarkan sopan-santun dan kerendahan hati dalam menghadapi dan menyampaikan suatu permasalahan, apalagi di depan khalayak ramai. Aktivis pemerhati anak, Seto Mulyadi mengatakan gaya bicara Ahok yang cenderung kasar dan ceplas-ceplos dinilai tidak bisa dijadikan contoh yang baik, terutama bagi anak anak. Apalagi anak di bawah umur yang belum mengerti soal dinamika yang terjadi di pemerintahan. “Gaya bicara Ahok bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak-anak, khususnya bagi anak-anak yang tinggal di Jakarta. Sifat yang meledak-ledak itu merupakan contoh yang tidak baik bagi anak-anak,” kata Seto. Selanjutnya, Mantan Ketua MPR, Amien Rais, menilai Ahok sangat arogan, senang menantang ebrbagai pihak, bahkan terkesan meremehkan lembaga negara, termasuk BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) terkait kasus RS Sumber Waras. Ahok tidak layak menjadi seorang pemimpin lantaran sikapnya yang kerap “nyelenh” dan memicu timbulnya kontoversial. “Ini bukan masalah sara, tapi dia memang tidak layak menjadi pemimpin. Jangankan Presiden, Gubernur saja bagi saya kurang pantas”, tegas Amien. Menurut Mantan Ketua PP Muhammadyah ini, Ahok tidak hanya sikapnya yang keras kepada. Ahok adalah satun-satunya pemimpin yang merasa paling benar dan ingin memborong kebenaran menurut kacamatanya sendiri. Anggota Komisi III DPR RI Wenny Warouw mengatakan, peryataan Ahok yang menyebut audit investigasi Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) "ngaco" menunjukkan dirinya tak punya etika. Di lain fihak, pakar komunikasi politik Emrus Sihombing ketika dimintai komentar mengenai etika komunikasi Ahok pada Rapat Panitai Angket DPRD DKI, awalnya mengakui, bila gaya Ahok itu luar biasa, sehingga masyarakat Ibukota menganggap Ahok merupakan pemimpin yang transparan. Namun, sambung Emrus, hal tersebut tak cukup, apabila tidak memiliki etika. “Jangankan jadi Gubernur, menjadi suami di rumah saja tak pantas.” Ahok tidak punya etika ini juga ditekankan oleh Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi yang mengaku, juga sudah lelah selalu menjaga Ahok. Dia menjelaskan, Ahok tidak mempunyai etika baik sebagai seorang pemimpin. Karena, pernyataannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sambungnya, Ahok kerap menuding adanya oknum anggota DPRD yang bermain di APBD DKI tanpa menunjukkan buktinya. Rizal Ramli Mendapat Laporan Ahok Bohong: Mengacu laporan Muhammad Iqbal, RMOL, 04 Mei 2016, Rizal Ramli Menko Maritim menggelar inspeksi mendadak ke Pelelangan Ikan Muara Angke, di Jakarta Utara (4/5). Rizal sekaligus menggelar dialog dengan kaum nelayan di sana. Ia didampingi Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Selama ini, salah satu alasan Ahok mempertahankan reklamasi yang bermasalah adalah proyek itu tidak akan merugikan nelayan. Terang-terangan Ahok menegaskan bahwa di pantai utara Jakarta sudah tidak ada lagi ikan tangkap yang berarti tidak ada lagi nelayan. Rizal Ramli mengklarifikasi langsung hal tersebut kepada kaum nelayan. Di hadapan ratusan nelayan yang hadir, Rizal bertanya apakah benar di Pantai Utara Jakarta sudah tidak ada lagi ikan untuk ditangkap. "Saya mau klarifikasi dulu, ada yang mengatakan nelayan sekitar Jakarta sudah tidak ada. Betul enggak? Saya ingin penjelasan dan klarifikasi," lontar Rizal, Rabu (4/5). Para nelayan kompak menjawab bahwa yang disampaikan Ahok adalah bohong. Perwakilan nelayan mengatakan, nelayan Pantai Utara Jakarta masih sangat aktif. Totalnya sekitar 28 ribu nelayan bila termasuk di Kepulauan Seribu. Satu keluarga nelayan rata-rata memiliki empat anggota keluarga. "Semua itu bohong Pak. Kami masih eksis. Ikannya juga masih ada. Ahok bohong," ujar salah seorang perwakilan. Mendengar itu, Rizal mengaku ada ketidakberesan dalam proses reklamasi di teluk Jakarta mulai dari izin hingga AMDAL. Kejanggalan itu dipertahankan selama bertahun-tahun. Ekosistem ikan-ikan di laut Jakarta terganggu karena limbah sungai dan lumpur mengendap akibat pulau buatan. Beberapa jenis ikan masih hidup di laut Jakarta seperti ikan teri, ikan kembung, dan beberapa jenis lain.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda