Selasa, 23 Mei 2017

Pernyataan kahmi

SURAT PERNYATAAN PENGURUS WILAYAH KAHMI JAYA TENTANG OPINI NEGATIF DAN FITNAH TERHADAP WAPRES JUSUF KALLA Paslon Anies-Sandi pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017 dapat kemenangan dengan angka perolehan suara sekitar 58 persen. Adapun Paslon petahana Ahok-Djarot mendapatkan kurang-lebih 42 persen suara. Dalam pemungutan suara semua fihak mengakui telah menegakkan prinsip jujur dan adil (jurdil). Kemenangan Paslon Anies-Sandi sesungguhnya disebabkan beragam faktor, antara lain: 1. Dukungan umat Islam politik. Prilaku pemilih Umat Islam dalam Pemilu legislatif, Pilpres maupun Pilkada dikenal politik aliran. Mereka memberikan suara berdasarkan kesamaan agama Islam baik untuk parpol maupun tokoh. Prilaku pemilih aliran ini berlaku sejak Pemilu 1955 era Orde Lama, Pemilu2 era Orde Baru juga era Reformasi ini. Diperkirakan untuk Pilkada DKI 2017 lalu sekitar 40 persen pemilih umat Islam memberikan suara kepada Paslon Anies-Sandi. 2. Dukungan klas menengah atas mengkritik dan menolak berbagai kebijakan Ahok selaku Gubernur DKI selama ini, sebagai misal: penggusuran paksa rakyat DKI; pembangunan pulau palsu/reklamasi teluk Jakarta; pembelian tanah Rumah Sakit Sumber Waras; pembelian tanah milik Pemprov DKI di Cengkareng; dan, penerimaan dana CSR dari perusahaan swasta tanpa melalui APBD. 3. Dukungan Ormas melalui deklarasi diri mendukung Paslon Anies - Sandi baik atas nama Ormas itu sendiri mapun nama lain. Ormas2 ini bekerja sebagai relawan untuk meraih suara pemilih bagi Paslon Anies- Sandi. Ada Ormas berdasarkan keagamaan, kekaryaan, profesi, daerah asal dan juga seni budaya. 4. Dukungan Parpol Gerindra, PKS dan PAN yang telah memobilisir kader2 mereka untuk mempengaruhi segmen pemilih juga kelompok2 relawan untuk mempromosikan dan mengkampanyekan Paslon Anies-Sandi. 5. Program kerja prioritas Paslon Anies - Sandi lebih unggul ketimbang Paslon Pesaing yg ditawarkan kepada rakyat DKI dalam kampanye. Beberapa program kerja prioritas dan unggulan Paslon Anies-Sandi seperti: KJP Plus, KJS Plus, Pembiayaan Perumahan tanpa DP, Manajemen Transportasi Terintegrasi dengan ongkos hanya Rp. 5.000 per perjalanan sambung menyambung, OK OCE, Penghentian penggusuran paksa rakyat DKI, dan Penghentian Proyek Reklamasi. Sejumlah pendukung Paslon Ahok-Djarot ternyata tidak siap kalah dan mencari kambinghitam atas kekalahan pada fihak lain. Mereka tidak mau mengakui kekalahan Paslon Ahok-Djarot karena kelemahan atau kegagalan fihak pendukung Paslon Ahok-Djarot itu sendiri. Bahkan mereka mengklaim kemenangan Paslon Anies-Sandi karena sikap dan prilaku negatif Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Seperti pernyataan mereka berikut ini: 1. Silver Matutina: Dia berorasi di Mako Brimob, Depok, memberikan dukungan kepada Ahok terlihat di dalam Video. Dalam orasinya menuduh Jusuf Kalla sebagai pemecah belah persatuan dan aktor yang membuat negara Indonesia terpuruk. Langkah Jusuf Kalla mendukung Paslon Anies-Sandi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lebih karena untuk kepentingan golongan. Dengan dukungan tersebut, Jusuf Kalla dianggap berseberangan dengan Presiden Jokowi. 2. Mulyono Hadisubroto: Dia mengaku sebagai Koordinator Brigade Jokowi. Dalam pernyataan kepada Suara nasional (12/5/17), dia mengklaim JK dengan jaringan HMI membuat intrik politik di lingkungan pemerintahan. Jaringan HMI JK bisa menggembosi Jokowi di Pilpres 2019. Lebih baik JK mengundurkan diri dari Wapres. Jaringan HMI JK bermain dalam memfitnah Ahok dalam tudingan menista Agama. Pemerintah Jokowi diminta mewaspadai jaringan HMI JK karena bisa jadi menelikung di tengah jalan. HMI ini punya operator di pemerintahan dan lapangan serta membuat isu2 yang bisa menyudutkan Presiden Jokowi. 3.Hasanudin Abdurakhman: Dia menuduh JK sebagai dalang kerusuhan SARA yang terjadi di Makassar puluhan tahun silam. Dalan Akun facebooknya, dia menulis bahwa JK telah memprovokasi massa Islam untuk menyerang umat Kristiani dan membakar sejumlah fasilitas Gereja. 4. Adian Napitupulu: Anggota DPR dari Fraksi PDIP ini dalam acara Refleksi Gerakan Mahasiswa 98 Melawan Kebangkitan Orde Baru di TIM, Cikini, menyebut Wapres JK seperti duri dalam pemerintahan. Dengan nada ancaman, meminta kepada JK agar jangan coba2 mengkhianati Presiden Jokowi. 5. Akun Twitter@LaskarCikeas: Akun tak jelas pemiliknya ini menuding Wapres JK menggelar pertemuan dengan sejumlah pihak diduga untuk mengatur vonis terhadap Ahok. Pernyataan dan opini para pendukung Ahok ini sesungguhnya tidak berdasarkan data dan fakta alias fiksi dan halunisasi. Tulisan dan opini mereka ini sangat provokatif dan fitnah. Mereka berupaya membangun framing media dan opini negatif kepada publik seolah-olah kondisi sosial politik sekarang pun diciptakan atau didalangi oleh JK dengan jejaring Alumni HMI dan HMI. Adalah sangat menyederhanakan persoalan seakan kemenangan Paslon Anies-Sandi dengan perolehan sekitar 58 % suara pemilih karena faktor keterlibatan JK. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, Kami sebagai Pengurus KAHMI Jaya menyatakan : 1. Mengecam pernyataan dan opini negatif tentang Wapres JK yang dibangun oleh para pendukung Ahok di atas. 2. Mengecam motif dan sikap para pendukung Ahok ini mengkambinghitamkan Wapres JK sebagai faktor kekalahan Paslon Ahok-Djarot. Padahal kekalahan Paslon Ahok-Djarot pada prinsipnya karena kelemahan dari kelompok pendukung Paslon Ahok-Djarot itu sendiri. 3.Menuntut agar para pelaku pembentukan opini negatif dan fitnah terhadap Wapres JK menyatakan permintaan maaf secara tertulis kepada publik melalui minimal tiga media massa cetak nasional. 4. Jika para pelaku dimaksud tidak melaksanakan tuntutan pada butir 3 di atas, Kami akan menempuh jalur hukum. 5. Menginstrusikan kepada segenap anggota kahmi wilayah DKI jaya agar dapat menahan diri, sambil menunggu perkembangan. Demikian Surat Pernyataan ini Kami buat agar mendapat perhatian oleh yang bersangkutan. Jakarta, 18 Mei 2017 Pengurus Wilayah KAHMI jaya M.Taufik, Ketua M.Amin, Sekretaris

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda